Share

Zahra Khawatir

Penulis: S.Coretanpenaku
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Beberapa Minggu ini Fikri sering datang lebih awal ke sekolah, agar dia bisa bertemu dengan Zahra yang juga selalu datang lebih awal. mereka jadi sering bertegur sapa, walaupun singkat. Tapi Fikri selalu menantikan hal itu. Alasan lainnya adalah dia tidak mau bertemu dengan mama tirinya. Suasana sekolah masih sepi sama seperti hari-hari sebelumnya, hanya beberapa siswa yang baru datang pagi itu. Fikri yang sedang duduk termenung di bangkunya terkejut dengan kedatangan Dewi. Ia agak bingung karena baru melihat Dewi datang pagi-pagi sekali ke sekolah, maklumlah dia salah satu siswa yang terkadang terlambat ke sekolah.

"Hai Fikri."

"Eh... Dewi?!"

"Iya aku, ada apa, kamu menunggu seseorang? "

"Eh,... tidak kok."

Fikri pun berjalan menuju ke depan kelasnya dengan sedikit kecewa ia menghela nafas panjang. Dia sangat berharap hari ini bisa mengobrol dengan Zahra seperti kemarin tapi hari ini mungkin tidak. Dia hanya duduk di teras kelasnya sambil sesekali melihat siswa-siswi yang berdatangan. Baru setelah bel telah mau berbunyi Zahra datang. Fikri melihat kearahnya, dia sangat bahagia bila melihat gadis itu, entah kenapa? Dia merasakan perasaan yang tenang saat melihat Zahra. Dia ingin selalu bersama dengannya, ia ingin mengenal gadis itu lebih dekat lagi.

Melihat Zahra masuk ke kelas, Fikri pun segera beranjak pula untuk masuk. Terlihat semua teman-teman kelas mereka sudah datang. Zahra duduk di tempatnya, disampingnya telah ada Dewi yang segera menyambutnya dengan pertanyaan." "Tumben kamu telat zah? "tanya Dewi (Zah adalah singkatan nama dari Zahra).

"Aku tidak telat Kok, kan belum bel. "

Fikri yang sudah duduk di bangkunya pun mendengar percakapan dua gadis itu.

"Iya, tapi maksud aku, tumben kamu datangnya lambat. Beberapa minggu ini kan kamu selalu datang pagi-pagi sekali dan berdiri di balik jendela itu. Sampai-sampai teman-teman menjuluki kamu Si ratu subuh penjaga jendela hahaha." Dewi tertawa terbahak-bahak.

"Ih, kamu Wi." Zahra mencubit pelan lengan Dewi (Wi adalah singkatan nama dari Dewi).

"Emang benar kan aku tuh kadang penasaran loh, apa sih yang kamu lihat di situ? betah banget. Atau jangan-jangan lagi lihatin seorang yah... hayo ngaku." Masih terus mengejek.

"Kamu makin ngeselin ah... aku tidak mau jawab. "

"hehe... cuma bercanda kok maaf... maaf, jangan cemberut gitu." Dewi balik mencubit pipi Zahra yang lagi cemberut.

Fikri yang sejak tadi mendengar percakapan dua gadis itu jadi penasaran tentang Zahra yang selalu datang lebih awal ke sekolah dan berdiri di depan jendela. 'Siapa yang dilihat oleh Zahra? Apakah dia suka sama seseorang?' Benarnya berbicara.Tak lama kemudian dia pun beranjak dari tempatnya duduk dan keluar dari kelas. Ada rasa penasaran dan cemburu dalam hatinya. Cemburu? Apa benar? Mengapa dia cemburu? Benaknya benar-benar kacau, ditambah lagi dengan permasalahan yang ada di rumahnya, dia tidak ingin berada di sini.

