Setelah Nia berhasil mendapatkan nomor kamar suaminya. Nia dan kedua orang suruhannya pun berjalan menuju kamar tersebut. Sesampainya disana Nia dan kedua anak buahnya saling pandang. Terdengar sangat jelas suara menjijikkan dari dalam sana, terbukti jika didalam tengah terjadi pertempuran panas dua insan manusia berbeda kelamin tersebut.
Dengan berbekal gawai dan menghidupkan kamera dengan mode video, Nia memerintah salah seorang anak buahnya untuk mengetuk pintu dan mengaku sebagai pelayan hotel.
Tok
Tok
Tok
Suara di ketuk hingga beberapa kali, Nia bersembunyi di balik dinding kamar y
"Jangan, Dek, please, Mas ngaku salah tapi tolong jangan lakukan itu! Kalian lepaskan saya, akan saya laporkan kalian ke polisi karena sudah menganiaya saya! " ancam Indra pada kedua bodyguard Nia, tapi sayang mereka tak menghiraukan ucapan Indra. Hingga saat Nia akhirnya berhasil memasukkan ikan lele tersebut ke dalam celana dalam Indra yang masih terbungkus celana boxer tersebut, Indra memekik karena selain merasa geli Indra juga merasakan miliknya seperti ada yang mematuk (eh bener gak sih kalo di patil lele rasanya kayak dipatuk gitu? ) hingga akhirnya Indra pun pingsan.Nia cukup puas melihat aksi yang ia lakukan pada calon mantan suaminya tersebut, dan kini saatnya Nia memberi pelajaran pada sang gundik."Hai, gimana keadaanmu? Baik kan?&n
"Pst, pst, hei kamu siapa kenapa menangis? " tanyaku pada sosok yang entah manusia atau bukan. Sesaat setelah mendengarku memanggilnya, dia menengadahkan wajahnya hingga menatap wajahku, dan aku pun sontak terkejut hingga membuat tubuhku berjingkat."Astaga! Risa? Kok kamu jadi kayak siluman tuyul begini? Mana kamu gak pake baju lagi. Apa yang terjadi? " tanyaku yang masih tidak percaya jija sosok yang kukira makhluk gaib di depanku ini adalah Risa, kekasih gelapku."Ini semua perbuatan istrimu, Mas! " pekik Risa dan ia pun semakin menambah volume suara tangisannya.Ya Tuhan, aku gak sangka Nia menjadi bar-bar begini, mimpi apa Risa bisa jadi kayak begini bentuknya.
"Ibu nih, bisa gak sih gak mikirin diri sendiri terus! Aku nih pusing, Bu! " hardikku pada Ibu, sembari meninggalkan Ibu dengan muka masamnya, sungguh aku kesal karena Ibu hanya memikirkan dirinya sendiri saja." Arghhh kemana sih uang gajiku ini kok tiba-tiba menghilang, atau jangan-jangan, diambil Nia? " batinku geram. Karena aku hari ini sangat merasa lelah sekaligus kesal, sejenak aku memejamkan mata di kamar yang sudah tidak ada isinya lagi ini. Ya, isinya habis tak bersisa saat mereka semua mengambil barang-barang sebagai jaminan hutang Nia. Bahkan kini aku hanya tidur beralaskan karpet seharga Rp. 20.000- saja.Mengapa nasibku sungguh sial seperti ini sih, jujur aku memang tak bisa apa-apa tanpa Nia, dari Nia juga lah aku bisa masuk ke te
Pantas saja, saat aku masuk ke kantor ini banyak tatapan sinis dari orang-orang dikantor ini, kembali aku melihat gawai Anton dan membaca status yang Nia buat di akun sosmednya. [inilah dia sosok suami yang tak tahu diri, hidup menjadi benalu pada istrinya dengan membawa Ibu dan adik nya yang juga sama tak tahu malu dan benalu, tapi lihatlah, bahkan dia kini juga berselingkuh di belakang sang istri yang selama ini menjadi penopang hidup mereka, kira-kira menurut kalian wahai netizen yang budiman, hukuman apa enaknya yang harus diberikan pada manusia pecundang seperti mereka? ]Luar biasa, kata-kata Nia sungguh menusuk hati ini, begitu terlukanya kah dia dengan perlakuanku juga keluargaku selama ini? "Gila lo Bro, jadi benar lo ada main sama si Risa? ""Risa? Terus kemana dia? Gak ada gue lihat dia hari ini? ""Gak tau gue, gue juga belum ada lihat dia hari ini, kayaknya gak masuk deh, tapi ngomong-ngomong lo sama bini lo mau cerai nih? Boleh dong kalau gitu gue deketi
