"Mas Alan, Mas Alan, jam segini baru mau ke kantor, selama menikah dengan Nuri kinerjanya menurun. Dia pikir bisa bertahan kalau kinerjanya terus menurun, jangan mimpi deh karena aku sendiri yang akan menendangnya keluar dark perusahaan," ucap Airin melihat jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan kanannya dan jam menunjukkan pukul sepuluh.Tanpa membuang waktu lagi Airin berangkat ke kantor dengan mengendarai mobil terbaru keluaran Eropa. Pagi tadi ia meminta orang untuk mengantarkan mobil itu ke rumahnya.Dengan setelan kantor yang terlihat sangat elegan, tas branded asal Paris tergenggam dengan erat di tangan kanannya, heels setinggi lima sentimeter menghiasi kaki jenjangnya yang berwarna hitam senada dengan blus yang dikenakannya. Jangan lupakan kacamata hitam yang pastinya bermerek bertengger indah di hidungnya yang bangir. Airin melangkah dengan sangat elegan memasuki gedung kantornya yang berjumlah lima belas lantai itu.Yah, hari ini Airin resmi jadi CEO di kant
Airin menyuruh orang untuk menghias bagian halaman belakang rumahnya untuk tempat makan malam nanti. Selain itu ia juga memesan makanan dari restoran berbintang.Jam lima sore semua sudah selesai, Airin sangat puas melihat halaman belakang rumahnya setelah di hias. Meja makan bundar untuk enam orang di dekat kolam renang. Pot bunga yang berisikan bunga-bunga cantik di letakkan berjejer di dekat kolam. Lampu-lampu taman juga menghiasi dan di tengah meja dipasang lampu kristal untuk menerangi mereka makan.Setelah puas melihat halaman belakang rumahnya yang sudah di hias, Airin bergegas untuk ke salon juga butik. Malam ini dia akan tampil dengan sempurna di depan Alan, Nuri, Bu Sarti dan juga Bu Novi.Airin mendatangi butik terlebih dahulu ia memilih midi dress berwarna glam maroon, yang bagian bawahnya melebar dan panjang selutut. Setelah memilih dress, Airin menuju salon langganan nya. Ia meminta di dandani senatural mungkin.Tiga puluh menit berlalu, Airin selesai didandani. Ia kemu
Airin tersenyum manis saat membuka pintu, sementara Alan dan Nuri terlihat sangat shock. Mulut Nuri membulat berbentuk huruf O. Ia sangat terkejut melihat ibunya berada di rumah Airin."Ma...Mama," ucap Nuri tergagap.Bu Novi sangat senang melihat putrinya, ia kemudian menghambur memeluk Nuri."Sayang, Mama kangen banget sama kamu," ucap Bu Novi memeluk Nuri dengan penuh haru.Alan menatap Airin seolah meminta penjelasan dari semua ini."Tante, sudah dulu dong peluk-pelukannya, kita langsung ke belakang aja yuk, makan malamnya sudah siap dari tadi," ucap Airin kemudian.Bu Novi melepas pelukannya pada Nuri dan menghapus air mata di pipinya. Yah, Bu Novi menangis terharu karena akhirnya bisa bertemu dengan Nuri. Airin berjalan lebih dulu ke halaman belakang diikuti oleh Alan, Nuri, Bu Novi dan Bu Sarti."Silahkan duduk, Tante, Nuri dan Pak Alan," ucap Airin tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Alan juga Nuri.Alan, Nuri dan Bu Sarti tidak bisa berkata apa-apa