Bel pun berbunyi semua siswa segera menuju kelas masing-masing ada yang berlari ada yang jalan dengan santainya, dan ada juga yang berjalan sambil bercanda dengan teman-temannya. Guru-guru pun telah berjalan menuju kelas yang akan mereka ajar, ibu wali kelas XII.IPA 1 terlihat sedang menuju kelas anak walinya. Dia mengajar pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Setelah masuk kelas segera dia mengabsen siswanya. Semua siswa menyahut bergantian ketika nama mereka disebut titik namun saat tiba nama Fikri tidak ada jawaban ibu Asnia pun melihat kearah tempat duduk Fikri, begitupun dengan beberapa siswa, spontan mereka melihat ke arah bangku Fikri. Zahra yang duduk di depan bangku Fikri pun berbalik, terlihat hanya ada Deni di sana.

"Deni, apa kamu melihat Fikri?" Tanya Ibu Sania kepada Deni.

"Tadi dia ada di sini kok Bu, saya juga sempat ngobrol sebentar sama dia, tapi sekarang saya tidak lihat Bu, mungkin dia keluar sebentar." Deni menjawab dengan agak ragu.

"Saya tadi lihat Fikri keluar Bu, membawa tasnya. Mungkin dia bolos." Kata salah seorang murid laki-laki.

"Hhmm... baiklah, nanti Ibu yang akan mencari tahu tentang Fikri." Setelah itu Bu Asnia pun melanjutkan mengabsen murid-muridnya.

Beberapa mata pelajaran pun telah selesai, terdengar bel tanda istirahat berbunyi Setelah beberapa saat terlihat siswa-siswi berhamburan keluar kelas. Seperti biasa ada yang berlari dengan tidak sabarnya segera menuju ke kantin. Ada yang sekadar duduk di teras kelas melihat siswa lain yang sedang bermain volley, dan ada juga yang dengan segera menuju perpustakaan, sekedar untuk membaca buku beberapa menit. Seperti Zahra, yang saat ini sibuk mencari buku bacaan. Setelah ia mendapatkan buku yang dia cari dia pun memilih duduk di bangku paling pojok di perpustakaan itu, saat itu suasana perpustakaan cukup ramai, bukan hanya dia yang suka membaca, banyak siswa dari kelas lain pun memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya di tempat itu.

Namun entah kenapa saat dia membuka buku itu tiba-tiba nama Fikri menghampirinya. Dia heran mengapa Fikri tidak terlihat hari ini padahal beberapa teman tadi pagi melihatnya di kelas. Bahkan Dewi juga sempat berbicara dengannya tadi. 'Tapi kenapa dia tidak mengikuti pelajaran?' Katanya dalam hati. 'Kenapa aku jadi mikirin dia? Oh Zahra ada apa denganmu?' Zahra pun berusaha untuk kembali fokus pada buku bacaannya.

asetelah bel berbunyi siswa-siswa segera masuk ke kelas dan melanjutkan pelajaran mereka masing-masing, sampai pada bel tanda pulang berbunyi. Begitu berbunyi semua pun berhamburan menuju gerbang, tapi sampai saat ini Fikri belum terlihat di sekolah.

Keesokan harinya, Zahra yang sedang berdiri dari balik jendela melihat seseorang yang dicari-carinya beberapa hari ini masuk menuju gerbang sekolah. Dengan tidak sabar dia menunggunya masuk ke kelas namun yang ditunggu tidak juga tiba. Zahra pun memutuskan untuk mencarinya keluar namun dia tidak menemukannya.

Pelajaran kembali berlangsung, guru kembali mengabsen, dan masih sama saat nama Fikri disebut tidak ada jawaban. Sudah tiga hari ini dia tidak masuk sekolah. Atau bisa dibilang dia datang ke sekolah tapi tidak masuk ke kelas.

Seperti biasa saat jam istirahat, Zahra menghabiskan waktunya di perpustakaan. Terlihat dia sedang membaca buku tapi pikirannya sedang berada di tempat lain. Tidak lama kemudian, secara tidak sengaja dia melihat Deni yang sedang asyik mencari buku yang akan dipinjam. Zahra pun menghampirinya.

