Share

Bab 9. Pesan Irham

Penulis: Maryam Zalina
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-06 08:08:47

Setelah kepulangan kedua mertuanya, Shamita kembali ke rutinitas biasa. Cucian kotor sudah menunggunya untuk segera dicuci, begitupun lantai yang berdebu sudah menunggu agar segera dibersihkan.

Begitulah kehidupan ia saat ini, jika dibilang mebosankan mungkin iya. Tapi sejatinya seorang istri memang tak lepas dari pekerjaan rumah. Semua itu akan bernilai pahala jika kita ikhlas melakukanya.

Tubuh kurus itu entah kenapa akhir-akhir ini terasa mudah lelah. Shamita mendudukkan tubuhnya di atas ayunan kayu yang berada di belakang rumah. Sembari meluruskan otot-otot yang terkuras karena pekerjaan yang begitu banyak, sesekali ia bermain ponselnya. Betapa terkejutnya ia saat ada pesan masuk dari seseorang yang sangat ia kenal. Tapi saat ini hampir saja ia lupakan.

Ya, pesan itu dari Irham—mantan kekasih Shamita. Hampir saja Shamita lupa jika ia pernah menjalin hubungan dengannya. Selepas menikah dengan Bara, dirinya memang sengaja tak pernah lagi menghubungi Irham. Selain agar Irham tak lagi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 10. Akhirnya

    Shamita duduk termenung, ditatapnya ponsel yang berada di tangannya. Pikirannya masih bergulat antara membalas atau tidak pesan dari Irham. Hatinya mengajak, tapi otaknya menolak.Andai saja saat ini Shamita bukan istri dari Bara, sudah pasti pesan itu langsung dibalasnya. Bagaimanapun ia juga merindukan sosok Irham yang selalu ada disaat kondisi terburuknya."Sedang apa kamu?" Suara Bara tiba-tiba membuyarkan lamunan Shamita."Abang? Sejak kapan di situ?" tanya Shamita gugup."Kalau ada orang nanya itu dijawab.""Maaf Bang. Aku hanya sedang menikmati udara segar aja di sini. Abang butuh sesuatu?" Shamita bangkit dari duduknya."Bikinin aku kopi! Inget gulanya nggak usah banyak-banyak. Kopi satu sendok, gula satu sendok.""B-baik Bang."Shamita bergegas membuatkan kopi pesanan Bara. Hatinya menghangat karena baru kali ini Bara berucap sedikit lembut saat menyuruhnya.***Setelah mendengar pernikahan Shamita, Irham seolah malas untuk melakukan sesuatu. Hatinya hancur menyisakan kepinga

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-07
  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 11. Rasa Cemas

    "Bang, apa artinya kamu sudah suka sama aku?" Ucapan Shamita membuat Bara sedikit terkekeh, menampakkan gigi putihnya yang tersusun rapih."Maaf, aku salah ngomong, Bang." Shamita merasa malu, nyatanya pikirannya tak selaras dengan perbuatan Bara."Semua butuh waktu, tapi akan aku pastikan jika aku akan berusaha untuk itu.""Jangan memaksa Bang, aku tau itu tidaklah mudah."Shamita terpaksa harus menelan pil pahit, mungkin memang terlalu terburu-buru untuk dia menyimpulkan perasaan Bara hanya karena tindakan lembutnya."Malam ini, aku mau kamu ya." Bara semakin intens menatap wajah Shamita yang mungkin saat ini sudah terlihat seperti udang rebus."Mau apa, Bang?" tanya Shamita dengan polosnya. Tanpa jawaban lagi, pria bermata coklat gelap itu meraup wajah Shamita. Menjalankan kewajiban yang selama ini tak pernah dilaksanakan antara kedua sejoli itu. Cinta yang belum tumbuh bisa saja akan datang setelah kejadian malam ini.Tak pernah terbayangkan oleh Shamita jika dirinya akan menjad

