Share

bau bau

Author: Maey Angel
last update Last Updated: 2024-02-02 22:13:29

Aroma masakan tercium dari radius terdekatku. Aku yang baru selesai sholat magrib berjamaan di masjid pun langsung penasaran dengan bau sedap dari dalam rumah. Aku mengucapkan salam bersama dengan Mas Ahmad dan terlihat Ibu sedang menikmati makanan lezat di atas meja.

“Wuih, makan makan nih!” ucapku yang langsung duduk di samping Mbak Mita. Mata kakak iparku langsung menajam saat aku pura pura dekat dengannya. Padahal bukan karena ingin makan makanan yang ada di meja, hanya ingin terlihat akur saja dengan ibu mertua. Lelaki yang menjadi suamiku pun tersenyum. Dia yakin aku adalah wanita yang istimewa karena bisa sesabar itu membaurkan diri dengan keluarganya yang sangat sangat menyebalkan itu.

“Dari siapa, Bu?” tanya Mas Ahmad.

“Dari Minah, tadi dia belikan di kedai baru depan sana. Dia bilang kenal dengan pemiliknya, jadi banyak bonus dan dikasih kita semua. Minah memang wanita yang gaul dan nggak kampungan. Teman temannya pengusaha semua, makanya dapat kemurahan seperti ini,” puji
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    telepon sama Abang

    “Abang abang kalau mau main ke rumah mertua Nina, kabari dulu ya? Takutnya nggak ada persiapan, nggak enak kan kalau disajikan air putih doang,” ucapku.“Sip, nanti Abang kabari. Nunggu Bang Cakra libur ya, dia kan yang kantor sendiri.”Dari ketiga kakak kakakku, hanya Bang Cakra yang memang mempunyai pekerjaan mapan. Dia kerja di perusahaan pengiriman barang dan menjabat sebagai orang penting di sana. Sebenarnya belum lama sih dia bekerja di sana, baru setelah satu tahun pasca aku menikah, jabatan Bang Cakra yang tadinya hanya karyawan biasa akhirnya diangkat menjadi Manager di kantornya. “Bang Angga, ngantor makanya. Jadi nggak nganan kalau Bang Cakra terlihat ganteng dengan setelan jasnya sedangkan Bang Angga masih dengan celana sobeknya. Euu … nggak banget,” kekehku.“Ya nggak apa apa, meski pakaian tak modis tapi ciwi ciwi udah nganteri di belakang layar udah kayak panjangnya antrian BLT, Dek. Jangan salah! Sedangkan Bang Cakra, beuh .. mana ada pacar. Teman dekat saja nggak a

    Last Updated : 2024-02-02
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    cabe level 10

    Aku hendak pergi berjualan. Aku bungkam tanpa suara apapun selain tangan yang aku ulurkan dan bersalaman dengan suamiku. Jika biasanya aku selalu menyemangatinya kali ini aku diam saja. "Kenapa sih? Tumben banget pagi-pagi udah manyun.""Lagi pengen nelen orang jadi nggak usah tanya-tanya. Nina pergi dulu, assalamualaikum.""Waalaikumsalam. Semangat Sayang, semoga jualannya laris manis Tanjung kimpul.""Min."Aku menjawabnya dengan malas dan langsung keluar dari kamar. Aku mengabaikan suara Jani yang sudah berteriak meminta uang saku. Aku sedang kesal pada kakaknya dan aku juga sedang tidak ingin berbicara dengan keluarga suamiku yang sangat menyebalkan semuanya."Mbak, uang sakunya mana? Udah diminta dari tadi juga," pinta Jani dengan raut wajah kesalnya."Emangnya aku mbakmu apa! Minta tuh sama Mbak kamu yang kaya raya dan sombong!""Mbak Mita nggak ada duit, Mbak Nina aja. Udah sih, ini Udah kesiangan loh."Untuk pertama kalinya aku memasang wajah kesal kepada bocah remaja itu. Me

