Aku melihat senyum Kinanti begitu cerah mendengar kata perceraian. Aku memang sengaja menghadirkan pengacara agar lebih mudah menyelesaikan masalah, Karena aku tahu kalau Rio tidak akan pernah menandatangani suray perceraian, karena ia pernah berjanji sebelum menikah padaku.Apapun yang terjadi padaku. Bang Rio tidak akan pernah pergi. Bahkan ia pernah berjanji begini,"Dik, suatu hari jika terjadi di hati kamu berpaling rasa, cintamu tak hanya untuk abang semata, satu hal yang harus kamu tau, Rum! abang tetap mencintai kamu selamanya."Kalimat seperti itu tidak hanya sekali diucapkan Bang Rio melainkan berkali-kali. Ia tidak mau kehilangan diriku. Pengacara kondang Said Hutapea yang sengaja kuundang menyodorkan kertas pada Bang Rio. Ia menerima kertas tersebut di depan semua orang.Aku dan Bang Rio sepakat akan bertemu di rumah peninggalan nenek bagian ibuku, yang kadang ditempati Tante Yuni kadang kosong. Di sana ia akan menyerahkan surat cerai. krek ...Semua menatap kami. Bang R
"Aku juga bisa memasukkanmu ke dinginnya dinding penjara, Bang. Jika kamu tidak mendengar apa yang kukatakan, bahwa Alya dan Rivo lebih berhak dari mereka dalam hal apapun, mengenai warisan kakek neneknya. Aku tidak akan pernah tinggal diam demi anak-anakku."Mata Bang Rio seakan hendak keluar. Seumur usia pernikahan kami. Ini kali pertama dia melihatku murka. Aku sama sekali tak mengerti mengapa Bang Rio begitu husnuzon menanggapi Tante Sari yang niat mencelakainya."Ingat, Menelantarkan anak dengan tidak memberi nafkah juga bisa kena pasal, oh iya, kaki kamu udah sehat kan? Kenapa tidak berkunjung melihat Rivo dan Alya? apa kamu keenakan dikelonin sama janda gak jelas, maksud aku istri orang tidak janda juga tidak. Entah apa statusnya. Bisa jadi antara istri dan janda. Atau janda rasa istri. Eh kebalik istri rasa janda." Aku masih sengaja menyindir keberadaan Kinanti di rumah itu. Aku tau, dia tidak akan membalas omonganku. Kinanti pasti berpura-pura baik agar Bang Rio meliriknya se
"Kok bisa! aku sudah minta izin pengunduran dan top up lanjutan agar tidak blacklist dan berakhir lelang, darimana Rumi tau mengenai harta ini?" Om Budiman tampak panik. "Dik, sudahlah! Abang berapa kali bilang, kita selesaikan ini dengan kepala dingin. Kamu gak perlu marah-marah sama Kinanti. Gak perlu cemburu sama dia, dia itu tulus, soal rasa cintanya, kamu dengar sendiri dari dia? Dia bahkan rela bertepuk sebelah tangan. Kinanti ini banyak berkorban untuk keluarga abang, Dik! belum ada wanita setulus Kinanti. kamu juga gak perlu cemburu dengan apa yang Abang bilang ini. Cobalah berpikir lebih positif! Kinanti ini membawa vibes yang baik untuk semua orang." Aku terperangah mendengar kalimat Bang Rio. "Dia rela melepas Gilang demi Dini. Dia juga rela cintanya gak kesampaian, dia pernah merasakan dihina satu kampung, Dik! karena anaknya gak tahu ayahnya siapa, dia diolok-olok. Apa kamu gak melihat dengan perasaan kamu sebagai perempuan. Lihat sama kamu, Dik! ia masih tetap menolong
"Bawa Sari sekarang. Kalau anaknya mau memberi keterangan silakan ke kantor juga. Ini bukan hanya tentang percobaan pembunuhan atas nama Rio. Tapi ... liat saja sendiri laporannya. Kalau dia mau ikut, silakan juga bawa suami saya itu ke kantor polisi, dengan status telah menelantarkan anak dan istrinya tidak menafkahi kemudian bersenang-senang dengan wanita yang tidak jelas statusnya, itu isi laporan saya berikutnya," ucapku pada polisi tersebut membuat mata Bang Rio terbelalak kaget.Polisi paham maksudku. Ia hanya menyeret Dari sendiri. Meninggalkan Bang Rio dan kebingungan Kinanti. Hmm. Jangan macam-macam dengan Rumi! aku tersenyum dalam hati. Polisi memborgol tangan Tante Sari. Kinanti melotot tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Apa dia kira aku gadis lugu yang bisa seenaknya ditindas mertua kayak di film ikan terbang, oh no! apalagi Sari bukan ibu kandung suamiku."Apa yang tidak disadari Sari, bahwa aku memiliki kekuatan dan keberanian yang luar biasa. Heh.Aku bukanla
