Share

BAB 13 SKAKMAT YUDA

Penulis: Yuli Zaynomi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

SKAKMAT YUDA

Yuda berjongkok tepat di hadapan anak laki-lakinya. Diangsurkannya benda itu ke tangan sang anak secara langsung.

Rafa tak bisa menolaknya. Aroma itu amat menggiurkan. Entah kapan terakhir kali Arini membawa makanan enak pada anak-anaknya. Segala keterbatasan wanita itu membuat anak-anaknya mulai merasa terbiasa dengan keprihatinan.

"Makanlah, Sayang. Kau pasti lapar," ucap Yuda sambil membelai rambut anaknya lembut. Arini mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Wanita itu menyadari kecerobohan dirinya. Benar sekali, Rafa belum makan dari siang. Hanya roti yang sudah tak berbentuk jatah dari swalayan yang dia bawa untuk anaknya. Pun anak lelaki itu tak berkeluh tentang rasa laparnya. Arini benar-benar merasa tertampar mendapati kenyataan itu.

Selain itu pula, kesibukan mengurus administrasi kepulangan Naya membuat Arini lupa mencarikan makanan untuk sulungnya.

"Terima kasih. Lekas pulanglah, Mas. Tak enak dilihat tetangga." Arini berkata sambil menengok ke arah lain. D
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 14 PEMBERIAN YUDA

    Pemberian YudaArini memejamkan mata. Karena terbakar emosi, dia tidak sadar telah bertengkar di depan kedua anak mereka. Melalui ujung mata, dia dapat melihat Rafa yang memeluk Naya. Kayak beradik itu terlihat ketakutan karena keributan yang mereka sebabkan.“Pergilah, Mas.” Arini berkata lirih. Fisiknya lelah, batinnya lemah. Wanita itu benar-benar sedang penat lahir dan batin. Emosinya seperti sedang dipermainkan. Setelah menghadapi kekhawatiran akan kondisi kesehatan Naya beberapa hari terakhir, kini dia harus berhadapan dengan Yuda lagi yang mau tidak mau membuat luka lama itu berdarah kembali.“Maafkan aku, Rin.” Yuda ikut memelankan suara setelah ikut menyadari Rafa dan Naya menatap mereka dengan sorot mata ketakutan. Hatinya mencelos melihat kedua anak itu tumbuh dengan baik walau serba terbatas.Rafa dan Naya tumbuh dengan tubuh berisi walau tidak gemuk. Setidaknya, dia dapat melihat dua anak itu tidak kekurangan makan. Baju Rafa dan Naya juga bersih dan rapi. Walau warnanya

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 15 MELABRAK ARINI

    MELABRAK ARINI“Mama! Ayo, sini makan, ini enak banget. Ayamnya kriuk kriuk, nasinya masih hangat. Supnya juga enak. Makan ini badan jadi tidak dingin lagi.”Arini tertawa mendengar ucapan Rafa. Dia mengangguk dan langsung bergabung dengan dua anaknya setelah menyimpan uang dari Yuda. Entah kapan terakhir kali dia mencicipi makanan cepat saji ini. Rasa-rasanya sudah lama sekali.“Pelan-pelan makannya, Nay. Ini masih banyak, kok. Abang Rafa tidak akan sanggup menghabiskan.” Arini tersenyum sambil merapikan makanan Naya yang sedikit berantakan. Balita itu makan dengan tergesa, takut kehabisan.Sementara Arini menikmati makan sambil bercanda dengan Rafa dan Naya, di sini, Yuda baru saja memasuki halaman rumah. Lelaki itu bergegas berlari setelah keluar dari mobil karena hujan turun semakin deras.“Mas.”Yuda hanya tersenyum tipis melihat Diandra yang sedang ngobrol dengan ibunya di ruang tamu. Lelaki itu melirik jam di dinding. Sudah cukup malam. Sepertinya Diandra memang sengaja menungg

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 16 DIANDRA MEMBUAT KERIBUTAN

    Diandra Membuat KeributanArini yang kalah sigap terpaksa mundur beberapa langkah akibat dorongan dari Diandra. Pintu rumah petak itu akhirnya terbuka sempurna, menampilkan seluruh kondisi ruangan yang amat sederhana. "Wanita munafik, tak tahu diri, gatal, apalagi yang pantas kusematkan pada dirimu?" Diandra menatap Arini seolah dia musuh bebuyutan yang lagi-lagi harus bertempur di tengah-tengah Medan laga. Diandra mencekal lengan Arini hingga membuat kedua anak wanita itu tersudut di kasur lu;suhnya. Anak-anak itu harus melihat sang Ibu diperlakukan buruk oleh orang yang baru mereka lihat. "Apakah kau tak ingat pernah mengatakan meminta calon suamiku itu pergi dari hidupmu?" Diandra mengeratkan cengkraman di tangan Arini. Matanya bengis melihat Arini yang sedang berusaha mengontrol emosinya. "Lalu kenapa kau sekarang bertingkah seperti parasit yang menggerogoti Mas Yuda tanpa rasa malu? Kau sedang menjilat ludahmu sendiri?" Arini menarik tangannya kasar hingga cengkeraman Diand