"Assalamualaikum Deni." Sapa Zahra.

"Wa... wa'alaikumussalam Zahra. Ada apa?" Deni yang terkejut dengan kedatangan Zahra pun terlihat agak gugup. Tidak heran, Zahra yang jarang sekali berbicara dengan teman laki-lakinya tiba-tiba menyapa deni. Biasanya Zahra hanya berbicara dengan teman laki-lakinya ketika ada hal yang penting atau untuk membicarakan soal tugas sekolah.

"Maaf aku ganggu kamu aku mau tanya." dengan menunduk.

"Iya, kamu mau tanya apa?"

"Kamu tahu kenapa Fikri berapa hari ini tidak masuk?"

"Aku tidak tahu Zah, aku memang cukup dekat dengan Fikri, tapi dia tidak pernah cerita apa-apa ke aku."

"Begitu ya..." Melamun

"Iya, tapi sepertinya dia sedang ada masalah. karena waktu aku melihatnya dan berbicara dengannya, dia hanya diam, melamun, tidak meresponku."

"Benarkah?"

"Iya."

Zahra terdiam...

"Zah...!" Deni membuyarkan lamunan zahra.

"Astagfirullah." Zahra terkejut.

"Kamu kenapa? jadi melamun gitu."

"Tidak kok Den, makasih ya."

"Iya , sama-sama. "

Zahra pun kembali dulu di tempat dia membaca tadi.

Bab terkait

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Ketahuan Bolos Sekolah

    Sudah tiga hari ini Fikri tidak masuk ke sekolah,itu pun tanpa keterangan atau bisa dibilang dia bolos sekolah. Ada beberapa teman yang melapor kepada ibu Asnia selaku wali kelas XII.IPA 1 bahwa mereka melihat Fikri tadi pagi di sekolah tapi entah kenapa anak itu tidak pernah masuk ke kelas. Konsekuensinya adalah dikirimkan lah surat pemberitahuan dari sekolah ke rumah Fikri. Dan akibatnya Pak Kusuma menjadi sangat marah melihat tingkah laku anaknya itu yang belum juga bisa berubah. Siang itu seperti biasa Fikri pulang ke rumah pukul 14.00 seperti jam pulangnya di sekolah. Ayahnya sudah menunggu di ruang tengah. Dengan amarahnya masih belum mereda, Fikri melangkah masuk menuju kamarnya tapi Pak Kusuma menghentikan langkahnya saat berada di ruang tengah. "Fikri, kemari kamu!" Perintah Pak kusuma. dengan langkah yang berat Fikri memaksakan dirinya untuk mengikuti perintah ayahnya. Fikri pun duduk di kursi tengah berhadapan dengan ayahnya. Sementara ibu Rani sedang tidak berada di ruma

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Curahan Hati Fikri Kepada Zahra

    Krrriiinnggg...Suara alarm berbunyi nyaring di kamar cowok tampan itu. Dengan masih setengah sadar dia meraih jam weker di atas meja kecil di samping tempat tidurnya dan langsung mematikannya. Terlihat pukul 05.30 segera dia bangkit dari tempat tidurnya dan masuk ke kamar mandi.setelah bersiap-siap dia pun segera mengambil kunci sepeda motor dan berjalan keluar rumah, di tengah langkahnya terdengar suara memanggil." Fikri, sarapan dulu nak! " Ajak ibu Rani yang sudah pulang dari rumah saudaranya." Tidak. " Jawabnya dengan dingin dan melanjutkan langkahnya. Tanpa menoleh sedikit pun pada wanita yang mengajaknya berbicara. Sesampainya di luar rumah dia menyalakan motornya dan segera berangkat ke sekolah.Hari ini seperti biasa dia berangkat ke sekolah dengan cepat. Tetapi secepat-cepatnya dia ada yang selalu mendahuluinya sampai ke kelas. Dia adalah Zahra, Zahra memang murid yang paling teladan di sekolah