Nuri tidak bisa makan dengan tenang, melihat wajah Alan dan Bu Sarti yang berubah datar setelah dari toilet.'Apa yang dilakukan Airin ke Mas Alan dan ibu,' batin Nuri bertanya-tanya."Ibu kayaknya nggak enak badan deh, Lan, sebaiknya kita pulang," ucap Bu Sarti."Loh, kenapa Tante? Sakit? Mau saya panggilkan dokter?" tanya Airin dengan tatapan mengejek."Ti...tidak usah, saya pulang saja," ucap Bu Sarti."Ayo, Alan, Nuri. Kita pulang sekarang," ajak Bu Sarti sekali lagi."Nuri, Mama ikut ke rumah kamu yah," ucap Bu Novi."Iya, Ma," jawab Nuri tersenyum.Mereka kemudian meninggalkan rumah Airin. Kini tinggal lah Niko dan Airin di sana."Kenapa masih di sini?" tanya Airin ketus."Masih mau berduaan sama kamu," ucap Niko nyengir."Pulang," usir Airin."Ya elah jutek banget sih, udah dibantuin juga," jawab Niko."Lihat jam, sudah setengah sepuluh, nanti jadi fitnah," ucap Airin."Okay, aku pulang," ucap Niko akhirnya menyerah.Sementara itu di perjalanan, Bu Novi meminta Alan ke hotel te
Alan pulang ke rumah dengan hati senang, kini ia tahu caranya untuk membalas Airin. Alan tidak perlu susah payah lagi berkerja di kantor itu, ia berencana untuk mengundurkan diri."Kalau begini kan, aku bisa dapat duit banyak tanpa harus susah payah kerja dan memohon pada Airin. Lihat saja Airin, aku akan membalasmu, sampai kamu memohon di depanku," ucap Alan kemudian ia masuk ke dalam rumah."Loh, Lan, Nuri mana? itu duit dari mana?" tanya Bu Sarti yang masih menonton televisi di ruang tengah."Ini, untuk ibu," ucap Alan menyerahkan sepuluh lembar uang seratusan ke ibunya.Dengan senang hati Bu Sarti menerima uang itu."Ini, uang dari mana?" tanya Bu Sarti."Terus Nuri sama ibunya mana?" tanya Bu Sarti lagi."Ibunya Nuri nggak tahu kemana, tadi dia pergi, kayaknya nggak suka di sini," jawab Alan asal kemudian duduk di sofa."Terus, Nuri, mana?" tanya Bu Sarti.Alan menatap ibunya dengan serius."Uang yang aku kasih ke ibu hasil dari menjual, Nuri," ucap Alan santai."Apa?" ucap Bu Sa
"Jangan bercanda, Nuri," ucap Alan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nuri."Kamu hampir saja membuatku jantungan tadi," ucap Alan lagi."Haha, kalau itu aku memang sengaja ingin mengerjai kamu, Mas," jawab Nuri tertawa."Aku pikir, semalam kamu yang menghabisi mereka semua, kupikir itu bagian dari rencanamu," ucap Nuri lagi sambil menatap Alan.Alan semakin bingung dengan perkataan Nuri barusan."Maksud kamu ada orang yang datang dan membunuh mereka semua?" tanya Alan dengan pandangan serius."Iya, saat Om Wisnu akan menjamah tubuhku, tiba-tiba seseorang yang mengenakan pakaian hitam dan memakai topeng datang kemudian menarik Om Wisnu dari atas tubuhku setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Pas subuh, aku bangun dalam keadaan memakai selimut, aku heran kenapa sepi. Saat aku mencari keluar dan membuka pintu kamar satu-satu, aku menemukan Om Wisnu dan anak buahnya dalam keadaan tidak bernapas dan bersimbah darah," jelas Nuri.Alan berpikir keras mencoba menerka-nerka siapa oran
Setelah menghabiskan waktu makan siang dengan Niko, Airin kembali ke ruangannya. Ia terus terpikir dengan apa yang diucapkan Niko tadi, dirinya sedang menjadi incaran orang."Aku harus pakai bodyguard kalau begini, untuk jaga-jaga. Jangan-jangan Orang itu suruhan Mas Alan dan Nuri," ucap Airin sambil berpikir."Iya, harus. Aku harus sewa bodyguard" ucap Airin lagi."Papa, aku harus kasih tahu papa soal ini," ucap Airin teringat dengan papanya.Airin kemudian mengambil ponsel dan menelpon sang papa."Halo, sayang bagaimana kabar kamu?" tanya papanya begitu menjawab telpon."Airin, baik kok, Pa," jawab Airin."Papa, masih di Jepang?" tanya Airin."Sekarang, Papa, di Sydney, lusa baru balik ke Indonesia," jawab sang papa."Aku butuh bantuan, Papa," ucap Airin."Bantuan apa, sayang? Apa perusahaan di Jakarta mengalami kesulitan?" tanya sang Papa menebak."Bukan, Pa, tapi aku," jawab Airin."Kamu kenapa, Nak?" tanya papanya khawatir."Ada orang yang ingin mencelakai aku, Pa. Aku butuh body