Sari tidak bisa membantah, sehingga harus merelakan dua tangannya diborgol kemudian polisi menggiringnya ke dalam mobil yang sudah disediakan. "Maafkan aku Tante, ini balasan setimpal untuk Tante psikopat yang hanya tau uang tanpa tau capeknya mencari uang itu." Aku bermonolog dalam hati. "Beres Kinanti, sekarang siapa lagi yang mau di eksekusi berikutnya?" tanyaku tersenyum pada mereka semua.Telpon Hen kumatikan sengaja. Aku yakin ada sesuatu yang harus diselidiki lagi. Mengapa Hen tiba-tiba muncul di kampung ini. Bang Rio mendekat. Aku mundur menjauh! "Sabar, Sayang! ada kejutan manis lagi buat keluarga ini, nanti saja kita lepas kangen. Lagian istrimu ini masih ingin menguji kedalaman cintamu, bagaimana saat dihadapkan dua pilihan keluarga, satu sok baik, mengaku mengasuhmu sedari kecil atau istrimu yang telah melahirkan dua anak untukmu!" Aku berucap dalam hati sambil memasang muka innocent pada Bang Rio. Langkah berikutnya, merealisasikan rencana kedua. "Rena Arumi! mar
Betapa terkejutnya aku saat melihat ke mana Hen pergi. Dan saat melihat siapa yang ia temui aku semakin kaget. “Apa tidak salah? Kinanti dan Hen saling mengenal?” tanya tante Yuni. Aku mengendikkan bahuku. Sekarang aku paham siapa musuh dalam selimut, sama sekali tidak menyangka kalau ini ada hubungannya dengan Hen? apakah cinta telah membutakan matanya? aku tau dia mencintaiku tetapi beberapa bulan terakhir ia sudah menunjukkan gelagat move on, bahkan Hen memilih gadis untuk ia nikahi setelah beberapa bulan pacaran, meskipun aku tahu pernikahan itu gagal tapi pasti benih cinta sudah pernah ada di antara mereka.Apakah sebenarnya Hen belum benar-benar move on?“Tidak tahu juga, Tante. Aku tidak tahu kalo sebelumnya mereka saling mengenal dan akrab seperti ini," jawabku dengan menghela nafas, terasa sedikit sesak. Aku hanya bisa menarik napas panjang saat melihat Tante Sari ada bersama Hen dan Kinanti. Rupanya Kinanti sudah membebaskan wanita itu. Aku yakin jika mereka sudah membay
Hari ini aku dan tante Yuni pergi ke kantor poliso, memberi berkas pelaporan atas nama Kinanti dan Om Budiman serta Sari. Aku sengaja membuat si pelapor adalah tante Yuni, Alhamdulillahnya adik ibuku itu tidak keberatan. Dia pun sama sekali sangat antusias alias gregetan ingin memasukkan Sari ke penjara, si tukang fitnah, bahkan Tante Yuni dan Om Santoso dulu sudah mendaftarkan nama mereka di kantor KUA, nama itu diganti oleh si cecunguk Sari. Nama Tante Yuni kujadikan sebagai pelapor tentu saja punya tujuan, pertama agar Kinanti heran dan mereka bertanya-tanya, mengapa tante Yuni sebagai pelapor? Mengapa Om Santoso membiarkan istri keduanya itu mengadukan istri pertama. Selain itu, aku juga sengaja membuat Tante Sari naik darah karena secara dia menuduh Tanteku sebagai pelakor, padahal semua sudah tahu ceritanya. Tante Yuni itu bukan pelakor tetapi tumbal dari fitnah yang dilancarkan Tante Sari untuk menggaet Om Santoso. Sebelum Wanita lugu bertahun lalat di hidung itu bertolak m
Bang Rio memelukku dengan kencang. Dan ia pun mulai menangis. Aku hanya bisa menepuk-nepuk pundaknya mencoba untuk menenangkannya.“Sudahlah, Bang. Malu kalau abang menangis di sini. Lebih baik kita pulang. Memangnya Abang mau menginap di sini?” ujarku setengah bercanda.Di luar dugaan, Bang Rio malah bersujud dan memeluk kakiku, tentu saja aku berusaha menghindar.Tetapi, semakin aku berusaha menghindar semakin erat pelukan Bang Rio di kakiku.“Maafkan Abang, Dek. Selama ini, Abang pikir jika orang-orang di sekitar Abang tidak pernah berniat mencelakai Abang. Bahkan, Abang sempat tidak percaya kalau mama juga sangat jahat dan memiliki rencana untuk membunuh Abang. Maafkan Abang sudah tidak percaya kepadamu,” kata Bang Rio kepadaku.Aku meraih tangan Bang Rio, kemudian memaksanya untuk berdiri. Tidak enak kan kalau ada yang melihat, nanti dikiranya aku sedang menganiaya suamiku sendiri.“Sudah Bang, jangan menangis seperti ini. Malu badan besar tapi menangis seperti balita. Apa tidak