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-08
  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 12. Perubahan Bara

    KISML 12Bara duduk di bangku yang sudah tersedia untuk menunggu pasien diperiksa. Kegelisahan itu jelas nyata, khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk kepada Shamita, membuat pria beralis tebal itu tak tenang.Selang beberapa saat seorang suster keluar. Segera Bara bangkit menghampiri suster."Sus bagaimana dengan istri saya?" tanya Bara."Oh, anda suami dari pasien yang bernama Shamita?"Bara mengangguk."Anda sudah boleh menemui pasien.""Kalau boleh tau, istri saya sakit apa Sus?""Istri anda hanya mengalami asam lambung, tapi jika dibiarkan akan berbahaya, beruntung anda cepat membawanya ke sini."Ada sedikit kelegaan di hati Bara, kecemasan yang ia rasa beruntung bisa terjawab dengan informasi suster.Bara mendatangi ruangan di mana Shamita berada. Dengan langkah pelan, pria dengan rambut ikal itu menghampiri Shamita yang masih terkulai lemas."Bang Bara," ucap Shamita dengan lirih."Bagimana? Udah mendingan?" tanya Bara lembut. Matanya sedikit gugup melihat senyum Shamita yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-12
  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 13. Nenek Meninggal

    Bara merasa Shamita perlu tahu alasan kenapa dia bisa terjerumus di lubang maksiat itu. Semua berawal dari sikap ayahnya yang keras kepala, yang mengharuskan semua anaknya menjadi apa yang dia mau."Dulu, aku nggak akur sama Bapak. Bukan tanpa alasan, aku hanya tidak suka dengan cara Bapak mendidikku," ucap Bara pelan."Cara Bapak? Memangnya gimana cara Bapak? Aku lihat, Bapak baik kok, hampir nggak pernah marah," ucap Shamita berasumsi. Ya, selama ini Shamita mengenal Pak Indra adalah sosok pemimpin yang ramah dan juga tidak pernah marah terhadap karyawannya selama dia bekerja."Ya … untuk sebagian orang yang tidak tahu karakter Bapak yang sesungguhnya, pasti orang itu akan menilai jika beliau adalah orang baik dengan banyak kebaikan yang dia lakukan.""Lantas? Apa yang membuat Abang tidak suka dengan cara Bapak?""Bapak terlalu memasakan kehendak, aku menyukai musik. Tapi, kata Bapak, hobi aku itu hanya membuang waktu aku saja. Aku keras kepala, karena bagiku tidak ada yang bisa men

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-20
  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 14. Kematian Nenek

    "Innalilahi wa Inna ilaihi roji'un."Suara itu terucap dari mulut Bara. Jelas saja hal itu mengundang tanya dari Shamita."Maksud kamu apa, Bang?" tanya Shamita terkejut."Mita, Nenek … sudah nggak ada," ucap Bara dengan lirih."Jangan asal kalau ngomong Bang!" Suara Shamita sudah bergetar, matanya menatap tajam ke arah Bara. Dengan lemas, tangan Shamita meraih tubuh neneknya yang kini sudah kaku. Rasa sedih itu jelas sangat tergambar di wajahnya. Air mata saja seolah tak cukup menggambarkan kesedihan dia kehilangan anggota keluarga satu-satunya itu."Nek, bangun Nek. Ini Mita datang jenguk Nenek." Shamita terus saja merancau, hatinya dan pikirannya belum bisa menerima takdir buruk yang kembali menerpanya."Shamita, yang sabar ya. Nenek kamu sudah tenang di alam sana," ucap Bu Sindi mencoba menenangkan Shamita. Dia sangat paham bagaimana rasanya ditinggal oleh orang yang sangat dicintai."Bu, Nenek cuma tidur. Lihat! Nenek sedang tidur!" Suara Shamita meninggi."Mita," ucap Bara. Deng

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-22
  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 15. Bertemu Irham