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 17 DIANDRA MEMBUAT KERIBUTAN 2

    Diandra Membuat Keributan (2)“Wid, sudah.” Arini menahan Widya yang mulai merangsek maju ke depan ingin menyerang Diandra. Dia mengerti kenapa tetangganya itu sangat emosi. Widya menjadi saksi hidup perjuangannya selama ini.“Biarin, Mbak! Biar wanita pongah ini tahu kalau dia akan menikahi lelaki tak berakhlak. Biar dia hati-hati, jangan sampai nanti mengalami nasib yang sama, ditelantarkan juga.”“Jaga mulut kamu! Dasar miskin! Aneh sekali mewajarkan perselingkuhan. Disogok berapa kamu sama wanita sialan ini sehingga membelanya mati-matian, hah?!” Diandra maju dan mendorong Widya.Widya yang tidak terima langsung menjambak rambut lurus Diandra yang terurai. dengan kencang dia menarik dan memutarnya hingga wanita itu menjerit kesakita. Saat akhirnya berhasil dilerai, di tangan Widya masih tertinggal segumpal rambut Diandra. Dia tersenyum puas melihat penampilan Diandra menjadi berantakan.“Pergilah, Di. Jangan membuat keributan disini. Aku dan Mas Yuda tidak ada hubungan apa-apa. Ka

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 18 KEMARAHAN PENGUNJUNG

    KEMARAHAN PENGUNJUNG Benturan keras pada tubuh Arini membuat wanita itu mengaduh dan memegangi bahunya. Arini hampir terjungkal saat tubuh Rista yang lebih berisi menabraknya dengan cukup keras. Arini menautkan kedua alisnya heran. Firasatnya mengatakan bahwa Rista sengaja menabrakkan tubuhnya, mengingat lorong penghubung antara gudang dengan bagian store cukup lebar apalagi hanya untuk berpapasan antara dua orang. "Kenapa?" Rista menatap wajah Arini tanpa permintaan maaf. Bahkan tak ada raut penyesalan dari wajahnya. Wajah putih milik Rista justru terlihat amat puas melihat Arini yang masih memegang pundaknya. "Manja? Mau ngadu? Bosen!" Arini makin tak mengerti dengan sikap Rista yang mulai kelewatan. Wanita itu menarik napas dalam-dalam yang mencoba mengabaikan Rista dan memilih berlalu dari hadapannya. Pikirannya tak karuan saat ini. Bayangannya saat berpamitan dengan Naya yang masih lemah tergolek di atas kasur membuatnya sulit sekali berkonsentrasi. Hal itu pula yang mungki

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 19 PEMBUAT MASALAH SEBENARNYA

    PEMBUAT MASALAH SEBENARNYA "Saya mohon maaf atas kesalahpahaman ini. Mudah-mudahan Ibu berkenan memaafkan keteledoran kami. Jujur saja, hal ini baru pertama kali terjadi di swalayan kami. Mudah-mudahan menjadi pembelajaran yang membuat kami terus berbenah," ucap Umi Hasyim pada wanita yang diketahui bernama Rumi. Wanita itu membulatkan mata tak terima. "Maksud Anda, apakah ini artinya karyawan yang berbuat kesalahan ini lolos tanpa sangsi apapun?" Wulandari, Arini dan security bernama Riki tersengal. Mereka bertiga tak menyangka wanita itu tak kunjung memberikan maaf dan melupakan masalah itu. Dia malah menginginkan hal yang teramat krusial bagi mereka yang masih membutuhkan pekerjaan dari tempat ini. "Mohon maaf, itu masalah intern kami sebagai pemilik tempat ini. Biar saya dan manajemen yang akan mengambil tindakan atas masalah ini," jawab Umi dengan wajah tetap tenang. Hal itu tentu saja membuat ketiga karyawannnya bisa bernapas lega. "Saya akan memberikan ulasan buruk untuk t

