Pak Satrio yang baru saja pulang dari peternakan sapinya, ia melihat banyak sekali panggilan tidak terjawab dari putrinya.Pak Satrio langsung menelpon balik putrinya."Halo," ucap Pak Satrio begitu Nuri menjawab telpon."Halo, Pa, darimana aja sih. Daritadi aku telponin tapi nggak dijawab," ucap Nuri sedikit kesal."Maaf, sayang, tadi Papa ke peternakan sapi dan lupa bawa ponsel," jawab Pak Satrio."Ada apa, Nak?" tanya Pak Satrio kemudian."Aku butuh uang, Pa," jawab Nuri."Uang? Memang suami kamu tidak ngasih uang?" tanya Pak Satrio."Mas Alan ngasih kok, Pa, tapi sekarang aku lagi butuh banget, Pa," jelas Nuri."Okay, okay, kamu butuh berapa?" tanya Pak Satrio."Papa ada uang seratus juta nggak?" tanya Nuri."Apa? Seratus juta?" tanya Pak Satrio memastikan."Iya, Pa, aku mau papa kirimin uang seratus juta," jawab Nuri."Papa tidak ada uang sebanyak itu, Nuri," jawab Pak Satrio."Nggak ada? Kok bisa? Kebun jeruk kan baru panen," ucap Nuri."Iya, tapi kali ini banyak jeruk yang busu
Nuri sangat senang karena sang ayah mengirimkan uang sesuai nominal yang ia minta. Akhirnya ia bisa foya-foya dan belanja sepuasnya.Sementara Alan, dia masih dibuat bingung sekaligus pusing kenapa bisa gajinya belum masuk juga sampai hari ini padahal Santi mengatakan sudah mengirimkan semua gaji karyawan. Alan juga menanyakan ke karyawan lain perihal gaji dan mereka menjawab kalau gaji mereka sudah masuk sejak tanggal satu."Mas, kamu kenapa sih dari tadi diam aja, ada apa?" tanya Nuri kesal melihat suaminya yang hanya diam."Aku lagi pusing, sebenarnya kenapa gajiku belum masuk," jawab Alan."Udahlah nggak usah dipikirin lagi, toh papa aku sudah ngirimin uang," ucap Nuri ketus."Kalau seterusnya gaji aku tidak masuk begini bagaimana?" tanya Alan dengan suara tinggi."Tidak mungkin kan kamu terus-terusan minta ke papa kamu," lanjut Alan."Yah nggak mungkin lah gaji kamu tidak masuk sampai seterusnya, mungkin ini hanya ada kesalahan teknis saja. Nanti kalau kita balik Jakarta kamu ur
Bu Novi membawa Airin ke ruang keluarga karena Niko anaknya baru saja tiba."Niko, ini Airin anak temannya Papa," ucap Bu Novi memperkenalkan Airin ke Niko.Seketika Niko berbalik dan melihat ke arah Airin."Loh, Nikolas?"Arin?Ucap Niko dan Airin bersamaan."Kalian sudah saling kenal?" tanya Bu Novi penasaran."Kalau Nikolas saya kenal Tante, soalnya dia beberapa kali jadi brand ambassador produk dari perusahaan Papa, kami juga beberapa kali ketemu waktu di Jerman," jawab Airin menjelaskan."Kok kamu bisa ada di rumah aku?" tanya Niko.Airin terlihat bingung mau menjawab apa."Airin lagi liburan dan dia nginap di rumah kita," jawab Bu Novi."Liburan?" tanya Niko memastikan."Iya, benar, aku liburan," jawab Airin."Tapi aku udah mau pulang kok hari ini," ucap Airin lagi."Loh, kok buru-buru banget sih," protes Bu Novi."Saya juga masih mau singgah dulu di villa papa di kota," jawab Airin."Ya udah kita barengan aja gimana? Aku juga mau ke kota," ucap Niko."Loh, kamu kan baru datang
"Halo, Mas, kamu masih di sana kan?" tanya Airin karena Alan tidak kunjung bersuara."I...iya, sayang, kenapa? Tadi kamu bilang apa?" tanya Alan untuk mengurangi rasa gugup."Tadi aku bilang kalau Nuri itu anaknya Om Satrio dan katanya dia sudah menikah," jawab Airin tersenyum penuh kemenangan."Kamu salah kali, sayang, mana mungkin Nuri sudah menikah sementara dia ke Jakarta tuh untuk kerja untuk membantu perekonomian keluarganya," jawab Alan membuat Airin tersenyum miring.'Mas Alan, Mas Alan sudah ketahuan pun kamu masih bisa ngeles, bisa-bisanya kamu berbohong sampai sejauh ini. Baiklah, aku akan mengikuti kebohongan mu ini,' batin Airin sambil geleng-geleng kepala."Halo, sayang," ucap Alan lagi."Iya, Mas, kenapa?" Airin pura-pura bertanya dan mengalihkan pembicaraan."Kamu kapan kembali ke Jakarta?" tanya Alan."Mungkin besok, soalnya kakaknya Nuri dan ibunya mau ikut aku ke Jakarta, dia kangen sama anaknya," jawab Airin lagi-lagi membuat jantung Alan berdebar tidak karuan."I.
