"Ardi!" ucap Santi.
Santi heran kenapa bisa datang di waktu yang tepat.
"Tante nggak kenapa-kenapa 'kan?!" tanya Ardi khawatir.
Ardi membantu Santi berdiri. Seketika Santi memeluk tubuhnya Ardi.
"Alhamdulillah kamu datang. Kalau nggak, aku sudah tiada di muka bumi ini."
Santi berdiri dibantu Ardi.
"Tolong pegangi tanganku dan bantu aku berjalan masuk ke dalam!" perintah Santi kepada Ardi.
Sementara Ayu, Dion dan Mak Yeni sudah diborgol dan di bopong masuk ke dalam mobil polisi.
Wajah Ayu cemberut dan kesal. Sementara Aryo menangis terisak. Mak Yeni tidak berkata apa-apa. Hanya rasa sesal yang terlahir di dalam dirinya.
****
"Bagaimana kabar kamu, Mas Arya?" sapa Santi. Ia baru saja sampai di ruang rawat tempat Arya berobat.
Ardi menoleh ke asa
Ardi menunjuk ke arah Santi. Santi menghela napas lalu membuangnya dengan kasar.Santi tidak ada sama sekali berniat untuk membohongi Ardi atau siapa pun itu. Ia hanya ingin membuat Aryo, suaminya kembali ke pelukannya. Namun, kenyataannya tidak sesuai dengan kenyataan."Tante jahat! Tega sekali membohongi aku!" seru Ardi.Ardi kecewa kepada Santi. Dia tidak menyangka kalau tantenya setega itu kepada dirinya. Ardi sangat menginginkan dede bayi yaitu janin yang dikandung Santi. Ternyata hanya bohong semata."Ardi ... Tante melakukan ini dengan keadaan terpaksa. Aku sudah buntu dan tidak tahu harus berbuat apa lagi agar Om Aryo kembali ke dalam pelukanku. Itu sebabnya aku menyusun rencana seperti itu.""Aku tidak peduli. Sekali tante pembohong, seumur hidupku, tante tetap pembohong!" amuk Ardi.Ardi sangat merindukan Dhea. Itu sebabnya dia sangat k
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 51: Kedatangan YogaTiba-tiba Santi batuk dan tidak khusuk dalam melaksanakan salat asar."Assalamualaikum warahmatullaah," ucap Santi.Santi telah usai melaksanakan salat asar. Perasaannya tidak tenang. Setelah selesai berdoa, dia membuka mukenah dan melipat sajadahnya.Setelah semua sudah aman, ia melangkah keluar dari musholah. Santi menyusuri setiap lorong menuju kamar Arya."Santi!" sapa pria.Pria itu memakai jas hitam, dasi abu-abu dan celana goyang.Santi menatap ke asal suara itu. Ia mencoba mengingat-ingat siapa pria itu. Namun, ia tidak bisa menerka ataupun mengingatnya lagi."Maaf dengan siapa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Santi.Santi kembali menundukkan pandangannya.Tidak berapa lama, pria itu mengukir senyum smirk."Kamu ada-ada saja. Masa sama aku sudah lupa. Oh iya, perkenalkan nama aku Yoga Prat
Pipinya sangat panas akibat tamparan yang diberikan Yoga."Kamu memang pantas mendapat tamparan seperti itu. Pertama, kamu itu sudah menolak lamaran aku. Kedua, kamu sudah berani menampar wajah mulus aku. Aku jamin, kamu bakalan jatuh hati kepadaku."Yoga masih saja meracau. Dia tidak terima atas perlakuan yang diberikan Santi. Sementara Santi sudah jauh melangkah.'Ke arah mana Santi pergi?' tanya Yoga dalam hati.Yoga mencari ide. Dia duduk di kursi depan ruangan. Sesekali dia mencari ide untuk mendapatkan keberadaan Santi.'Yes! Aku ada ide. Lihat saja Santi, kamu pasti jatuh ke dalam pelukanku.'****"Ardi ...! apa yang terjadi?" tanya Santi.Santi baru saja sampai di ruangan Arya. Arya sudah tidak ada lagi berbaring di atas brangkar.Santi mulai panik. Ia mencari Ardi ke se
Santi merasa sedih, disaat detik-detik rasa cinta tumbuh di jiwanya. Kini pria yang ia cinta sedang antara hidup dan mati. Santi bersimpuh dan menadahkan tangan. "Ya Allah, aku mohon berilah keselamatan kepada Mas Aryo!" "Ayo tan! Kita ke ruang ICU sekarang. Agar secepatnya dilakukan tindakan demi keselamatan Om Aryo." Mau tidak mau, Santi bangkit mengikuti perintah Ardi. Ardi memapah Santi. Langkah demi langkah Ardi dan Santi terus melangkah. Setiap sudut lorong mereka susuri dengan pelan. Tidak butuh waktu lama, Ardi dan Santi sampai di depan ruangan ICU. "Bagaimana keadaan Mas Aryo?!" tanya Santi kepada salah satu perawat yang sedang bertugas. Kebetulan perawat ini baru saja keluar dari ruang ICU. Perawat itu melihat ke asal suara itu. Dia membuka maskernya lalu menjawab, "Kabar pasien alhamdulillah sudah membaik. Untung saja adik ini mau menanda tangani surat pernyataannya. Kalau tidak, dokter pasti tidak