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 20 FITNAH

    Fitnah“Mbak Rista, dipanggil Umi.” Dengan napas tersengal Riki akhirnya berhasil mengejar Rista yang sudah hampir menyalakan sepeda motornya. “Dipanggil Umi sebentar.” Riki menunjuk ke dalam. Lelaki itu mengulangi ucapan karena Rista menatapnya tidak mengerti.“Ada apa?”“Entah.” Riki mengangkat bahu. Dia sengaja tidak memberitahu alasannya karena wajah Rista terlihat sedikit panik.Setelah agak lama berpikir, Rista akhirnya mengikuti Riki. Terlihat sekali wanita itu berat hati memenuhi panggilan pemilik swalayan itu. Namun, bagaimana lagi? Tidak ada alasan dia menolak walau jam kerjanya sudah selesai.“Kamu kenal Bu Rumi?” Umi Hasyim langsung bertanya saat Rista baru saja duduk. “Pembeli yang tadi marah-marah hingga membuat keributan.” Bu Rumi menunjuk layar yang sedang menampilkan adegan Rumi memarahi Wulandari.“Tidak, Bu.” Rista menjawab setelah terdiam sebentar. Dari ujung mata, dia melirik pada Arini dan Wulandari yang duduk di sampingnya. Wanita itu menarik napas panjang. Dia

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 21 SENASIB

    SenasibUmi Hasyim muda yang sedang menyuapi Harry tersentak. Semangkuk bubur bayi di tangannya terlepas dan tumpah memenuhi lantai. Jempol kaki Dahlia terasa perih karena terkena mangkuk yang jatuh. Dia menatap bingung pada suaminya yang membuang wajah. Tanpa angin tanpa hujan, kalimat talak tiba-tiba dia ucapkan.“Apa maksud Mas menalak Dahlia? Jangan main-main dengan kalimat talak, Mas. Walau diucapkan dengan candaan, dia sah di mata Allah.” Dahlia mengambil Harry yang menangis kencang karena tidak disuapi lagi. Bayi gembul itu baru saja MPASI semingguan ini.“Aku tidak main-main, Dahlia.”“Tidak main-main bagaimana, Mas?” Air mata Dahlia mulai mengalir saat menyadari betapa dingin wajah dan suara suaminya malam ini. Di berjalan cepat mengikuti langkah sang suami yang berjalan menuju kamar.“Mas mau kemana?” Dahlia meletakkan Harry ke dalam box bayi. Umi Hasyim muda dengan cepat memegang tangan suaminya yang mulai memasukkan baju ke dalam tas. Dia benar-benar kebingungan. Hubungan

Bab terbaru

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 195 BAHAGIA—ENDING

    “Mama, senyum! Lihat kemari!” ucap Rafa sambil melambaikan tangan ke arah ibunya. Sebuah buket raksasa berisi foto-foto ibunya dihadiahkan anak laki-laki itu pada Arini. Wanita itu pun memeluk buketnya meski sedikit kepayahan. Berbagai karangan bunga berisi ucapan selamat untuk para wisudawan menghiasi setiap sudut halaman auditorium yang digunakan untuk acara wisuda kali ini.Senyum Arini mengembang sempurna. Suaminya berhasil menegakkan kepala wanita yang sempat kehilangan seluruh kepercayaan dirinya. Yovan pun terlihat amat puas dengan hasil kerjanya membujuk wanita itu. Senyuman menawan laki-laki itu membuat Arini merasa begitu dicintai laki-laki pemilik hidung mancung itu.“Papa ambil posisi di sebelah Mama. Jangan lupa Mama dipeluk!”Arahan dari Rafa membuat Arini dan Yovan tertawa. Mereka takjub sekali dengan perubahan pada diri Rafa. Apalagi setelah dia diberitahu bahwa adiknya akan lahir dalam hitungan hari. Dia makin menunjukkan sikap protektifnya pada sang ibu.“Sekarang Pa

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 194 TENTANG BAHAGIA

    Tentang Bahagia Arini memperhatikan pantulan dirinya di depan cermin. Kebaya berwarna hijau sage dengan kain batik yang membelit tubuh bagian bawahnya tak membuat dirinya berpuas diri. Matanya berkaca-kaca saat berkali-kali memutar dirinya di depan cermin. Kehamilannya di usia sembilan bulan ini membuat berat tubuhnya melonjak drastis. Pipinya membulat sempurna, belum lagi dagu yang seolah berjumlah dua hingga membuat dia kesusahan mengenakan kerudung untuk menutupi mahkotanya.Arini menjatuhkan dirinya di atas tepian kasur. Acara wisuda yang akan dilaksanakan beberapa jam lagi tiba-tiba membuat dirinya meragu. Penampilannya yang dia nilai akan menjadi bahan tertawaan banyak orang membuat Arini hampir menyerah untuk mempersiapkan diri. Sebuah ketukan ringan dari arah pintu membuat kepalanya menoleh.“Loh, belum siap juga? Kita harus datang di gedung satu jam lagi. Kenapa toga pun belum kamu pakai?” Suara suaminya membuat Arini makin tak bisa menahan laju air matanya. Make up natural