"Selama ini aku menyuruh orang untuk mencari tahu semua tentangmu Airin, aku menyuruh orang untuk mengawasi semua pergerakan kamu. Sehingga aku tahu semua yang kamu lakukan," ucap Niko berbisik di dekat telinga Airin.Setelah itu Niko mundur dua langkah dari dekat Airin dan memasukkan kedua tangannya di saku celana, hingga akhirnya Airin bisa bernapas lega."Aku melakukan semua itu karena aku mencintai kamu, Airin. Aku jatuh cinta saat pertama kali bertemu denganmu di Jerman dua tahun lalu, sebelum kamu menikah dengan Alan," ucap Niko lagi."Tapi, sayangnya papa kamu malah menjodohkan kamu dengan Alan, laki-laki tidak benar itu," ucap Niko menahan emosi."Apa maksud kamu, Nik?" tanya Airin bingung."Alan memang laki-laki tidak benar, ingat Airin. Aku pernah tinggal satu desa dengan dia di desa ini sebelum akhirnya aku memutuskan untuk terjun ke dunia modeling," jawab Niko."Tapi, sepertinya aku harus berterimakasih padanya, karena berkat dia aku bisa seperti sekarang. Dulu dia menjeba
Sekitar jam sepuluh malam Airin, Fey, Niko dan Bu Novi tiba di villa milik orang tua Airin."Tante, ini villa milik papa, malam ini kita nginap di sini dulu. Besok pagi baru deh kita ke Jakarta," ucap Airin begitu mobil berhenti di depan villa itu."Wah, villa nya bagus banget," ucap Bu Novi kagum."Ah ini biasa aja kok, Tante. Malah papa punya yang lebih bagus lagi di puncak sama di Bali," ucap Airin sengaja."Nanti ajak Tante kesana yah," ucap Bu Novi kemudian turun dari mobil.Fey dan Pak supir ikut turun setelah Bu Novi, sementara Niko dan Airin masih di dalam mobil. Niko yang duduk di kursi depan berbalik menatap Airin."Airin, mulai saat ini aku akan selalu ada untuk kamu," ucap Niko tersenyum.Airin memutar bola matanya dengan malas."Udah deh, Nik, jangan banyak omong kamu," ucap Airin hendak membuka pintu mobil namun, Niko menahan tangannya."Lepasin! ingat, Nik, aku ini masih istri orang," ucap Airin dengan mata melotot.Niko melepas pegangannya di tangan Airin."Aku yakin,
"Kamu punya teman yang bisa cari tahu siapa pemilik nomor ini?" tanya Airin."Tunggu, coba aku lihat nomornya, sepertinya aku kenal nomor ini," jawab Fey.Fey mengambil ponsel Airin dan memperhatikan dengan seksama nomor misterius itu."Ini kayak nomornya Sendy," gumam Fey lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas ranjang.Fey mencari nomor Sendy di ponselnya kemudian mencocokkan dengan nomor misterius yang mengirimkan pesan pada Airin.Mulut Fey berbentuk huruf O sementara matanya membulat sempurna."Rin, ini nomor Sendy," ucap Fey kemudian."Sendy? Kamu kenal dia?" tanya Airin."Iya, aku kenal," jawab Fey."Siapa dia?" tanya Fey."Dia teman SMA ku, Rin, dia yang punya bengkel mobil tempat kamu sering servis mobil," jawab Fey."Tapi kok bisa dia kirimin kamu foto dan video seperti ini?" tanya Fey."Aku juga nggak tahu, sepertinya dia tahu banyak deh tentang Mas Alan, aku harus ketemu dia Fey," ucap Airin menatap Fey."Okay, nanti di Jakarta aku akan atur pertemuan kamu sama di