    Pasca meninggalnya neneknya Shamita, Bara semakin menunjukkan sisi baiknya. Pria itu begitu gencar menghibur Shamita yang sedang lara. Meksi masih kaku, paling tidak dia berusaha membahagiakan istrinya.Sebulan sudah nenek Ratmi pergi, meninggalkan kenangan indah dan juga pahit. Seperti halnya kehidupan orang lain. Shamita juga memiliki kenangan bahagia bersama neneknya."Mau ngelamun terus?" tegur Bara lembut. Sudah sebulan ini hampir setiap hari Shamita melamun. Sudah pasti yang Shamita lamunin adalah neneknya, hatinya begitu kehilangan sang nenek yang sudah menemaninya semenjak kecil."Maafkan aku, Bang." Hanya itu kata yang keluar dari mulut Shamita."Gimana kalau kita ke toko Ibu? Biar kamu nggak suntuk, dan … kamu juga bisa sekalian bertemu teman-teman kamu." Bara memberi tawaran.Ucapan Bara ada benarnya juga, Shamita yang melihat kegigihan Bara untuk menghiburnya merasa tak enak hati jika harus menolak tawaran itu."Abang, nggak keberatan kita main ke sana?" tanya Shamita meya

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-23
  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 16. Setelah Lima Tahun

    "Bohong?"Ucapan Shamita membuat Bara bingung. Pasalnya, selama ini Shamita selalu jujur dengan apapun itu."Iya, Mas. Pria yang kita temui di toko, dia adalah—" Shamita menjeda ucapanya. Mencoba mengatur napasnya agar tenang."Siapa? Kamu kenal dia?" tanya Bara penasaran."Tapi, Mas janji jangan marah.""Iyaa, aku nggak akan marah.""Dia … mantan aku Mas," ucap Shamita sembari menggigit bibir dalamnya."Oh." Suara Bara melemah. "Pantas saja dia melihat kamu nggak ngedip gitu." Bara terkekeh.Shamita terkejut melihat ekspresi suaminya itu, ternyata jauh dari pemikirannya. Dia kira, Bara akan marah. Tapi ternyata Bara menanggapinya dengan santai."Kamu nggak marah, Mas?" tanya Shamita ragu.Bara meraih wajah Shamita. "Untuk apa aku marah, dia itu masa lalu kamu. Sedangkan aku masa depan kamu. Dia hanya memiliki kamu di masa lalu, sedangkan aku bisa memiliki kamu selamanya."Pipi Shamita bersemu merah, baru kali ini dia mendapat kata-kata seromantis itu dari Bara. Padahal dia sudah ser

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-25
  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 17. Fakta Pahit

    "Kenapa Dok? Aku sakit apa?"Melihat dokter tak kunjung menjawab membuat Shamita kembali bertanya."Maaf sebelumnya, mungkin ini akan mengejutkan anda. Tapi … di bagian rahim anda terdapat kanker," jelas dokter.Bak dihujami batu besar, jantung Shamita seolah dipaksa berhenti saat itu juga. Tak pernah terbayangkan jika rasa sakit yang diderita saat ini bukanlah penyakit sakit perut biasa. Dada sesak seolah sulit untuk bernapas."Dokter pasti bercanda?" ucap Shamita tak percaya. Padahal seorang dokter mana mungkin bercanda mengenai penyakit pasien."Saya mengerti perasaan anda, tapi semua belum berakhir. Kita masih bisa berikhtiar dan berdoa. Kanker masih stadium satu, dan kita bisa melakukan pengobatan dengan radioterapi atau kemoterapi. Tapi, sayangnya efek dari pengobatan itu akan menyebabkan anda sulit untuk hamil."Baru saja hati Shamita sedikit lega dengan ucapan dokter dengan sebuah pengobatan, tapi dirinya harus kembali tertampar dengan kenyataan pahit oleh kalimat dokter yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-03-26

Bab terbaru

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 24. Diterima!