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 193 PERMINTAAN MAAF MANTAN MERTUA

    “Diminum, Bu.” Arini meletakkan es jeruk dan setoples kue kering. Wanita itu langsung duduk di sofa yang kosong. Dia tersenyum tipis saat melihat sejak tadi tangan Ratna terus-terusan memegang tanga Rafa.“Terima kasih.” Ratna mengambil gelas dan meminumnya beberapa tegukan. Rasa asam, manis dan segar memenuhi mulut Ratna. Minuman itu cocok sekali dinikmati saat hari cerah seperti siang ini. “Sudah berapa bulan?” Ratna memperhatikan perut Arini yang mulai menyembul.“Masuk lima.” Arini refleks mengelus perut. “Apa yang mau dibicarakan, Bu? Tidak biasanya Ibu pergi sendirian. Jarak rumah kesini lumayan jauh.” Arini memperhatikan wajah Ratna yang sejak tadi tampak mendung. Mata wanita tua itu dipenuhi kabut seakan menyimpan kesedihan yang tak berujung.“Ibu mau minta maaf ….” Ucapan Ratna terpotong karena tangis. Mantan mertua Arini mendadak terisak kencang. Dia tidak bisa mengendalikan air mata saat mengingat perlakuan buruknya pada Arini dulu. “Ibu mau minta maaf atas semua kesalahan

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 192 PENYESALAN MANTAN MERTUA

    “Jadi, nanti perut Mama akan membesar ya, Ma? Terus Adik bayinya keluar dari mana?”Arini menarik napas panjang. Rafa memang banyak bertanya setelah mengetahui kalau di perutnya ada bayi. Anak lelaki itu sangat senang sekaligus juga penasaran. Berbagai pertanyaan dia lontarkan. Pertanyaan yang kadang membuat Arini harus memutar otak dengan keras agar bisa menjawab sesuai dengan umur dan pemahaman anaknya.“Manusia akan melalui tiga alam selama hidup. Pertama, alam dunia, tempat kita saat ini. Kedua, alam barzah, tempat kita menanti hari kiamat tiba. Ketiga, alam akhirat, tempat kita mempertanggungjawabkan semua perbuatan.” Arini menjawab setelah cukup lama terdiam. “Sudah dapat pelajaran di sekolah ‘kan tentang alam-alam ini?” Arini mengelus kepala Rafa pelan.Rafa mengangguk pelan. Anak itu ingat kata guru agamanya, kalau anak nakal, nanti dia akan mendapat balasan di akhirat. Kalau mencuri tangannya akan dipotong berkali-kali. Sebaliknya, kalau dia menjadi anak rajin dan senang memb

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 191 IRI

    IRI “Mas, sudah kubilang percuma kita kemari. Memang Tuhan itu belum ngasih karena dia lihat Mas Yuda belum mampu menafkahi anak kita nantinya, jadi dia lebih milih buat nunda. Kok kamu jadi maksa-maksa gini? Buang-buang waktu tahu nggak?”Diandra mendekap kedua tangannya. Baru saja dia dan Yuda sampai di sebuah klinik kandungan yang direkomendasikan salah seorang temannya. Klinik yang saat Diandra melihat list harga konsultasi dan tindakan yang dilakukan cukup membuat matanya melotot tak percaya. Rasanya sayang sekali uang sebesar itu digunakan untuk hal tidak penting seperti ini.“Mas. Mending uangnya buat liburan atau memanjakan diri di spa seharian. Paling tidak untuk senang-senang dari pada ngendon di rumah seharian. Bukan nggak mungkin gara-gara stress di rumah yang membuatku susah hamil begini!”Yuda hampir membentak istrinya jika tak menyadari posisi mereka saat ini. Rasanya telinganya gatal mendengar istrinya berbicara kasar seolah ibunyalah penyebab dia belum juga diberi ke