    Last Updated : 2024-02-03
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ajakan

    Aku langsung berjalan dengan cepat menuju ke rumah. Aku mengabaikan ketika orang yang sedang ngerumpi di depan rumah dengan para tetangga dan langsung nyelonong tanpa menyapa mereka. Aku yakin setelah ini aku menjadi bahan kibahan selanjutnya dan aku tidak peduli tentang itu lagi. Hidup bertetangga apalagi bersama dengan mertua memang harus tebal telinga dan juga hati biar nggak selalu kurus termakan emosi.Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menuntaskan hajatku di sana. Rasanya mendadak mules dan tidak bisa lagi menunda-nunda untuk mengeluarkannya. Makanan yang dijualkan oleh Bu Hartati benar-benar enak dan luar biasa tetapi karena aku yang memakai level tinggi untuk bisa menikmatinya akhirnya perutku sakit sendiri dan mules karena terlalu kebanyakan cabai. Sudah lama aku berada di dalam kamar mandi sampai benar-benar merasa lega. Aku pun memutuskan untuk langsung istirahat di kamar dan mengunci pintu kamarnya agar tidak diganggu oleh para wanita di depan sana.Terdengar gedo

    Last Updated : 2024-02-03
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    menyimpan makanan

    Sepertinya aku tidur cukup lama karena saat aku bangun suara adzan sudah berkumandang dan itu artinya aku sudah 3 jam tidur Setelah Mas Ahmad memijitku dan membalurkan minyak kayu putih pada tubuhku. Hal yang membuat aku merasa lebih baik adalah Mas Ahmad yang lebih mendengarkan keinginanku daripada permintaan dari keluarganya itu. Permintaan yang sampai saat ini belum pernah dikabulkan oleh mas Ahmad adalah pindah dari rumah ini karena bagi Mas Ahmad baktinya pada sang ibu adalah Dengan menemani sang Ibu meskipun berdarah-darah dan penuh cacian.Sebenarnya hal ini sangat keliru karena berbakti tidak harus dengan satu rumah tetapi sepertinya Mas Ahmad hanya mau pindah jika kami memang sudah mempunyai rumah yang menetap dan bukan ngontrak. Kata Mas Ahmad Jika ngontrak sama saja seperti aku membuang-buang uang yang tidak menghasilkan apa-apa dan itu aku pikir masuk akal. Jika saja ada rumah murah yang bisa dikredit 200.000 sebulan pasti sudah aku ambil meskipun harus membayarnya seumur

    Last Updated : 2024-02-04
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Barang lama

    Berhubung aku libur nggak jualan, aku bantu Mas Ahmad bebersih di rumah Pak Darmuji. Sekalian aku pun ingin menemaninya seharian ini. Aku sangat senang karena Mas Ahmad pun tak keberatan, Pak Darmuji pun terlihat datang berkunjung lagi pagi ini.“Tumben awal datangnya, Pak?” tanyaku pada Pak Darmuji.“Iya. Mau mengecek sudah atau belum pembersihan halaman rumahnya. Kamu lagi nggak jualan, Nin?” tanya Pak Darmuji.“Nggak, Pak. Lagi pengen nempel sama ayang, soalnya dianya udah jadi perangko hati Nina, Pak,” kekehku.“Ealah, bucin Mad istrimu ini,” kekeh Pak Darmuji. “Ini ada titipan dari Elle, dia baru pulang dari Jakarta. Katanya mau sampai dulu di Cilacap nyambut abangnya.”Aku menerima bungkusan putih besar dari Pak Darmuji. Dari aromanya sungguh enak dan lezat. Aku mempersilahkan Pak Darmuji duduk di teras dan mengambilkan air dari galon yang ada di sana.“Dalamnya sudah dikosongkan semua, Nin?” tanya Pak Darmuji.“Lah, memangnya harus dikosongkan, Pak?”“Ya iya, itu semua barang b

    Last Updated : 2024-02-04
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    apa mungkin?