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Perubahan Sikap

    Malam ini... Cahaya rembulan menemaniku ...Mengungkap wajahnya... Di balik tabir hati Yang selalu ku samarkan Perlahan...Ku uraikan perasaan yang terpendam Mengalirkan cerita pada sang maha cinta Tentang dia Yang hadirnya tersimpan indah Dalam rajutan jiwa Gemerlapnya bintang-bintang Hanya nampak di malam hari Berperasaan yang kini terpendam Yang menyalakan lampu cintanya Di sunyinya malam dalam doa Mencintaimu dalam sunyi Itulah caraku Membiarkan kesunyian ini datang Dan kau pun menyapa dalam angan Malam itu satu puisi tercipta dari seorang cowok tampan yang sedang jatuh cinta. Jatuh cinta? Entahlah. Dia pun belum tahu apa nama perasaan yang kini ia rasakan. Yah... hari ini dengan pembicaraan di perpustakaan tadi pagi di sekolah bersama Zahra membuatnya semakin kagum pada gadis cantik itu. Menurutnya Zahra begitu bijak, ia memiliki pemikiran yang dewasa. Tidak sama sepertinya yang masih bersikap kanak-kanak. Melalui nasehat Zahra tadi sedikit banyak telah membuka m

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Kecelakaan

    Sama seperti hari-hari yang lain Fikri berangkat ke sekolah cukup pagi, ya... tanpa sarapan, padahal pagi ini Bu Rani mengira bahwa Fikri akan sarapan bersama dia dan ayahnya lagi sama seperti malam tadi, tapi ternyata tidak. Fikri berangkat ke sekolah dengan awal seperti sebelumnya. Setiap pagi Fikri selalu ingin datang lebih awal, karena dia yakin pasti Zahra sudah ada di sekolah sekarang. Dan jika beruntung ke rumah dia bisa berbicara dengan Zahrah. Hari ini dia begitu semangat untuk berangkat ke sekolah, dia ingin mengatakan kepada Zahra bahwa dia sudah mulai belajar untuk menerima semuanya. Dia ingin mengatakan kalau dia berjanji akan berubah menjadi pria yang lebih baik lagi. Dan ada sesuatu hal yang lain yang ingin diungkapkan. Dengan terburu-buru dia melaju bersama sepeda motornya kembali menaikkan km sepeda motor yang ia bawa, karena pada saat itu jalan raya masih cukup sepi. Jadi Fikri berpikir mungkin tidak masalah jika ia membalas sedikit. Melaju dengan kecepatan 80 km/ja

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Zahra Menjenguk Fikri

    Sesampainya di rumah sakit orang tua Fikri pun segera mencari ruangan anaknya, dan segera menuju ke sana. Dibukanya pintu ruang ICU itu dengan tidak sabaran. Dan terlihatlah Fikri yang sedang terbaring lemah dengan selang infus di tangannya, perban pembalut di kepala depan dekat dahinya, dan beberapa perban lagi di kaki dan tangannya. Pak Kusuma dan Ibu Rani sangat sedih melihat keadaan anak mereka sekarang. Ibu Rani duduk di samping tempat tidur Fikri yang masih belum sadar, memegang tangan cowok yang sudah dianggap seperti anak kandungnya itu, dan terlihat air mata kini menghiasi pipinya. Bagi orang tua, rasa sakit yang sangat besar adalah ketika melihat anaknya sakit. Dan seperti itulah yang kini dirasakan oleh Pak Kusuma dan Ibu Rani. Keesokan harinya, kabar tentang Fikri sampai di sekolah. Ibu Asnia sendiri yang memberitahukan kepada anak-anak kelas XII IPA 1. mereka semua sangat terkejut mendengar bahwa Fikri kecelakaan, begitu pun dengan Zahra. Ketika i