'Siapa yang mau membesuk aku.'Aryo bertanya-tanya terus dalam hati. Dia mencoba menebak kalau orang yang ingin membesuknya adalah Meli. Namun, dia menjawab, pasti tidak mungkin kalau istrinya. Masalahnya Meli di kampung. Apalagi Santi sangat pasti mustahil.Pikirnya kacau, dia tidak tahu dan tidak bisa menebak siapa yang akan membesuknya."Astagfirullah!" ucap Aryo.Aryo menabrak sipir tidak sengaja. Kepalanya terantuk ke dada bidang sipir itu."Kalau jalan pakai mata!" amuk sipir.Arya mengusap matanya sambil berpikir.'Jalan pakai mata? Bagaimana ceritanya jalan pakai mata?' tanya Aryo dalam hati."Ayo cepat jalan! Ntar keburu habis waktu besuk."Sipir memborgol kedua tangan Aryo. Sementara Aryo mengikuti perintah sipir. Aryo dan Sipir berjalan dengan lunglai. Tidak berapa lama, Mereka sampai.Di ruang tunggu ada seorang wanita yang sedang sibuk dengan make up nya. Dia mengoles eyeshadow. Pa
"Umak ...!" ucap Meli. Bibirnya gemetar, dia tidak percaya kalau ibunya diusia senja masih saja kena sanksi.Suasana ruang tunggu diselimuti sedih. Buliran air mata semakin deras membasahi pipi Mak Yeni dan Meli.Kalau sudah berhubungan dengan pihak berwajib, rasa sesal kini mendera dirinya."Tolong lepaskan aku dari sini, Meli! Aku nggak mau mendekam di balik jeruji besi. Jangan kamu mengikuti ego.""Aku juga ingin bebas dari sini. Jangan Mak Yeni dan Mbak Ayu yang kamu lepaskan. Aku ini suami kamu, Mel!" seru Aryo.Aryo tidak ingin mendekam lama-lama di dalam penjara. Sudah dua kali ini dia masuk ke dalam penjara. Namun, dia belum jera dan masih saja belum bertaubat."Enak saja! Kamu kira membebaskan dirimu semudah membalikkan telapak tangan. Kalau ada uangmu, baru aku mau mengurusnya."'Sial! Berarti selama ini Meli hanya
Kubuat Kamu Dan Selingkuhanmu MenyesalPart 52: Yoga BereaksiFlash back onYoga pergi ke ruang satpam lalu bertanya kepada satpam."Mohon maaf, Pak. Boleh kah aku melihat hasil rekaman CCTV di sudut lorong dekat ruang Mawar lantai 1?" tanya Yoga kepada penjaga post satpam."Ada apa dengan lorong itu?" tanya Rivan. Namanya terlihat jelas di name tag nya disulam di atas saku bajunya sebelah kiri.Rivan heran kenapa pria itu bertanya hasil rekaman CCTV. Dia mengambil kotak bungkus rokok lalu menyalakan korek api. Rivan merokok di dalam ruang post satpam."Ada yang ingin kucari tahu."Yoga merogoh dompetnya di saku celana. Dia memberikan dua lembar kertas warna merah."Apa ini?" tanya Rivan."Ambil saja, Pak. Sebagai uang lelah bapak mengikuti apa yang ingin aku mau."Air liur Rivan mengalir deras. Dia sangat tergiur melihat uang kertas itu. Apalagi dia dapatkan secara cuma-cuma. Untung saj
"Serius, Pak!" tanya Rivan. Dia kurang percaya nominal yang disebutkan Yoga baru saja."Serius. Ngapain aku bohong."Rivan berpikir sejenak. Tiba-tiba, uang dua juta itu terus menari-nari di benaknya.'Tidak ada kesempatan datang dua kali. Mau tidak mau, aku harus terima.'Rivan masih saja berpikir antara uang dua juta dan resiko yang akan dia terima. Godaan uang dua juta lebih kuat daripada akibat yang akan dia terima."Ok! Aku terima."Tidak buang-buang waktu, Rivan mengotak-atik ponsel miliknya. Dia menghubungi kawan shift nya."Hallo! Sudah di mana, Yudha?" tanya Rivan setelah sambungan telepon terhubung."Masih di kantin. Baru saja usai salat. Ada apa itu?" jawab Yudha setelah sambungan telepon terhubung.Rivan melirik ke arah Yoga. Tiba-tiba, dia berubah pikiran."Ada apa, bro?" tanya Y