Mengetahui ada yang mengincar dan ingin mencelakai Airin, Niko tidak tinggal diam. Dia mencari tahu siapa orang itu namun, sampai saat ini dia belum mengetahui siapa orang itu.Sementara itu, di rumah Airin sudah ada beberapa bodyguard yang berjaga sejak dua hari yang lalu. Total bodyguard yang dipakai Airin sebanyak sepuluh orang. Tiga orang yang khusus tinggal di rumahnya untuk berjaga-jaga sementara tujuh lainnya selalu mengawal kemana pun Airin pergi. Mengetahui hal itu, Niko juga tidak tinggal diam. Dia mengerahkan orang-orangnya untuk selalu mengikuti Airin dan ada dua orang yang diperintahkan oleh Niko untuk tetap mencari tahu siapa orang yang pernah mengintai Airin itu.Niko juga mengurangi jadwal pemotretannya, ia ingin lebih banyak menghabiskan waktu dengan Airin dengan harapan Airin bisa luluh dan mencintainya namun, pergerakan Niko masih terbatas karena status Airin yang masih menjadi istri Alan. Ia tidak ingin menambah masalah di kehidupan Airin, sudah cukup masalah Airin
Arfin berhasil dibekuk polisi. Ia dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Pembunuhan terhadap Om Wisnu dan rencana pembunuhan terhadap Bu Sarti dan juga Alan.Airin bernapas dengan lega karena Arfin sudah berada dibalik jeruji besi. Kini saatnya ia mengakhiri hubungannya dengan Alan. Bagaimana pun juga ia ingin hidup dengan tentram dan bahagia tanpa dibayangi masa lalu.Proses perceraian nya dengan Alan berjalan dengan lancar yang pastinya dibantu oleh pengacara. Ia datang ke rumah Alan membawa surat cerai itu dan menyuruh Alan untuk menandatanganinya.Sementara Nuri ia sudah kembali ke kampung halamannya. Dengan segala penyesalan ia minta maaf pada Airin karena sudah mengacaukan rumah tangganya karena keegoisannya. Namun, yang ia dapat hanyalah kebahagiaan semu dan pada akhirnya ia memilih untuk pergi.Sebagai seorang kakak, Niko berjanji akan membiayai hidup Nuri dan calon anaknya. Bagaimanapun juga Nuri tetap lah saudaranya walau mereka beda ayah.Alan tidak dapat berbuat apa-
Airin memberi Nuri ponsel yang sudah ia aktifkan fitur lokasinya. Sehingga ia akan dengan mudah melacak kemana Nuri dan Arfin pergi."Awas saja kalau sampai kamu berkhianat. Kamu akan tahu akibatnya kalau berani mengkhianati aku," bisik Airin dengan nada ancaman."Sekarang kamu temui Arfin dan lakukan sesuai rencana. Hari ini juga Arfin harus mempertanggung jawabkan perbuatannya," ucap Airin melipat kedua tangan di depan dada."Okay," jawab Nuri singkat.Berbekal uang dari Airin, Nuri mengendarai taksi online menuju kos Arfin. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di sana. Dengan perasaan sedikit cemas ia mengetuk pintu kamar Arfin. Tidak lama berselang Arfin membukakan pintu."Nuri, ayo masuk," ucap Arfin menarik tangan Nuri."Kenapa kamu baru kesini? Kamu tahu aku sangat khawatir dengan keadaan kamu," ucap Arfin dengan nada khawatir."Aku baru bisa kabur dari Mas Alan," jawab Nuri lemah."Alan enggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak nyakitin kamu kan?" tanya Arfin cemas."Dia menyiks