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Kasih Sayang Seorang Ibu

    Semalaman ibu Rani terus menjaga Fikri, ia belum tidur sama sekali, menunggu anak yang membencinya itu sadar. Pak Kusuma sudah berulang kali menyuruhnya tidur, tapi ibu Rani tetap bersikeras menjaga Fikri. Saat tengah malam tepatnya pukul 01.45 Ibu Rani yang sedang membaca ayat suci Al-Qur'an di bawah sebelah tempat tidur Fikri terkejut saat sayup-sayup mendengar suara anaknya itu. "Airrr... aairrr... " Ibu Rani segera menoleh dan berdiri dari tempatnya duduk. "Fikri, kamu sudah sadar nak." Ibu Rani begitu senang Fikri telah membuka matanya walaupun masih terlihat sangat lemah. "A...aair.." Terdengar suara Fikri terbata-bata. Ibu Rani dengan cepat segera mengambil air di atas meja yang berada di samping tempat tidur Fikri. Perlahan dia mengangkat kepala Fikri dan meminumkannya air. Setelah meminum air yang diberikan oleh Ibu Rani dia menjadi lebih tenang sekarang. Ibu Rani segera membangunkan Pak Kusuma yang tidur di lantai bawah dengan karpet. "Pa...pa bangun, Fikri sudah sada

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Fikri Kembali Ke Sekolah

    "Iya Fikri papa menikah dengan ibu Rani itu karena permintaan Mama kamu sendiri, Mama kamu bilang sama papa kalau Ibu Rani itu adalah perempuan yang baik. Ia akan menyayangi kamu seperti anaknya sendiri. Mama kamu mempercayakan Ibu Rani untuk keluarganya nak, Ibu Rani awalnya juga tidak setuju dengan ini semua begitupun dengan papa Fikri, tapi papa tidak bisa menolak permintaan dari mama kamu begitupun dengan ibu Rani. Itulah alasan papa menikah dengan ibu Rani. " Terlihat bulir-bulir bening jatuh membasahi pipi cowok tampan itu. Kini dia tahu alasan papanya menikah dengan ibu Rani, bukan karena bapaknya sudah tidak sayang lagi dengan almarhumah mamanya tetapi ini semua adalah permintaan dari almarhum mamanya sendiri. Fikri sangat menyesal selama ini telah memperlakukan Ibu Rani seolah-olah dia adalah orang asing yang datang ingin mengambil posisi mamanya. Setelah kejadian ini dia berjanji tidak akan melakukan hal yang sama lagi. ia berjanji akan menerima semuanya. *** "Assalamualai

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Jahil

    Malam ini Bu Rani begitu antusias membuatkan makanan kesukaan Fikri. Ketika semuanya sudah siap dia pun berjalan menuju kamar Fikri untuk memanggilnya makan. Tetapi baru beberapa langkah kakinya berjalan, terlihat Fikri sudah berjalan menuju meja makan. "Mama baru aja mau panggil kamu makan nak." Kata Ibu Rani. "Iya mah, ini Fikri mau makan." Spontan Ibu Rani dan Pak Kusuma terkejut saat mendengar kalimat 'ma' dari Fikri. "Kita duduk ya, Mama sudah masakin makanan kesukaan kamu." Kata Ibu Rani sembari mengambilkan makanan untuk Fikri, menuangkannya di atas piring berwarna kecoklatan itu lalu memberikannya kepada Fikri. "Hhmm... sebelum kita makan, aku mau bilang sesuatu ke papah dan mamah. " Kata Fikri serius. "Kamu mau bilang apa nak?" Tanya Ibu Rani. "Aku mau minta maaf sama mama dan papa atas sikapku selama ini. Aku minta maaf Pah. " Sambil melihat kearah Pak Kusuma. "Aku sudah buat papa kecewa, aku sudah buat papa selalu dipanggil ke sekolah karena aku bertingkah nakal disa