"Mas Alan, Mas Alan, jam segini baru mau ke kantor, selama menikah dengan Nuri kinerjanya menurun. Dia pikir bisa bertahan kalau kinerjanya terus menurun, jangan mimpi deh karena aku sendiri yang akan menendangnya keluar dark perusahaan," ucap Airin melihat jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan kanannya dan jam menunjukkan pukul sepuluh.Tanpa membuang waktu lagi Airin berangkat ke kantor dengan mengendarai mobil terbaru keluaran Eropa. Pagi tadi ia meminta orang untuk mengantarkan mobil itu ke rumahnya.Dengan setelan kantor yang terlihat sangat elegan, tas branded asal Paris tergenggam dengan erat di tangan kanannya, heels setinggi lima sentimeter menghiasi kaki jenjangnya yang berwarna hitam senada dengan blus yang dikenakannya. Jangan lupakan kacamata hitam yang pastinya bermerek bertengger indah di hidungnya yang bangir. Airin melangkah dengan sangat elegan memasuki gedung kantornya yang berjumlah lima belas lantai itu.Yah, hari ini Airin resmi jadi CEO di kant
Arfin berhasil dibekuk polisi. Ia dijatuhi hukuman sesuai dengan perbuatannya. Pembunuhan terhadap Om Wisnu dan rencana pembunuhan terhadap Bu Sarti dan juga Alan.Airin bernapas dengan lega karena Arfin sudah berada dibalik jeruji besi. Kini saatnya ia mengakhiri hubungannya dengan Alan. Bagaimana pun juga ia ingin hidup dengan tentram dan bahagia tanpa dibayangi masa lalu.Proses perceraian nya dengan Alan berjalan dengan lancar yang pastinya dibantu oleh pengacara. Ia datang ke rumah Alan membawa surat cerai itu dan menyuruh Alan untuk menandatanganinya.Sementara Nuri ia sudah kembali ke kampung halamannya. Dengan segala penyesalan ia minta maaf pada Airin karena sudah mengacaukan rumah tangganya karena keegoisannya. Namun, yang ia dapat hanyalah kebahagiaan semu dan pada akhirnya ia memilih untuk pergi.Sebagai seorang kakak, Niko berjanji akan membiayai hidup Nuri dan calon anaknya. Bagaimanapun juga Nuri tetap lah saudaranya walau mereka beda ayah.Alan tidak dapat berbuat apa-
Airin memberi Nuri ponsel yang sudah ia aktifkan fitur lokasinya. Sehingga ia akan dengan mudah melacak kemana Nuri dan Arfin pergi."Awas saja kalau sampai kamu berkhianat. Kamu akan tahu akibatnya kalau berani mengkhianati aku," bisik Airin dengan nada ancaman."Sekarang kamu temui Arfin dan lakukan sesuai rencana. Hari ini juga Arfin harus mempertanggung jawabkan perbuatannya," ucap Airin melipat kedua tangan di depan dada."Okay," jawab Nuri singkat.Berbekal uang dari Airin, Nuri mengendarai taksi online menuju kos Arfin. Tidak lama kemudian ia sudah sampai di sana. Dengan perasaan sedikit cemas ia mengetuk pintu kamar Arfin. Tidak lama berselang Arfin membukakan pintu."Nuri, ayo masuk," ucap Arfin menarik tangan Nuri."Kenapa kamu baru kesini? Kamu tahu aku sangat khawatir dengan keadaan kamu," ucap Arfin dengan nada khawatir."Aku baru bisa kabur dari Mas Alan," jawab Nuri lemah."Alan enggak ngapa-ngapain kamu kan? Dia nggak nyakitin kamu kan?" tanya Arfin cemas."Dia menyiks
"Nik, sini," panggil Airin.Niko berdiri dan melangkah ke arah Airin."Ada apa?" tanya Niko penasaran."Ini, lihat." Airin menyodorkan tabnya.Niko mengambil tab dan melihat rekaman cctv itu. Niko sangat terkejut melihat adegan demi adegan dalam rekaman cctv itu."Nik, bawa aku ketemu dengan Nuri," ucap Airin kemudian."Untuk apa?" tanya Niko."Kita bisa pakai Nuri untuk menjebak Arfin supaya mau mengakui kalau dia yang sudah membunuh Om Wisnu dan anak buahnya. Dengan begitu dia akan dipenjara dan