"Aku tahu Indra, ini memang masalah pribadimu, tapi apa kau lupa, jika kau dan gundikmu itu bekerja di perusahaan ku dan perusahaan ini bergerak di bidang jasa, dimana moral yang baik harus ada pada diri setiap pekerja disini? Lalu bagaimana jika karyawan disini memiliki moral bejat seperti kalian dan kalian harus menangani para klien di luar sana dengan kebejatan kalian! " suara Pak Angga meninggi karena aku mencoba melawannya. Dan ucapan yang dikatakan Pak Angga kali ini adalah benar, aku lupa jika perusahaan ini bergerak dibidang jasa, dan yang harus diutamakan di perusahaan disini adalah tentang moral yang baik. "Apa karena istriku adalah sahabat anda sehingga anda harus masuk kedalam masalah pribadiku seperti ini? ""Yah, itu juga salah satu alasannya, sahabat semasa kecilku, bahkan aku tak pernah membiarkan ada orang yang menyakiti Nia sedikitpun, lalu kini kau datang menjadikan Nia istri lalu kau seenaknya menyakiti orang yang aku jaga selama ini? Bahkan berkat Nia
"Gue bukan soal temenan sama siapa, disini gue ngomong yang sebenarnya, lo harusnya sadar ini semua terjadi karena kesalhan yang lo perbuat sendiri, coba gue tanya, selama ini lo kasih bini lo nafkah berapa? ""Kenapa lo jadi nanya hal kayak gitu sih? ""Ya gue nanya aja, soalnya kalau gue denger dari cerita lo yang udah-udah bini lo itu udah gedeg sama lo juga keluarga lo. ""Gue kasih sejuta tiap bulannya, tapi kadang gue minta lagi buat beli bensin. ""Apa? Dari gaji lo yang delapan juta lebih, lo cuma ngasih bini lo sejuta? Da itu kadang lo minta lagi? Bener-bener deh lo, pantes aja hidup lo sial terus begini. ""Lho, salah gue dimana? Toh bini gue berpenghasilan, bahkan penghasilammya lebih besar daripada gue, jadi wajar aja kalu seharusnya dia bantu gue, duit gue, gue kasih sama nyokap, soalnya nyokap butuh buat biayain kuliah adek gue. " ucapku tanpa rasa bersalah, karena menurutku memang aku tak bersalah. "Berbakti sama orangtua boleh aja, Bro, tapi di uang
"O iya, Mas, terus gimana sama hubungan kita? Aku gak mau ya kamu gantung gini terus statusku, apa lagi sekarang aku lagi hamil.""Kamu sabar dulu ya, Ris, Mas memang senang dengar kamu hamil tapi Mas juga bingung, ""Kenapa harus bingung, Mas nikahin aja aku, nikah siri juga gak apa, kan yang terpenting anak ini memiliki Ayah dan lagi istrimu itu gak ada dirumah. ""Iya sih, dia memang sudah hampir satu bulan gak tinggal dirumah, entah dimana dia tinggal Mas juga sudah gak peduli lagi. ""Yasudah kalau gitu aku ikut Mas tinggal dirumah itu aja. ""Tapi kerjaan Mas sekarang jadi OB lho, Ris. ""Tak apa, kan OB juga bergaji, dan lagi aku kan masih bekerja jadi aman lah itu. ""Serius Ris? ""Iya, jadi kapan kamu nikahin aku? ""Kalau besok gimana? Di dekat rumahku ada seorang penghulu, katanya sih bisa menikahkan orang secara siri juga. ""Wah serius, Mas? ""Iya dong.""Asik, makasih ya, Mas," ucap Risa sembari memeluk Indra. "Sama-sama sayang, " Indra membalas pelukan