Bab terbaru

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   berangkat bersama lagi

    Tok tok tok“Zah, kamu udah selesai nak? Tanya Bu ….Zahra yang mendengar Bundanya mengetuk pintu segera membukanya. “Zahra lagi siap-siap Bun.” Terlihat Zahra sedang mengeringkan rambutnya dengan hair dryer yang ada di atas meja rias. Bu… tidak masuk dan hanya berdiri di ambang pintu.“Ya sudah siap-siapnya jangan kelamaan, teman keja kamu sudah menunggu di bawah, dia mau jempt kamu katanya.”Zahra mengerutkan keningnya.“Hah teman kerja? Si Deni?”“Bukan, bukan Deni, yang ini juga ibu gak kenal.”“Perasaan Zahra tidak menyuruh siapa pun untuk menjemput. Atau….” Zahra tampak berpikir.Ia membulatkan bola matanya saat nama seseorang terlintas di benaknya.“Bun, apa dia orangnya tinggi, tampan, dan memakai kacamata?” “Iya. Tuh kamu tahu, ya sudah ibu tunggu di bawa yah, cepetan siap-siap tidak enak kalau dia menunggu kamu terlalu lama.” Bu … menepuk pundak Zahra dan tersenyum, lalu meninggalkna kamar anaknya itu. Zahra kembali menutup pintunya, entah kenapa ia merasa aga kesal kar

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Hatiku Mengatakan Itu Dirinya

    Sejak kejadian itu, Kenzo tinggal bersama dengan keluarga Fikri. Kedua riang tua Fikri memperlakukannya seperti anak mereka sendiri. Menyekolahkannya, dan memberinya kasih sayang dan perhatian. Yah, ia memiliki keluarga baru yang begitu menyayanginya. Memiliki Kakak angkat membuat Fikri sangat bahagia, ia tidak merasa kesepian lagi di rumah, seseorang akan ada untuknya berbagi keluh kesahnya saat kedua orangtuanya sedang bekerja. Ia akan jadi memiliki teman untuk mengobrol hal-hal yang menyenangkan, dan merasa terlindungi karena memiliki seorang kakak. Kenzo merasa sangatlah berhutang Budi pada keluarga Fikri, dan ia berjanji akan selalu mengabdi pada keluarga tersebut, memberikan yang terbaik dan melakukan yang terbaik untuk Fikri dan kedua orang tuanya. ***Kenzo menyeka air matanya yang menetes karena mengenang masa lalunya. Bukan air mata kesedihan, melainkan air mata dari perasaan haru dan bahagia. Baginya Fikri adalah adik yang sangat ia sayangi, walau kadang bertengkar, namu

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Apa Karena Gadis Itu?

    Fikri duduk di tepi kolam renang, membiarkan separuh kakinya terendam di dasar kolam. Merilekskan pikirannya yang sempat kacau karena berusaha mengingat sesuatu yang ia sendiri tidak tahu apa. Aneh?? Yah, memang tampak aneh, tapi itulah yang ia rasakan. "Sebenarnya siapa dia?" Gumam Fikri lirih.Sementara Kenzo yang baru sampai di rumah Tuan mudanya itu segera menuju ke arah kolam renang di rumah tersebut, ia tahu kalau Fikri ada di sana dari salah satu pengawal yang berjaga di rumah itu. Langkah besarnya telah membawanya sampai ke sana, melihat punggung Tuan Mudanya yang memunggunginya. Ia menarik nafas leganya. "Permisi Tuan Muda." Sapa Kenzo. Fikri berbalik sejenak saat mendengar suara asisten pribadinya itu. "Ah, iya. Apa meeting-nya sudah selesai?" Tanyanya."Iya Tuan Muda, meeting-nya sudah selesai dan berjalan dengan lancar. Perusahaan GCF resmi bekerja sama dengan perusahaan kita." "Alhamdulillah kalau semuanya berjalan dengan lancar. Kamu memang bisa diandalkan Kenzo."