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 190 KECEMASAN ARINI

    KECEMASAN ARINI Arini meremas tangan suaminya. Laki-laki itu tersenyum. Setelah perdebatan panjang akhirnya Arini bersedia ke klinik yang sudah direkomendasikan dokter Wisnu saat Yovan menanyakan dokter kandungan yang bagus untuk istrinya. Sebenarnya bisa saja dia membawa Arini ke klinik yang dulu selalu dia datangi bersama Raline saat istri pertamanya itu hamil.Tetapi dia mengurungkan hal tersebut demi menjaga perasaan istrinya. Pasti Arini akan merasa tak nyaman karena menganggap Yovan sengaja membawa dirinya ke tempat dimana kenangannya bersama Raline sebagian besar terekam di sana. “Mas?”“Ya?” Senyum di bibir Yovan belum juga pudar. Bayangan tentang detik-detik pertama istrinya memberikan benda yang dia angsurkan sebelumnya membuat laki-laki itu tak bisa kehilangan kebahagiannya. Arini menunjukkan trip dua pada benda yang dibeli suaminya melalui layanan aplikasi belanja online itu. Yovan yang sebelumnya berdiri menyederkan tubuhnya di tembok depan itu hampir melompat kegiranga

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 189 TEST PACK

    TEST PACKMata Yovan kembali menyipit. Dia tak tahu apa yang terjadi dengan istrinya saat ini. Yang dia lakukan langsung beranjak ke kamar mereka di lantai dua. Dia kehilangan daya saat melihat istrinya bermuram hingga tak berani sama sekali dia mendebatnya. Laki-laki itu pun merasa mati langkah saat hari liburnya justru bertepatan dengan jadwal Rafa di rumah Yuda.Laki-laki itu bahkan ingin sekali melarang anaknya pergi ke rumah ayah kandungnya jika tak ingat hal itu akan membuat suasana sejuk yang tercipta dengan laki-laki itu akan kembali memanas dan tentu akan berdampak pada hubungan mereka. Apalagi Yuda sudah menjanjikan anaknya melakukan kegiatan yang sama lagi seperti saat itu. Memancing di danau dan membakar ikan di tepian yang membuat bibir mungil Rafa tak henti-hentinya bercerita aktivitas yang menyenangkan itu.Baru saja hendak memakai kaos berwarna merah miliknya, Arini yang tiba-tiba masuk mencegah laki-laki itu.“Jangan yang itu, Mas. Warna itu merusak pandangan mataku.

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 188 SIKAP ANEH ARINI

    SIKAP ANEH ARINIArini duduk di atas sofa ruang belakang. Tatapannya tertuju ke arah luar jendela dimana pohon palem yang berderet rapi di halaman terlihat meliuk-liuk diterpa angin. Hujan yang turun membuat pepohonan di luar sana tampak segar. Aroma petrikor yang berasal dari tanah kering yang tersiram air hujan terasa sekali di indra penciuman Arini.Tetapi kali ini reaksi yang dirasakan Arini terasa lain. Tidak seperti biasanya saat hatinya bersorak menikmati aroma khas yang keluar saat awal-awal hujan turun. Arini bahkan beranjak dari posisi duduknya saat ini demi menutup jendela berharap bau khas itu segera menghilang secepatnya.“Kucari-cari kenapa justru di sini?”Suara suaminya membuat Arini tersentak. Beberapa saat kemudian dia membetulkan anak rambut yang berkeliaran bebas di dahinya. Keheningan rumah itu membuat mood Arini mudah sekali memburuk. Suaminya itu langsung mengambil posisi berhimpitan dengannya. Aneh, seketika Arini menggeser tubuhnya hingga menambah jarak di ant

  • Kubalas Hinaanmu, Mas!   BAB 187 MELIHAT ARINI BAHAGIA

    “Mama!” Rafa berteriak senang saat mobil Yovan memasuki halaman. Bocah laki-laki itu langsung berlari saat Arini keluar dari mobil. “Kangen.” Rafa tertawa-tawa saat Arini memeluknya erat-erat. Dia semakin terkekeh geli saat Arini menciumi wajahnya bertubi-tubi.“Papa.” Rafa langsung menyalami Yovan setelah berhasil lepas dari pelukan Arini. Dia mengangguk senang saat Yovan dengan mudah mengangkat tubuhnya.Disini, Yuda mengeluh pelan melihat keharmonisan keluarga di hadapannya. Rafa tampak sangat senang digendong Yovan. Sementara Arini menggandeng tangan Yovan dengan sebelah tangan menenteng paper bag biru. Keluarga kecil yang terlihat sangat harmonis. Siapapun pasti akan mengira kalau Rafa adalah anak Arini dan Yovan.“Assalamualaikum, Mas.”“Waalaikumussalam.” Lamunan Yuda terhenti mendengar salam Arini. Dia langsung berdiri dan membalas jabat tangan Arini dan Yovan. “Masuk dulu. Mama dan Diandra sedang keluar. Mama mertua mau mengadakan hajatan jadi mereka bantu-bantu.”“Kami dilua

DMCA.com Protection Status