    "Loh, apa ini, Nin?"Ibu mertuaku terlihat terkejut saat aku pulang dengan membawa banyak perabotan bekas ke rumah."Lumayan dikasih bekasan, bisa buat perabotan dasar sebelum punya rumah sendiri," jawabku."Barang bekas mau buat apa? Sampah!" sindir Mbak Mita. "Situ nggak mampu beli ya?""Ini memang sampah tetapi masih bisa dipakai dan digunakan dengan baik. Nina membawanya pulang juga bukan buat ibu maupun Mbak Nita pakai tetapi untuk digunakan Nina saat nanti punya rumah sendiri," jawabku.Mereka benar-benar orang yang songol dan menyebalkan. Barang yang aku bawa pulang ini belum rusak-rusak sangat dan masih sangat layak untuk dijadikan barang-barang koleksi isi rumah. Ada spring bed dan juga televisi serta lemari pakaian dan juga lemari bufet. Ada juga berbagai peralatan dapur yang tentu masih sangat bagus dan apik untuk dipakai."Mau ditaruh di mana semua barang-barang ini? Yang ada menu-menuhin lemari!" tanya Ibu."Sementara ini ditaruh di luar dulu katanya Mas Ahmad. Kalau mema

    Last Updated : 2024-02-05
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bungkam

    Aku mendengar suara mobil yang berhenti di depan halaman rumah. Ingin rasanya s aku melihat siapa yang pulang dan berharap sItu adalah suamiku karena ini sudah hampir jam 21.00 malam, Suamiku belum juga pulang ke rumahnya ini. Tentu saja sebagai seorang istri aku khawatir dan benar-benar tidak habis pikir Kenapa Mas Ahmad tidak memikirkan perasaanku dan pergi begitu saja. Kecewa tentu saja. Jika biasanya Mas Ahmad menanyakan pendapatku tentang kemanapun dia pergi, kali ini dia hanya mendengarkan ucapan ibunya yang memaksa untuk pergi begitu saja. Memang sih itu adalah suatu keharusan di mana anak laki-laki masih bertanggung jawab dan berkewajiban patuh terhadap ibunya meski sudah menikah tetapi rasanya sedih sekali ketika dia pergi begitu saja tanpa menanyakan Apa pendapatku.Aku mendengar suara mas Ahmad mengucapkan salam dari luar dan itu memang Mas Ahmad yang sudah pulang ke rumah. Lega rasanya sudah mengetahui suamiku sudah kembali tetapi aku masih merasa jengkel dan tidak menyam

    Last Updated : 2024-02-06
  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Siapa suruh

    Tetap saja aku memilih untuk tetap bungkem agar tidak dikira gampangan ketika dibujuk ini itu. Meskipun kesalahan Mas Ahmad tidak fatal Karena dia sudah berani jujur tanpa harus aku tanyain, tetap saja masih menyebalkan.Aku memilih beranjak dan memasak. Aku mengabaikan tangan jahil Mas Ahmad yang terus saja menggodaku agar mau memaafkan dia. Beberapa kali aku menyingkirkan tetapi lelaki itu tetap saja terus meminta maaf hingga Aku akhirnya tidak bisa lagi menahan mulutku untuk tidak berbicara."Mas, Aku mau masak dan nggak usah ganggu. Lebih baik Mas sekarang mandi sebelum jam 7. Pak Darmuji pasti bakalan kecewa kalau kita kerja juga bener dan tidak sesuai dengan jadwal. Nanti kita sarapan di rumah Pak Darmuji saja biar nggak mendadak selera makannya hilang lagi," ucapku ketus."Alhamdulillah, akhirnya Istriku mau berbicara lagi dengan aku. Baiklah, Mas mau siap-siap dulu. Masak yang enak, biar aku nggak pernah tergoda untuk memakan masakan di luar.""Mau makan makanan di luar juga n