"Nik, sini," panggil Airin.Niko berdiri dan melangkah ke arah Airin."Ada apa?" tanya Niko penasaran."Ini, lihat." Airin menyodorkan tabnya.Niko mengambil tab dan melihat rekaman cctv itu. Niko sangat terkejut melihat adegan demi adegan dalam rekaman cctv itu."Nik, bawa aku ketemu dengan Nuri," ucap Airin kemudian."Untuk apa?" tanya Niko."Kita bisa pakai Nuri untuk menjebak Arfin supaya mau mengakui kalau dia yang sudah membunuh Om Wisnu dan anak buahnya. Dengan begitu dia akan dipenjara dan aku tidak perlu khawatir lagi dicelakai sama dia," jelas Airin.Niko diam sejenak. Ia memikirkan perkataan Airin barusan."Okay, nanti sepulang kerja aku jemput kamu," jawab Niko."Kenapa enggak sekarang aja sih?" tanya Airin sedikit kesal."Airin sayang, sebentar lagi aku ada pemotretan," jawab Niko."Ya udah, sana pergi. Ngapain masih di sini," ucap Airin kesal."Jangan jutek gitu dong, ntar cantiknya hilang," goda Niko."Bodoh amat," balas Airin."Ya udah aku pergi yah, nanti pulang kanto
Alan sangat murka terhadap Nuri. Ia memperlakukan Nuri seperti pembantu. Bu Sarti yang sudah mengetahui semuanya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia juga begitu kecewa dengan perbuatan Nuri.Alan tidak ingin menceraikan Nuri karena ingin membalas perbuatannya dengan Arfin. Ia akan membuat Nuri menderita."Bangun!" bentak Alan seraya mengguyur Nuri dengan seember air.Sejak malam dimana Alan memergoki Nuri dan Arfin, ia menyuruh Nuri tidur di kamar belakang khusus untuk pembantu."Mas, kamu keterlaluan banget sih," pekik Nuri yang baru saja bangun."Jam berapa sekarang ha? Cepat bangun dan siapkan sarapan untuk aku dan Ibu," perintah Alan."Mas, sejak tadi malam aku tidak enak badan. Perutku rasanya sakit," keluh Nuri dengan tampan memelas."Aku tidak peduli! Sekarang cepat ke dapur dan siapkan sarapan aku dan Ibu," bentak Alan."Mas," ucap Nuri dengan tampan memohon dan memelas."Cepat!" bentak Alan membuat Nuri tersentak kaget.Dengan meringis kesakitan juga memegang perutnya Nuri berjal
Niko membawa Bu Wulan dan Airin ke sebuah cafe outdoor. Mereka menikmati makan malam dengan panorama alam yang didesain sedemikian rupa hingga dapat memanjakan mata pengunjung.Selama berada di cafe itu, Niko tidak pernah melepas masker, jaket dan juga topi yang dikenakannya. Ia tidak mau orang-orang yang ada di cafe mengenalinya."Masker sama topinya kenapa tidak dilepas?" tanya Bu Wulan."Ma, di sini banyak orang, aku nggak mau nanti kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi," Airin menjawab pertanyaan ibunya."Ya udah kalau begitu, kita cari restoran yang ada ruang privat nya," ucap Bu Wulan."Tapi, di sini bagus, Ma," selah Airin."Daripada Niko tidak makan, cuma lihatin kita," ucap Bu Wulan."Ya udah," ucap Airin mengalah.Setelah membayar makanan, mereka pergi dari cafe itu. Sesuai dengan usulan Bu Wulan mereka ke sebuah restoran yang ada ruang privat nya.Mereka kembali memesan beberapa menu. Setelah itu mereka diantar oleh pelayan restoran ke ruang privat."Silahkan," ucap pe
Setelah Arfin dan Nuri pergi dari cafe itu, Airin juga pergi. Tujuannya setelah dari cafe adalah klinik dokter Fatimah. Ia harus memberitahu dokter Fatimah tentang rencana Arfin dan Nuri.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di klinik dokter Fatimah."Kok, tutup yah," gumam Airin setelah melihat plan bertuliskan tutup di depan pintu masuk.Airin mengambil ponselnya dari tas kemudian menelpon dokter Fatimah."Halo, Airin, ada apa?" tanya dokter Fatimah begitu menjawab telpon."Maaf kalau saya mengganggu waktu, dokter. Saya hanya ingin bertanya, kenapa klinik dokter tutup?" tanya Airin."Saya sedang ada seminar dan pelatihan di Singapura sampai dua Minggu ke depan. Ada apa Airin?" jawab dan tanya dokter Fatimah."Ah, tidak apa-apa, dokter, saya hanya ingin menanyakan hasil tes DNA Mas Alan," jawab Airin."Hasilnya akan keluar tiga Minggu lagi kan. Saya hanya dua Minggu di sini," jawab dokter Fatimah.Airin diam sejenak, ia bingung bagaimana caranya menyampaikan ke dokter Fatimah perihal