"Mau apa kau menemuiku di tengah jalan begini? ""Aku? Aku rindu padamu Mas. " seketika mataku berbinar mendengar penuturannya, tapi aku sedikit menahan demi gengsi, biar dia tahu siapa Indra itu, tidak akan ada yang mampu menolak pesona dariku yang memang sudah ditakdirkan terlahir dengan wajah tampan. "Sudah kupastikan kau akan rindu denganku, aku ini pria terbaik di hidupmu jadi jangan sok tidak butuh," ucapku jumawa"Ups, tapi bohong, hahahahahaha! " Nia tertawa terbahak seolah sedang mengejekku"Sialan kau Nia! Katakan apa maumu! " hardikku, sungguh aku kesal sudaj dikerjai oleh Nia seperti ini, hilang harga diriku sebagai suami. "Duhileh, udah gak sabar nih ye, oke baiklah klau memang kamu sudah tak sabar, aku menemuimu untuk mengambil milikku, " ucap Nia menatap tajam padaku, dan jujur aku sedikit ngeri melihat wajah Nia yang berubah-ubah seperti ini. "Apa maksudmu? Milikmu yang mana? ""Itu, yang baru saja kau kendarai. ""Apa? Maksud kamu mobil? Tidak-tidak
Saat itu juga darah mengalir dari kedua pangkal pahaku hingga aku berteriak kesakitan. Saat itulah para penjaga bergegas membawaku ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit aku segera dibawa ke ugd, tapi karena aku merasa sudah tidak kuat menahan sakit yang menjalar di sekitar tubuhku tiba-tiba saja pandanganku berubah menjadi gelap.Saat aku terbangun, aku sudah mendapati diriku di ruangan perawatan dan ada dua orang penjaga yang menungguku disana. Waktu kuraba perutku aku mulai gusar karena mendapati perut yang sudah rata."Bu, bayiku mana?" ucapku kala itu pada penjaga yang belum menyadari kalau aku sudah sadar."Bu Risa sudah sadar? Tunggu sebentar ya, biar saya panggilkan do
Selama ini pun aku tak pernah mencari dimana keberadaan Risa, jujur hingga saat ini apa yang Risa perbuat masih belum bisa kumaafkan, saat ini aku hanya fokus untuk kerja dan mencari uang, rencananya aku ingin meminta Mimi untuk kembali melanjutkan kuliahnya yang sempat terputus karena keterbatasan biaya."Ndra, ini surat apa?" ucapan Ibu membuyarkan lamunanku tentang kehidupan masa laluku. Saat ini aku baru saja pulang dari tempatku bekerja."Oh, ini undangan pernikahan Nia dengan Pak Angga, Bu.""Maksud kamu Nia mantan istri kamu?" ucap Ibu sembari meletakkan teh hangat di depanku, Ibu memang selalu membuatkanku teh atau kopi setiap aku baru pulang kerja."Iya, Bu, Nia mantan istriku
Flashback onSeperti biasa jika pagi sudah menyapa, seorang penjaga yang ditugaskan Tedi untuk bersih-bersih rumah atau markas Tedi dan teman-temannya akan datang untuk membersihkan rumah tersebut, mulai dari menyapu, mengepel, serta mencabuti rumput jika dirasa sudah panjang. Tapi pagi itu si penjaga rumah dikejutkan dengan sosok Tedi yang sudah terbujur kaku tanpa mengenakan busana, dengan mata melotot bibir mengeluarkan busa putih, serta warna kulit yang sudah mulai membiru pucat."Allahu Akbar! Mas Tedi, kenapa, Mas!" pekik si penjaga tersebut. Usahanya membangunkan Tedi sia-sia, karena Tedi sudah tak lagi bernyawa.Tak mau dijadikan salah tuduhan si penjaga itu pun bergegas untuk menghubungi pihak kepolisian. Tak berselang lama, para polisi yang di tel
Sebelum memutuskan untuk benar-benar pergi, aku bergegas memakai pakaian ku, lalu dengan setengah berlari aku masuk kedalam mobil Tedi dan menghidupkan mesinnya lantas segera pergi dari rumah terkutuk itu.***Aku berhenti di jalanan yang lengang, aku melihat kanan, kiri dan sekitarnya, saat kurasa aman ku matikan mesin mobil lalu aku keluar dari mobil, kubuka penutup tangki bensin mobil lalu aku menghidupkan korek api yang terbuat dari kayu, lantas aku memasukkannya ke dalam tangki bensin. Dengan cepat aku berlari menjauh dari mobil Tedi sebelum mobil itu meledak, meskipun dengan susah payah aku berlari karena perutku yang buncit ini, hingga akhirnya...Duar....Mobil meledak dan terbakar, a