    Last Updated : 2024-02-06

Latest chapter

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    end

    Aku baru tahu ternyata papa sengaja mengundang keluarga besar. Papa merencanakan untuk menghadiahkan kami tiket liburan bersama dengan keluarga besar. Kali ini liburan kami bukan kaleng kaleng. Selain ke tanah suci untuk umrah bersama, Papa juga memberikan liburan ke Dubai dan juga perjalanan wisata keluarga ke kota kota wisata di sekitarnya. Keluarga besar Papa diajak untuk ikut dan niatnya kami akan seminggu di luar negeri untuk menghabiskan waktu bersama-sama. Semua sengaja mengosongkan waktu bahkan yang membuatku bahagia adalah Papa dan keluarga mama papa yang patungan membiayai semua perjalanan bulan madu ini."Di mana-mana Kalau bulan madu itu ya hanya berdua. Kok bisa-bisanya satu keluarga diikutkan semua?" Tanya Cinta."Emang elo aja yang pengin have fun?" Tanya Fildan. "Memangnya nggak mau ngintip pengantin baru belah duren? Kalau gue sih, hayo aja!" kekeh Fildan."Huu …." Om Yudistira melempar kulit kacang pada Fildan yang jadi sponsor rencana papa liburan bersama."Berhu

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Kumpul keluarga

    Sejak Mama menampakkan penerimaannya terhadap keberadaanku, aku dan Mama sudah tak lagi seperti air dan minyak. Mama mulai perlahan mau mengajakku mengobrol. Dari hal yang sepele, sampai hal yang cukup pribadi seperti sekarang.“Papa mertua kamu itu, sibuknya minta ampun akhir akhir ini. Mama jadi kesepian dan sebal sama dia,” ucap Mama.“Sabar ya, Ma. Namanya juga aki aki, kalau nggak lambat kerjanya ya … lambat pekanya,” kekehku.“Iya juga ya?”“Huum, kan memang begitu. Mama harus sering doakan Papa, semoga sehat dan bisa selalu ada di sampung kita. Mama nggak mau kan papa kenapa napa?”“Kadang kalau sibuk begini suka kasihan, semua anak anaknya sibuk juga. Untung ada Ashraf yang juga bantu usaha papanya,” ucap Mama.“Bang Ashraf nguli juga?” tanyaku.“Kok nguli?”“Lah, kerja sama Papa namanya nguli lah. Kalau buka usaha sendiri, baru namanya bos,” jawabku.Mama tersenyum, meski hanya sekilas. “Itu juga setelah menikahi kamu, Ashraf mau bantuin Ppaa.”“Eh,, gitu?”“Iya, dari dulu an

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    balik

    "Mama kok bisa kepikiran nyusul ke sini?" tanyaku saat kami sudah kembali dari sawah."Pengin," jawab mama singkat.Aku tersenyum saja. Padahal saat di sawah tadi Mama begitu menikmati pemandangan bahkan bertepuk tangan Saat melihatku mencari banyak Tutut di tengah-tengah sawah yang sedang dipanen padinya. Mama bahkan menggendong Altaf yang saat aku tinggalkan untuk mencari tutut dan memanen genjer yang ada di sekitar tanaman-tanaman padi."Ma, aku harus balik ke rumah sakit. Fildan bilang, dokter yang piket malam mendadak minta libur karena istrinya meninggal.""Innalillahi, kasihan sekali. Iya, ayo! Kita pulang sekarang!" ajak Mama. "Altaf gendong, Ash," perintah mama sembari memberikan Altaf pada Bang Ashraf. Aku tersenyum, perilaku mama yang seperti ini aku anggap menggemaskan karena secara tidak sengaja memintaku untuk pulang dan ikut dengan Mama."Bang," panggilku."Altaf nggak bisa jauh dari ibunya jadi lebih baik kamu berkemas dan ikut Abang pulang. Lain kali kita main lagi

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Mama?

