“Pangeran Syaywarod ini orangnya pintar juga, dia sengaja berucap seperti itu didepan umum, agar bila aku menang nanti, dia yang akan menjadi lawan terakhirku nanti. Kalau begitu aku harus menyelesaikan pertarungan ini secepat mungkin, agar tenagaku tidak terlalu terkuras untuk menghadapinya di pertarungan terakhir” membatin Pangeran Mazhab.
“Silahkan Pangeran Mazhab...” terdengar suara Ifrit membahana ditempat itu. Pangeran Mazhab segera berpaling kearah Ifrit dan menjurakan hormatnya. Lalu kembali berpaling kearah arena pertarungan, dimana sosok Bintang berada.
Weerrrr...!
Tiba-tiba saja semua mata terbelalak, semua mata membesar saat melihat bagaimana sosok Pangeran Mazhab tiba-tiba saja melayang dengan sangat ringannya dari tempatnya berada, menuju ke arah arena. Kemampuan yang sangat mengagumkan.
“Hebat. Pangeran bisa terbang!”
“Iya benar, Pangeran Mazhab benar-benar bisa terbang”
Terdenga
Wessshhh...!Sebuah perisai energi terbentuk menutupi arena pertarungan, hingga badai pusaran angin dahsyat itu tidak sampai keluar meluluh lantahkan tempat itu, rupanya Jin Ifrit bertindak cepat melindungi tempat itu dengan membentuk medan energi disepanjang arena pertarungan.Sementara itu, Bintang masih berdiri ditengah-tengah dua badai pusaran angin yang terus berputar-putar dahsyat mengelilinginya, untung saja Bintang sudah mengerahkan tenaga dalam pada kedua kakinya, hingga Bintang masih bisa bertahan dari sapuan badai gelombang pusaran angin tersebut.Sementara itu di ketinggian udara, sosok Pangeran Mazhab masih berdiri dengan angkernya. Kedua matanya semakin bersinar dengan terang menatap kearah lawannya. Melihat energi perisai pelindung yang menutupi arena pertarungan, wajah Pangeran Mazhab mengeluarkan seringai senyum. Ini berarti, Pangeran Mazhab bisa memberikan serangan dahsyatnya tanpa harus khawatir akan salah sasaran.Bintang menatap keara
Buuumm! Buuumm!Tapi betapa terkejutnya Bintang, saat tiba-tiba saja dua kilatan lidah petir lain telah menghantam punggungnya dari belakang.Buuumm! Buuumm!Kembali dua kilatan lidah petir menghantam dari arah depan.Buuumm! Buuumm!Dua kilatan lidah petir kembali menghantam dari arah belakang dan begitulah yang seterusnya terjadi. Rupanya Pangeran Mazhab terus mengerahkan jurus Badai Guruh Langit, petir bernyawanya kepada Bintang, tanpa memberikan sedikitpun kesempatan bagi Bintang untuk mengatasinya. Akibatnya, kini tubuh Bintang terlihat terombang ambing di hantam dua kilatan lidah petir dari arah depan dan belakang tanpa henti.Buuumm! Buuumm!"Huaghh!!"Darah kental hitam kemerahan tersembur keluar dari dalam mulut Bintang diantara hantam dua kilatan lidah petir ditubuhnya.Di ketinggian. Pangeran Mazhab terlihat tersenyum melihat serangannya dengan telak mengenai lawannya secara beruntun dan ini ber
Semua menanti dengan perasaan berdebar, siapa diantara keduanya yang akan bangkit dan memenangkan pertarungan ini. Beberapa saat lamanya, semua menahan nafas. Begitu tegang dengan keadaan di arena pertarungan.Dagh!Jantung mereka yang berada ditempat itu seakan mau putus, saat melihat jari jemari Pangeran Mazhab terlihat bergerak. Hampir saja mereka berteriak dan meloncat kegirangan melihat hal itu, tapi mereka tentu segan terhadap keberadaan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal di panggung kehormatan.Di tempatnya, sosok Pangeran Mazhab terlihat mulai bangkit dari terkaparnya. Wajahnya bersimbah darah yang kering. Begitu bangkit dari terkaparnya, Pangeran Mazhab tidak langsung berdiri, melainkan masih duduk menatap tajam kearah sosok lawannya yang masih terkapar ditempatnya.“Hidup Pangeran Mazhab!” tiba-tiba saja sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu.“Hidup ! Pangeran Mazhab!” kembali terdengar suara keras di ba
Tranggg...!Kedua senjata bertemu ditengah-tengah hingga menimbulkan pijaran bunga api yang berpijar. Raut wajah Pangeran Mazhab terlihat berubah, karena biasanya senjata lawan akan langsung musnah menjadi abu saat berbenturan dengan Petir Dewa miliknya. Tapi Pedang Raja Jin Pilar Bumi mampu menangkal serangannya. Dari terkejut, wajah Pangeran Mazhab kembali tersenyum saat menyadari kalau lawannya saat ini memang sangat pantas untuk dikalahkan. Maka ;“Hiyaatttt..!”Wutttt... wuttt... wuttt... wuttt...!Pangeran Mazhab mengibaskan Petir Dewa ditangannya secara cepat kearah tubuh lawannya.“Hiaaah...!”Bintangpun tak kalah.Tranggg...! Tranggg...! Tranggg...! Tranggg...!Kedua pendekar sakti ini bertarung dengan jurus-jurus tingkat tinggi. Gerakan-gerakannya sangat cepat, sulit diikuti mata biasa, sehingga yang terlihat hanya bayangan saja berkelebatan saling sambar. Dalam waktu singkat