    "Hey, will you marry me?" Tiba-tiba saja Irham membungkukkan badannya.Tangan Jihan sontak menutup mulutnya. Ya, ia terkejut."Jihan, jadilah istriku dan menikahlah denganku." Ucapan Irham selanjutnya membuat riuh sorak pengunjung taman memberikan tepukan penyangga. Terdengar suara riuh itu meneriakkam agar Jihan mau menerima lamaran Irham."Mas," ucap Jihan lirih. Antara bahagia dan tidak percaya jika Irham bisa melakukan hal seromantis ini."Terima ! Terima !" Suara itu berasal dari orang-orsng yang menyaksikan momen indah dua sejoli itu. Sementara Irham masih dengan posisinya berjongkok menunggu jawaban dari Jihan sembari mengulurkan sebuah kotak cincin berisikan cincin sederhana.Wanita cantik itu tersenyum, lalu mengangguk yakin. Ia menerima lamaran Irham dengan keyakinan yang besar.Grep!"Terima kasih," ucap Irham sembari memeluk Jihan. Lagi-lagi Jihan terkejut. Irham yang dingin, bisa-bisanya tanpa malu memeluk Jihan dalam keramaian."Mas, banyak orang loh," ucap Jihan sedikit

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 23. Tiba-tiba Melamar

    "Apa yang harus aku katakan jika aku serius dengan niatku?" Ucapan Irham membuat Jihan menghentikan akitifitasnya sementara. Jujur dalam hatinya ia senang mendapati Irham berbicara seserius itu. Tapi, tetap saja rasa percaya itu belum ada. Terlebih salama ini sikap Irham tak pernah menunjukkan gelagat jika ia mencintai Jihan."Mas, ada baiknya bicara hal seperti ini jangan di waktu jam kerja," sungut Jihan kesal."Oh baiklah, selepas kerja kita bicarakan ini lagi," ucap Irham tanpa beban.Entah kenapa sikap Irham jauh sekali berbeda dengan sikapnya dulu terhadap Shamita. Dia lebih cuek bahkan cara bicaranya lebih kasar dibanding dengan Shamita dulu yang lembut dan penuh kasih sayang. Ternyata patah hati bisa merubah hal apapun termasuk sikap seseorang.***Bara merasa tak tenang saat dirinya bekerja, meski ia sudah menitipkan istrinya kepada ibunya, tetap saja rasa khawatir itu ada. Meninggalkan istri yang tengah sakit keras membuat ia tak nyaman dalam bekerja. Pikirannya tentu saja

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 22. Niat Baik Irham

    Bu Sindi terlihat shock mendengar jawaban dari Shamita. Tak pernah terbayangkan jika menantunya itu menderita penyakit yang berat."Kamu bercanda kan, sayang?" Bu Sindi masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar."Bu, tenang ya. Semua masih bisa diobati, Mas Bara hanya khawatir jika meninggalkan aku seorang diri di rumah," jawab Shamita."Bagaimana bisa tenang, itu penyakit berbahaya, Mita. Kenapa Ibu baru tahu? Katakan! Sejak kapan kamu sakit?"Bibir pucat Shamita tersenyum, betapa dirinya beruntung mendapati mertua yang begitu baik dan perhatian. Jauh sekali dengan bayangan mertua jahat yang sering ia baca di novel."Bu, aku tidak tahu tepatnya berapa lama. Hanya saja baru terdeteksi sebulan ini.""Astagfirullah Mita, terus gimana kata dokter?"Shamita diam. Hatinya bergejolak saat pertanyaan itu terucap dari mertuanya. Bukan tak mampu menjawab, hanya saja perkataan dokter mengenai dirinya akan sulit mendapatkan anak, menjadikan momok yang menyakitkan untuk ia ingat."Dokter bil