    Abang abangku sudah kembali ke tempat mereka bekerja karena aja tahu libur mereka sudah habis. Kini tinggallah Aku di rumah ini bersama dengan anakku dan juga Ibu serta Abang Hadi dan istrinya.Pagi ini aku membantu ibu menyiapkan bekal menuju ke sawah. Bang Hadi sedang panen dan aku ingin melihat mereka memanen padi di sawah."Nina ikut ya, Bang," ucapku."Kamu di rumah saja sama Altaf. Di sawah itu panas dan nanti kulit kamu jadi gosong dan jelek. Bisa-bisa nanti suamimu ala pangling saat tahu kamu berubah jadi item dan dekil," balas Bang Hadi."Mana ada seharian di bawah sinar matahari langsung hitam? Lagian dari awal juga udah sama matang. Bosen banget di rumah kalau nggak ada temen ngobrol, Mbak Aminah juga ikut ke pasar sama Nisa. Nina ikut ya, Bang?" rengekku."Udah, Hadi. Biarkan saja adikmu itu. Barangkali dia pengen nyicipin air sawah," sahut Ibu.Ye, akhirnya aku diperbolehkan untuk ikut ke sawah setelah hampir satu minggu aku di rumah ibu. Aku mengajak Altaf dan menggendon

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    ibuku, pahlawanku.

    Ternyata aku yang sudah menikah ini masih diperlakukan seperti bayi oleh Abang abangku. Mereka menanyakan apakah aku bahagia menikah dengan Bang Ashraf, apa aku tercukupi kebutuhannya, apa aku diterima keluarga suamiku. Mereka layaknya ayah yang terlahir kembali dalam hidupku. Malam ini Abang Abangku mengadakan syukuran. Ibu bilang, Bang Cakra naik jabatan dan akan dipindah tugaskan ke luar kota. Ibu tak menangisi atau sedih akan hal ini. Bahkan, Ibu begitu senang dan malah mendoakan agar Bang Cakra bisa sukses dan kembali dengan kabar bahagia.“Bu, Cakra sekalian mau minta izin lamar anak orang tahun ini. Bukan apa, Cakra udah nggak muda. Takutnya ketuaan kalau nunggu sukses dulu. Boleh, Bu?” tanya Bang Cakra di sela sela kami mengemasi sisa sisa makanan di ruang tamu.“Ya Allah, tentu boleh, Nak. Ibu sedang menunggu anak anak ibu ini laku, tapi kalau mau jadi bujang lama juga gak apa apa. Ibu gak pernah melarang anak anak Ibu menikah. Siapa aja, boleh. Asal bisa menerima anak Ib

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    bahagia

    Aku sampai terbengong saat bangun tidur dan duduk begitu lama di sisi tempat tidur. Hingga suara pintu terbuka dan panggilan kakak ipar mengagetkanku."Aku kira kamu belum bangun, Nin. Ibu tadi berpesan kalau kamu bangun suruh langsung mandi. Tadi ibu udah masakin air anget.""Memang udah sore?""Tadi kan kamu tidur siang lama banget sekarang udah sore."Aku melirik ke arah jam dinding yang ada di sisi lemari dan ternyata memang sudah jam setengah lima. Altaf terlihat sudah tidak ada di sisiku."Altaf ke mana, Mbak?""Tadi dibawa ibu ke warung depan. Kamu tidurnya pules banget sampai nggak denger anaknya nangis."Aku tersenyum dan bangkit dari tempat tidur. Aku langsung mandi terlebih dahulu.Selesai mandi aku langsung shalat ashar dan menyusul ibu yang ternyata sudah pulang dari warung bersama dengan Altaf. Altaf juga sudah mandi dan wangi sepertinya karena sudah berganti pakaian."Anak mama udah ganteng, tadi mandi sama siapa nih?" Tanyaku sambil menciumi pipi Altaf."Tadi nangis ka