"Oke deh, aku tunggu," ucapku dengan sumringah. Mataku berbinar membayangkan aku kembali akan menikmati barang itu, entah kenapa hari ini aku hanya ingin ditemani oleh Tedi saja, mungkin ini bawaan si utun di dalam rahimku.Bergegas aku mengganti pakaianku, aku tak terbiasa memakai pakaian seksi jika sedang keluar maupun di rumah. Itu sengaja kulakukan agar orang lain tidak tahu sepak terjangku. Terkadang aku merutuki kebodohan orang-orang yang dengan berani live di sosmednya saat mereka tengah berpesta sabu, justru mereka membuat lubang neraka untuk hidup mereka sendiri, itulah aku katakan mereka itu bodoh bin tolol. Kalau mau bersenang-senang ya sah-sah saja, tapi tak perlu juga di umbar seperti itu hingga seluruh dunia tau kebodohan mereka.Ah, kenapa aku jadi mikirin hal gak jelas kayak tadi sih, inilah akibat k
"Nia? Kamu tak apa?" tanyaku khawatir."Yang kamu lihat gimana?""Maaf, aku gak sengaja, sini aku bantu," ucapku mencoba membantu Nia berdiri tapi tanganku ditepis oleh Nia."Gak usah, aku bisa sendiri!"Kutarik kembali tanganku dari depan Nia, Nia kini sudah berdiri dihadapanku, ah, betapa indah makhluk ciptaan Tuhan yang satu ini."Mas, minggir aku mau lewat!" suara Nia membuyarkan pikiranku yang entah lagi kemana. Kumiringkan tubuh ku agar Nia bisa lewat, hingga saat tubuh Nia berada didekatku tanpa sengaja aku mencium aroma shampo dari rambut Nia yang tergerai indah. Dan refleks aku memeluk Nia dan membenamkan kepalak
"Tanya pada Risa kenapa aku bisa memanggilnya murahan! Aku tak mau memperlihatkan bukti pada Ibu yang akan membuat Ibu shock lantas pingsan nantinya, sudah ya, aku mau ajk Ibu dan Mimi keluar sekarang jug, terimakasih sebelumnya sudah mau menampung keluargaku selama tiga bulan ini."Aku bergegas menuju belakang rumah dan menghampiri Ibu dan Mimi yang juga sudah siap dengan barang bawaan mereka yang tak banyak."Bu, Mi, sudah siap?" tanyaku pada Ibu dan Mimi."Sudah, Nak, ayo kita keluar." aku, Ibu dan Mimi melangkahkan kaki hingga sampai di ruang tamu, masih kulihat Bu Rodiyah menatapku dan keluargaku dengan tatapan yang seakan siap menerkam kami, tapi itu tak membuatku gentar, cukup sudah keluargaku diperlakukan tak layak oleh mereka.
Hari ini tepat aku sudah menerima gajiku, rencananya uang ini akan aku pergunakan untuk menyewa rumah petak untuk Ibu dan Mimi, untungnya beberapa bulan ini aku selalu mendapatkan uang tambahan karena aku sering masuk hingga malam. Jadi Pak Angga dengan murah hati menambah uang gajiku. Tentunya uang lemburan ini Risa tak mengetahuinya, dan saat ini uang bonusan yang aku kumpulkan ditambah dengan uang gajiku plus lemburan ku bulan ini ada sekitar Rp. 7.000.000,- kurasa ini cukup untuk menyewa rumah petak tiga bulan dan sisanya aku akan meminta Ibu dan Mimi membuka usaha untuk biaya hidup mereka, toh aku masih bekerja jadi aku masih punya gaji, dan rencananya aku juga akan tinggal bersama Ibu dan Mimi, cukup sudah aku hidup seatap dengan manusia iblis macam Risa."Mas, hari ini kamu gajian kan? Mana uangnya bawa sini, ada baju yang mau
"Bang, tunggu disini dulu ya, saya mau masuk kesana dulu, pokoknya jangan tinggalin saya, nanti saya bayar lebih," ucap Indra pada tukang ojek."Siap, Pak, kalau soal duit pokoknya beres. "Setelah meminta tukang ojek untuk menunggunya, Indra pun berjalan perlahan menuju rumah yang dimasuki Risa dan Tedi itu. Indra berjalan sembari mengendap-endap, Indra berjalan menuju teras depan, ia mengintip dari celah-celah jendela yang tak tertutupi hordeng, tampak sepi didalam, Indra kembali melanjutkan langkah kakinya, ia melewati garasi dan ternyata di garasi sudah terparkir tiga buah mobil selain mobil yang dipakai Risa dan Tedi. Sayup Indra mendengar suara dari ruangan sebelah garasi, lantas Indra mendekati jendela di ruangan itu. Beruntung jendela ti