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Rasa Ini... Fikri?

    Zahra berjalan dengan terburu-buru menuju gerbang kampus, dengan beberapa buku yang ada di tangannya. Hari ini jadwalnya di kampus hanya sampai pukul 12 siang. Begitu kelasnya selesai, dengan cepat ia segera memesan driver online. "Aku harus cepat, sebelum..." "Bu Zahra!" Teriak seseorang dari belakang . Terdengar suara langkah kaki yang berlari kecil menuju ke arahnya. Yah, lagi-lagi lelaki tampan itu, Zaki. "Aduh, tuh kan." Ucap Zahra kecil. Ia masih berusaha untuk menghindari pria itu dengan lebih mempercepat langkah kakinya. Namun, tentu saja ia kalah cepat."Bu Zahra!" Tanyanya dengan nafas yang terengah."E... eh, pak Zaki." Sapa Zahra kikuk. "Ibu kok jalannya cepat banget sih, saya juga dari tadi panggilin ibu loh.""Maaf Pak saya tidak dengar. Ini lagi buru-buru mau pulang, hhmmmm.... kalau gitu saya permisi yah Pak." Ucapnya ingin melangkah pergi. "Biar saya saja yang antar Bu, motornya kan masih ada di bengkel." Zahra merinding mendengar kata-kata itu. Ia melihat ke se

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Merasa Mengenal

    Seorang supir dengan langkah terburu-buru Segeran membungkukkan badannya sembari membukakan pintu mobil untuk tuannya. "Selamat siang Tuan Muda." Sapa Pak Edo, supir pribadi Fikri. "Iya." Jawab Fikri singkat, lalu langsung masuk ke mobil. "Kita akan ke mana Tuan Muda?" Tanya Pak Edo yang telah duduk di kursi kemudi. "Jalan saja Pak, nanti akan ku tunjukkan jalannya." Jawabnya sambil memainkan tablet ditangannya. "Baik Tuan Muda." 20 menit kemudian, mereka telah sampai di halaman sebuah Masjid yang cukup luas. "Tuan akan sholat Dzuhur di sini?" Pak Edi kembali bertanya. "Iya." "Kenapa tidak di mushola perusahaan saja Pak? Atau mungkin di Masjid yang cukup dekat dari kantor." Tak ada jawaban, hal itu membuat Pak Edi merasa tak enak hati. Ia mungkin sudah terlalu lancang karena terus bertanya pada tuannya."Maaf kalau saya lancang bertanya Tuan Muda. Lupakan saja pertanyaan saya, sekali lagi saya minta maaf Tuan." Takut-takut Pak Edo menghadapi lelaki muda yang sudah enam bulan

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Seperti Pelakor

    Zahra dan Zaki berjalan beriringan menuju Fakultas. Sesekali Zahra menjaga jaraknya pada pria tampan disampingnya itu. Ia tak ingin menyulut api amarah pada kaum hawa yang masih dengan setia menatap iri benci padanya. Zahra tak bersuara dan hanya mengangguk atau menggelengkan kepala saja saat Zaki bertanya padanya. Zaki sadar bahwa dia telah menciptakan kehebohan di kampus hari ini, namun ia juga hanya ingin menunjukkan kepada semua wanita Yanga selalu mengejar-ngejarnya kalau ia sudah memiliki wanita istimewa disisinya. walau dia tahu bila situasi ini mungkin tidak cukup baik untuk Zahra nantinya, namun ia berjanji pada dirinya sendiri, akan selalu berada di samping gadis ini saat seseorang ingin melakukan hal yang berbahaya karena telah dianggap merebut lelaki yang banyak disukai wanita. Hal lainnya adalah ia juga bisa menjauhkan para lelaki yang juga menyukai gadisnya. Tak bisa dipungkiri bahwa Zahra Salsabila adalah wanita yang sangat cantik dan manis. Kulit putih, hidung mancun