aku tidak perlu khawatir lagi dicelakai sama dia," jelas Airin.Niko diam sejenak. Ia memikirkan perkataan Airin barusan."Okay, nanti sepulang kerja aku jemput kamu," jawab Niko."Kenapa enggak sekarang aja sih?" tanya Airin sedikit kesal."Airin sayang, sebentar lagi aku ada pemotretan," jawab Niko."Ya udah, sana pergi. Ngapain masih di sini," ucap Airin kesal."Jangan jutek gitu dong, ntar cantiknya hilang," goda Niko."Bodoh amat," balas Airin."Ya udah aku pergi yah, nanti pulang kanto
Alan sangat murka terhadap Nuri. Ia memperlakukan Nuri seperti pembantu. Bu Sarti yang sudah mengetahui semuanya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia juga begitu kecewa dengan perbuatan Nuri.Alan tidak ingin menceraikan Nuri karena ingin membalas perbuatannya dengan Arfin. Ia akan membuat Nuri menderita."Bangun!" bentak Alan seraya mengguyur Nuri dengan seember air.Sejak malam dimana Alan memergoki Nuri dan Arfin, ia menyuruh Nuri tidur di kamar belakang khusus untuk pembantu."Mas, kamu keterlaluan banget sih," pekik Nuri yang baru saja bangun."Jam berapa sekarang ha? Cepat bangun dan siapkan sarapan untuk aku dan Ibu," perintah Alan."Mas, sejak tadi malam aku tidak enak badan. Perutku rasanya sakit," keluh Nuri dengan tampan memelas."Aku tidak peduli! Sekarang cepat ke dapur dan siapkan sarapan aku dan Ibu," bentak Alan."Mas," ucap Nuri dengan tampan memohon dan memelas."Cepat!" bentak Alan membuat Nuri tersentak kaget.Dengan meringis kesakitan juga memegang perutnya Nuri berjal
Niko membawa Bu Wulan dan Airin ke sebuah cafe outdoor. Mereka menikmati makan malam dengan panorama alam yang didesain sedemikian rupa hingga dapat memanjakan mata pengunjung.Selama berada di cafe itu, Niko tidak pernah melepas masker, jaket dan juga topi yang dikenakannya. Ia tidak mau orang-orang yang ada di cafe mengenalinya."Masker sama topinya kenapa tidak dilepas?" tanya Bu Wulan."Ma, di sini banyak orang, aku nggak mau nanti kejadian beberapa waktu lalu terulang lagi," Airin menjawab pertanyaan ibunya."Ya udah kalau begitu, kita cari restoran yang ada ruang privat nya," ucap Bu Wulan."Tapi, di sini bagus, Ma," selah Airin."Daripada Niko tidak makan, cuma lihatin kita," ucap Bu Wulan."Ya udah," ucap Airin mengalah.Setelah membayar makanan, mereka pergi dari cafe itu. Sesuai dengan usulan Bu Wulan mereka ke sebuah restoran yang ada ruang privat nya.Mereka kembali memesan beberapa menu. Setelah itu mereka diantar oleh pelayan restoran ke ruang privat."Silahkan," ucap pe
Setelah Arfin dan Nuri pergi dari cafe itu, Airin juga pergi. Tujuannya setelah dari cafe adalah klinik dokter Fatimah. Ia harus memberitahu dokter Fatimah tentang rencana Arfin dan Nuri.Tidak lama kemudian ia sudah sampai di klinik dokter Fatimah."Kok, tutup yah," gumam Airin setelah melihat plan bertuliskan tutup di depan pintu masuk.Airin mengambil ponselnya dari tas kemudian menelpon dokter Fatimah."Halo, Airin, ada apa?" tanya dokter Fatimah begitu menjawab telpon."Maaf kalau saya mengganggu waktu, dokter. Saya hanya ingin bertanya, kenapa klinik dokter tutup?" tanya Airin."Saya sedang ada seminar dan pelatihan di Singapura sampai dua Minggu ke depan. Ada apa Airin?" jawab dan tanya dokter Fatimah."Ah, tidak apa-apa, dokter, saya hanya ingin menanyakan hasil tes DNA Mas Alan," jawab Airin."Hasilnya akan keluar tiga Minggu lagi kan. Saya hanya dua Minggu di sini," jawab dokter Fatimah.Airin diam sejenak, ia bingung bagaimana caranya menyampaikan ke dokter Fatimah perihal