Tanpa sepengetahuan Niko, diam-diam Airin menjalankan aksinya untuk mendapatkan bukti kejahatan Arfin.Airin mendatangi pemilik indekos dan mengatakan padanya jika penghuni kamar dua belas seorang pembunuh dan saat ini ia sedang berusaha mencari bukti kuat.Airin meminta izin kepada pemilik indekos itu untuk memasang penyadap dan juga kamera pengintai di kamar yang ditempati oleh Arfin itu.Sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada Airin. Hari itu, Arfin keluar sehingga Airin bisa masuk dan meletakkan penyadap di bawah ranjang dan kamera pengintai ditempat tersembunyi."Okay sudah selesai," ucap Airin lalu dengan cepat pergi dari sana.Setelah dari indekos Arfin, Airin mampir sejenak di sebuah cafe untuk sekadar menikmati secangkir cokelat hangat.Setelah memarkir mobil, Airin hendak turun namun ia urungkan karena melihat dua orang yang sangat ia kenal berjalan dengan bergandengan tangan memasuki cafe itu."Itu kan' Arfin sama Nuri. Wah nggak bener nih, mereka kok gandengan tangan
Setelah mengantar Alan dan Nuri melakukan tes DNA, Airin langsung menuju kantor. Banyak pekerjaan yang menumpuk karena sibuk mengatasi masalah rumah tangganya yang sudah hancur itu.Sesampai di kantor ia dikejutkan dengan Niko yang menunggu di depan ruangannya."Niko, ngapain kamu di sini?" tanya Airin mengerutkan dahinya."Kangen," jawab Niko terkekeh."Jangan mulai deh, nanti ada yang dengar terus sebar ke media, bisa jadi berita besar lagi," ucap Airin jengah."Bercanda, nggak usah cemberut gitu," ucap Niko."Jadi, ada apa kamu kesini?" tanya Airin lagi."Aku sudah berhasil menemukan Arfin," jawab Niko."Serius?" tanya Airin tidak percaya."Iya, orang suruhanku berhasil menemukannya, dia tinggal di indekos Nuri," jawab Niko."Kok bisa dia tinggal di situ?" tanya Airin lagi."Jadi waktu itu Arfin datang ke kos-an Nuri dan kebetulan waktu itu Alan juga berada di sana. Arfin berpura-pura jadi teman lama Nuri, karena Nuri sudah kembali ke rumah Bu Sarti, akhirnya Arfin tinggal di sana,
"Aku akan memberikan separuh hartaku dengan syarat, Kamu melakukan tes DNA dengan janin yang sedang dikandung oleh Nuri," ucap Airin sukses membuat Nuri terkejut."Apa-apaan kamu, Airin!" ucap Nuri dengan suara tinggi, jelas ia tidak setuju dengan apa yang dikatakan Airin itu."Kalau hasilnya sama, maka aku akan memberikan separuh hartaku," lanjut Airin.Nuri maju beberapa langkah dan kini berdiri tepat dihadapan Airin."Apa maksud kamu, ha?" tanya Nuri dengan tatapan tajam."Nggak, ibu nggak setuju! Ini sama aja penghinaan terhadap Alan," ucap Bu Sarti menimpali."Baiklah, aku akan melakukannya," ucap Alan membuat mata Nuri seketika membulat."Mas, kamu apa-apaan sih. Kamu nggak percaya kalau anak ini, anak kamu?" tanya Nuri dengan raut wajah tidak setuju."Bukannya aku tidak percaya. Aku ingin membuktikan ke wanita sombong ini, kalau selama ini dialah yang mandul, dan begitu hasil tes DNA keluar, separuh hartanya akan jadi milik kita," ucap Alan menatap Airin tajam."Okay, besok kal