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Misi Gagal

    "Bunda, ayah, Zahra berangkat yah." Ucap Zahra seraya mencium kedua telapak tangan kedua orang tuanya yang sekarang duduk di meja makan. "Kenapa tidak sarapan dulu Zah?" Tanya ayah Zahra, Pak Herman."Zahra lagi buru-buru banget ayah, ada yang harus Zahra kerjakan secepatnya di sekolah." "Hhmm... ya sudah, hati-hati yah nak." Kata Bu Manda. "Iya Bun, Zahra berangkat yah. Assalamualaikum." "Wa'alaikumussalam." Jawab Bu Manda dan Pak Herman bersamaan. Sebenarnya hari ini Zahra memang sengaja untuk datang lebih awal ke sekolah. Hanya satu tujuannya, ia ingin tahu siapa si penggemar rahasia yang selalu meletakkan bunga dan cokelat di meja kerjanya. Dia yakin orang itu yang ia sebut si BuCok (alias manusia bunga dan cokelat) selalu datang sangat pagi untuk meletakkan hadiah itu di mejanya. Indah melakukan sepeda motornya menuju ke sekolah dengan kecepatan sedang. Jalan belum tampak terlalu ramai pagi ini. Zahra menikmati perjalanannya dengan merasakan hembusan angin yang masih sangat

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Penggemar Rahasia

    Saat telah sampai di meja kerjanya, Zahra kembali terkejut mendapati bunga dan cokelat yang sudah ada di sana, dengan sebuah kartu ucapan kecil di sela-sela tangkai bunga itu.*Untuk perempuan tercantik yang pernah ku temui, semoga kamu suka bunga dan cokelat ini.*bunyi tulisan itu. "Huufftt..." Zahra menghembuskan nafas kasar. Ia memilih duduk dan tak ingin mempedulikan hadiah tersebut. Yah, sudah beberapa kali Zahra mendapatkan kiriman bunga beserta sebatang cokelat setiap pagi di atas meja kerjanya, tanpa ada nama pengirim di sana.Deni yang melihat Zahra dengan wajah cemberut lantas menghampirinya. Yah, sebenarnya dia sudah tahu apa yang sudah merusak mood Zahra pagi ini."Ciee... yang dapat bunga dan cokelat lagi. wah wah wah, penggemar rahasiamu itu menarik juga yah." Ledek Deni."Kamu ini apaan sih, selalu saja ngeledekin aku." Zahra semakin cemberut, memajukan bibirnya beberapa senti."Habis yah, aku tuh penasaran tahu gak, siapa sih yang bela-belain datang pagi-pagi banget

  • Ku Titip Rinduku Dalam Naungan Cinta-Mu   Siapa Gadis Itu? II

    Suatu hari, gadis cantik itu terkejut dengan pengakuan sahabatnya Dewi, bahwa dia menyukai Fikri. Dia sangat sedih mendengar apa yang baru saja diungkapkan oleh sahabatnya itu. Namun dia berusaha menyembunyikannya. Sejak hari itu dia selalu memikirkan tentang sahabatnya yang menyukai laki-laki yang ia juga suka. Hari demi hari hatinya mulai terbuka, ia mulai memikirkan apa yang selama ini ia lakukan, ia baru sadar bahwa apa yang selama ini dia lakukan itu salah. dia salah karena selalu memandang seseorang yang bukan mahramnya itu. Dan sejak hari itulah dia tidak pernah lagi datang ke sekolah begitu awal. Dia hanya akan datang saat bel sudah mau berbunyi. Dia tidak lagi menunggu Fikri dari balik jendela itu. Dan hari yang paling berat itu pun tiba bagi gadis itu, saat Fikri mengungkapkan perasaannya padanya di hari terakhir sekolah, ketika mereka sudah melihat pengumuman hasil kelulusan UN mereka di sekolah, di dekat Masjid di dekat sekolahnya. Masjid An-Nur, menjadi saksi bisu tentan

DMCA.com Protection Status