Tanpa sepengetahuan Niko, diam-diam Airin menjalankan aksinya untuk mendapatkan bukti kejahatan Arfin.Airin mendatangi pemilik indekos dan mengatakan padanya jika penghuni kamar dua belas seorang pembunuh dan saat ini ia sedang berusaha mencari bukti kuat.Airin meminta izin kepada pemilik indekos itu untuk memasang penyadap dan juga kamera pengintai di kamar yang ditempati oleh Arfin itu.Sepertinya keberuntungan sedang berpihak pada Airin. Hari itu, Arfin keluar sehingga Airin bisa masuk dan meletakkan penyadap di bawah ranjang dan kamera pengintai ditempat tersembunyi."Okay sudah selesai," ucap Airin lalu dengan cepat pergi dari sana.Setelah dari indekos Arfin, Airin mampir sejenak di sebuah cafe untuk sekadar menikmati secangkir cokelat hangat.Setelah memarkir mobil, Airin hendak turun namun ia urungkan karena melihat dua orang yang sangat ia kenal berjalan dengan bergandengan tangan memasuki cafe itu."Itu kan' Arfin sama Nuri. Wah nggak bener nih, mereka kok gandengan tangan
Setelah mengantar Alan dan Nuri melakukan tes DNA, Airin langsung menuju kantor. Banyak pekerjaan yang menumpuk karena sibuk mengatasi masalah rumah tangganya yang sudah hancur itu.Sesampai di kantor ia dikejutkan dengan Niko yang menunggu di depan ruangannya."Niko, ngapain kamu di sini?" tanya Airin mengerutkan dahinya."Kangen," jawab Niko terkekeh."Jangan mulai deh, nanti ada yang dengar terus sebar ke media, bisa jadi berita besar lagi," ucap Airin jengah."Bercanda, nggak usah cemberut gitu," ucap Niko."Jadi, ada apa kamu kesini?" tanya Airin lagi."Aku sudah berhasil menemukan Arfin," jawab Niko."Serius?" tanya Airin tidak percaya."Iya, orang suruhanku berhasil menemukannya, dia tinggal di indekos Nuri," jawab Niko."Kok bisa dia tinggal di situ?" tanya Airin lagi."Jadi waktu itu Arfin datang ke kos-an Nuri dan kebetulan waktu itu Alan juga berada di sana. Arfin berpura-pura jadi teman lama Nuri, karena Nuri sudah kembali ke rumah Bu Sarti, akhirnya Arfin tinggal di sana,
"Aku akan memberikan separuh hartaku dengan syarat, Kamu melakukan tes DNA dengan janin yang sedang dikandung oleh Nuri," ucap Airin sukses membuat Nuri terkejut."Apa-apaan kamu, Airin!" ucap Nuri dengan suara tinggi, jelas ia tidak setuju dengan apa yang dikatakan Airin itu."Kalau hasilnya sama, maka aku akan memberikan separuh hartaku," lanjut Airin.Nuri maju beberapa langkah dan kini berdiri tepat dihadapan Airin."Apa maksud kamu, ha?" tanya Nuri dengan tatapan tajam."Nggak, ibu nggak setuju! Ini sama aja penghinaan terhadap Alan," ucap Bu Sarti menimpali."Baiklah, aku akan melakukannya," ucap Alan membuat mata Nuri seketika membulat."Mas, kamu apa-apaan sih. Kamu nggak percaya kalau anak ini, anak kamu?" tanya Nuri dengan raut wajah tidak setuju."Bukannya aku tidak percaya. Aku ingin membuktikan ke wanita sombong ini, kalau selama ini dialah yang mandul, dan begitu hasil tes DNA keluar, separuh hartanya akan jadi milik kita," ucap Alan menatap Airin tajam."Okay, besok kal