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 21. Jujur Kepada Ibu

    Sementara di sudut kota Kuala Lumpur. Seorang pria tetunduk lesu meratapi nasibnya yang kini sudah jauh dari kata beruntung. Sudah jatuh tertimpa tangga. Mungkin itu ungkapan yang pantas disematkan untuk Irham.Niat hati ingin melupakan Shamita ternyata tak semudah pergi dari negara asalnya Indonesia. Meski saat ini ia masih bisa bekerja dengan kondisi kaki yang sudah tidak lagi normal. Pikirannya tetap saja masih tertuju kepada sang mantan kekasih."Mas, makanan sudah aku taro di meja ya," ucap Jihan. Ia adalah teman baru Irham di tempatnya bekerja. Pertemuan yang tidak sengaja tempo hari membuat mereka akhirnya berteman."Hem," jawab Irham. Pikiran yang selalu saja tertuju kepada Shamita membuat dia selalu acuh dengan perhatian orang-orang yang di sekelilingnya."Mas Irham kenapa? Sakit?" tanya Jihan, tangannya refleks menyentuh dahi Irham."Aku nggak apa-apa," jawab Irham lemah."Mas, kamu cerita dong. Kenapa?" Jihan yang diam-diam menyimpan rasa terhadap Irham merasa begitu khawat

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 20. Bara Marah

    Shamita terdiam, melihat Bara yang sibuk sendiri mengurusnya, membuat dia memiliki ide yang mungkin akan membuat suaminya itu murka."Mas," panggil Shamita lagi."Iya, apa?""Bagaimana kalau kamu menikah lagi?"Deg!Dahi Bara mengerenyit kembali, rasanya istrinya ini sudah terlalu banyak bicara hal aneh semenjak ia sakit. Ingin marah, tapi istrinya tidaklah bersalah. Tapi ucapanya sudah sangat di luar batas."Apa yang kamu bicarakan? Apa menurutmu itu hal yang lucu?" tanya Bara dingin.Shamita terkesiap mendapati Bara menjawabnya dengan nada yang begitu dingin. Jelas sekali jika suaminya itu tengah marah."Bukan begitu, Mas. Aku merasa … aku sudah tidak mampu membahagiakan kamu, Mas. Tolong, jangan berpikir buruk. Ini, demi kebaikan kamu." Suara Shamita bergetar. Dirinya juga tidak menyangka jika ucapan itu bisa keluar begitu saja dari mulutnya."Mita, kenapa dengan kamu? Apa aku selama ini meminta sesuatu yang memberatkan kamu? Apa selama ini aku kurang memperhatikan kamu? Sungguh ak

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 19. Permintaan Shamita

    "Mas, aku bukan sakit lambung. Aku … terkena kanker rahim stadium 1."Bagai dihantam deburan ombak yang besar, mata Bara membelakak penuh mendengar ucapan wanita yang kini menjadi istrinya itu. Tak percaya, Bara dengan cepat menggelengkan kepalanya."Jangan bercanda, Sayang. Ini sama sekali tidak lucu." Bara mencoba menangkis pikiran buruknya."Aku serius Mas," ucap Shamita datar."Tidak, tidak mungkin. Kamu itu cuma sakit perut, tidak mungkin ada hal-hal semacam itu. Jangan bercanda!" Bara masih menyangkal. Bukan tak percaya, tepatnya Bara terlalu takut jika hal itu benar terjadi"Mas! Aku memang sakit, jangan seperti ini tolong." Suara Shamita meninggi, dia sudah menduga jika Bara pasti tidak akan percaya. Apalagi saat ini cinta Bara begitu besar.Bara tertunduk lesu, jiwanya terguncang. Tidak pernah terbayangkan jika istrinya saat ini tengah sakit keras."T-tapi, bagaimana bisa?" Suara Bara terbata."Mas, ini takdir aku. Aku pun tidak tahu kenapa bisa penyakit ini menghampiri aku."