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    mimpi

    Aku disambut baik oleh Bang Hadi dan juga Ibu. Mereka sangat senang melihatku pulang bersama dengan Bang Ashraf. Kami juga membawa banyak oleh-oleh yang sengaja dibeli di jalan untuk orang tuaku dan keluarga abangku."Mau pulang ke rumah nggak ngomong-ngomong," sambut Ibu sambil berpelukan denganku dan bersalaman dengan Bang Ashraf."Ini juga nggak sengaja karena kebetulan Bang Ashraf lagi nggak kerja pagi ini. Dia piket malam jadi bisa nganter Nina pulang pagi ini," jawabku sambil memberikan Altaf pada ibu yang sudah mengulurkan tangannya dan meminta Altaf untuk digendong oleh beliau."Kangen sekali sama cucu nenek, tambah gemuk saja tinggal sama papanya," ucap Ibu sambil mencium kedua pipi Altaf."Kalian sehat?" Tanya Bang Hadi."Alhamdulillah Bang. Mbak Mel, ada hadiah di Bagasi buat Mbak Mel. Mbak Mel mau?" tanyaku."Mau dong, masa dikasih hadiah nggak mau."Bang Ashraf dan Bang Hadi masuk ke dalam membawa Altaf dan ibu sedangkan aku dan Mbak Amelia membongkar oleh-oleh yang sudah

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    Gantian

    "Baru bangun, ya?" tanyaku. "Biasa, bujang mah tidurnya bebas apalagi kalau hari libur. Dari mana gendut?" tanya Fildan sambil mencubit pipi anakku dan akhirnya anakku menangis karena cubitan Fildan pastilah keras dan sakit. "Aduh, Omnya pagi-pagi udah bikin anak orang nangis," sahut Papa yang juga sudah siap dengan pakaian olahraganya. "Hehehe, Papa nih. Mau ke mana, Pa?" tanya Fildan sambil menggaruk kepalanya tidak kasar karena ketahuan mencubit Altaf. "Olahraga lah, mumpung anak-anak semuanya di rumah. Nin, olahraga yuk!" ajak Papa. "Tadi Nina udah olahraga, Pa. Altaf juga udah keringetan dan pengen mandi. Mama dan Bang Ashraf masih di depan kok, lagi minum susu sama makan camilan," jawabku. "Weh, udah akur tah?" tanya Fildan. "Emangnya dari kemarin kita nggak akur? Kita kan Besti," kekehku yang langsung berjalan membawa Altaf masuk ke dalam kamar. Terlihat keduanya saling melirik saat aku hendak pergi tadi. Semudah itu mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Meskipun ke

  • Kubalas Perbuatan Keluarga Suamiku    senyum

    Saat aku bangun ternyata Bang Ashraf sudah pulang. Entah jam berapa suamiku sampai di rumah yang jelas aku sangat gelap malam ini hingga tidak sadar jika suamiku sudah pulang pagi-pagi buta.Aku tersenyum saat melihat wajah polos Bang Ashraf yang terlihat sangat kelelahan. Dia sudah memakai piyamanya saat tidur dan itu menambah kesan menggemaskan brondong yang aku nikahi saat ini.Berondong? Bahkan umur dia lebih tua dariku tetapi karena aku yang lebih dulu menikah jadinya aku merasa lebih tua darinya. Aku sama sekali tidak kelihatan jika harus mengalah dalam segala hal termasuk Jika dia mendadak seperti anak kecil seperti sekarang. Tidur dengan memelukku dan menaikkan satu kakinya di atas pinggul.Aku angkat kakinya perlahan agar dia tidak terbangun tetapi rupanya dia sengaja malah menghukum tubuhku agar tidak bangkit."Sudah jam 04.40 lah, Bang. Nanti keburu Altaf bangun aku belum setting sarapan," ucapku sambil berbalik dan menatap wajahnya yang tersenyum meskipun masih memejamkan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status