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 18. Jujur

    "Mas, bagaimana jika aku tak mampu memberikan kamu anak?"Shamita menggigit bibir bawahnya, takut sekali jawaban Bara akan menyakitinya.Namun Bara malah terkekeh pelan."Kamu ngomong apa? Kenapa tiba-tiba berucap seperti itu?" Bara masih tidak mengerti dengan pertanyaan yang diucap istrinya."Mas. Aku serius. Kamu tinggal jawab, bagaimana jika hal itu terjadi. Semisal, aku punya penyakit atau karena memang takdir tak mengizinkan aku untuk hamil. Itu misal loh Mas, aku cuma pengen tahu jawaban kamu."Bara terkesiap melihat Shamita memandang dirinya setajam itu."Hemm, gimana ya?" Bara menekan-nekan dagunya seolah benar-benar sedang berpikir."Mas, jangan bercanda bisa kan."Melihat istrinya yang menggemaskan, Bara langsung meraih tangan Shamita."Shamita Nur Maulida, tidak dipungkiri aku rindu riuh suara anak-anak di rumah ini. Lima tahun sudah kita berumah tangga, tapi nyatanya Allah belum mengizinkan kita untuk mengemban amanah besar itu. Lantas jika memang belum waktunya, apa aku h

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 17. Fakta Pahit

    "Kenapa Dok? Aku sakit apa?"Melihat dokter tak kunjung menjawab membuat Shamita kembali bertanya."Maaf sebelumnya, mungkin ini akan mengejutkan anda. Tapi … di bagian rahim anda terdapat kanker," jelas dokter.Bak dihujami batu besar, jantung Shamita seolah dipaksa berhenti saat itu juga. Tak pernah terbayangkan jika rasa sakit yang diderita saat ini bukanlah penyakit sakit perut biasa. Dada sesak seolah sulit untuk bernapas."Dokter pasti bercanda?" ucap Shamita tak percaya. Padahal seorang dokter mana mungkin bercanda mengenai penyakit pasien."Saya mengerti perasaan anda, tapi semua belum berakhir. Kita masih bisa berikhtiar dan berdoa. Kanker masih stadium satu, dan kita bisa melakukan pengobatan dengan radioterapi atau kemoterapi. Tapi, sayangnya efek dari pengobatan itu akan menyebabkan anda sulit untuk hamil."Baru saja hati Shamita sedikit lega dengan ucapan dokter dengan sebuah pengobatan, tapi dirinya harus kembali tertampar dengan kenyataan pahit oleh kalimat dokter yang

  • Ku Izinkan Suamiku Menikah Lagi   Bab 16. Setelah Lima Tahun

    "Bohong?"Ucapan Shamita membuat Bara bingung. Pasalnya, selama ini Shamita selalu jujur dengan apapun itu."Iya, Mas. Pria yang kita temui di toko, dia adalah—" Shamita menjeda ucapanya. Mencoba mengatur napasnya agar tenang."Siapa? Kamu kenal dia?" tanya Bara penasaran."Tapi, Mas janji jangan marah.""Iyaa, aku nggak akan marah.""Dia … mantan aku Mas," ucap Shamita sembari menggigit bibir dalamnya."Oh." Suara Bara melemah. "Pantas saja dia melihat kamu nggak ngedip gitu." Bara terkekeh.Shamita terkejut melihat ekspresi suaminya itu, ternyata jauh dari pemikirannya. Dia kira, Bara akan marah. Tapi ternyata Bara menanggapinya dengan santai."Kamu nggak marah, Mas?" tanya Shamita ragu.Bara meraih wajah Shamita. "Untuk apa aku marah, dia itu masa lalu kamu. Sedangkan aku masa depan kamu. Dia hanya memiliki kamu di masa lalu, sedangkan aku bisa memiliki kamu selamanya."Pipi Shamita bersemu merah, baru kali ini dia mendapat kata-kata seromantis itu dari Bara. Padahal dia sudah ser

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status