“Hiaaah...!”Crasshh..!“Akhhh!” terdengar satu teriakan keras terdengar seiring dengan sosok keduanya saling bertemu dan saling melewati diri masing-masing. Semua terkejut, semua berdebar. Suara siapakah yang berteriak kesakitan itu. Saat ini sosok Bintang dan Pangeran Mazhab sudah sama-sama berhasil menjejakkan kaki ketanah dengan saling membelakangi.Semua orang yang merupakan bangsa jin, tampak memandang berkali-kali kearah Pangeran Mazhab dan Bintang, ke kiri dan ke kanan. Ke kanan dan ke kiri. Keduanya masih terlihat saling berdiri, terdiam ditempatnya. Hanya saja, bila pedang pilar bumi milik Bintang masih tergenggam ditangannya, Petir Dewa milik Pangeran Mazhab terlihat sudah tidak ada lagi ditangan Pangeran Mazhab. Tapi kemudian mata-mata orang yang ada disekeliling arena pertarungan membesar saat melihat Petir Dewa milik Pangeran Mazhab terlihat menembus dan tertanam di dada sebelah kiri Bintang dan tembus hing
Wusshh..!Sosok Raja Munaliq kini mengeluarkan kilatan petir dari sekujur tubuhnya, membuat semua yang melihatnya bergidik ngeri. Terlihat bagaimana kini wajah Raja Munaliq terangkat kejurusan Bintang berada. Kedua matanya yang telah dipenuhi oleh sinar putih berkilat-kilat petir tampak menatap tajam kearah Bintang. Tanpa menggerakkan pandangannya kearah Bintang, Raja Munaliq dengan sangat perlahan meletakkan jasad putra sulungnya itu kebawah, seolah-olah jasad Pangeran Mazhab itu seperti barang yang mudah pecah. Setelah meletakkan ke tanah lembut. Raja Munaliq kembali berdiri dengan tetap menatap tajam kearah Bintang.Rombongan Raja Munaliq tau, kalau saat ini sekujur tubuh Raja Munaliq telah dipenuhi aura pembunuh yang sangat dahsyat, kematian Pangeran Mazhab telah membuat Raja Munaliq gelap mata. Keinginannya saat ini hanya satu. Membalaskan kematian putra kesayangannya terhadap lawannya.Wusshh...!Sosok Raja Munaliq melesat bagaikan kilat yang menyam
Berjarak 2 tombak dihadapan Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal, Bintang menekuk kaki kanannya, sedang lutut kirinya menyentuh tanah dengan kedua telapak tangan yang menyatu didepan dada.“Terimalah salam hormat hamba, Tuanku maharaja” ucap Bintang menjura hormat. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal yang memang sudah memahami sifat Bintang yang tidak mau bersujud dihadapannya, kemudian hanya mengangkat telapak tangan kanannya menghadap kearah Bintang sebagai tanda menerima hormatnya.“Silahkan duduk, Hai! Manusia” terdengar Ifrit memberikan perintah kepada Bintang. Bintangpun segera mengambil sikap duduk bersila dihadapan sang maharaja. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal terus menatap Bintang dengan tatapan tajamnya, sang maharaja berusaha untuk melihat isi hati Bintang, tapi sejauh ini tidak ada yang mencurigakan baginya.“Bintang..!” terdengar suara berat dan penuh wibawa Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal. Ini pertama kalinya Maharaja Ji
Rasa cemas dan khawatir Ratu Dewi teralihkan saat melihat Ifrit sudah kembali mendekati Bintang dengan membawa Pedang Pilar Bumi ditangannya, lalu menyerahkannya kembali kepada Bintang.“Bintang. Selama berada di negeri jin, apa kau pernah mengenal atau mungkin bertemu dengan bangsa jin yang bernama Mustofa ?” tanya sang maharaja.“Mustofa, seingat saya. Selama saya berada di negeri jin ini. Saya belum pernah bertemu dengan bangsa jin bernama Mustofa, Tuanku Maharaja” jawab Bintang cepat tanpa ragu. Karena Bintang memang tidak berbohong. Selama berada di negeri Jin, Bintang memang belum pernah bertemu dengan Mustofa. Maharaja Jin Thathamghi Yam Yal yang terlihat berusaha menyelami hati Bintang untuk mencari kebenaran ucapan Bintang, tak menemukan kebohongan diucapan Bintang.“Jika memang begitu baiklah. Segeralah kau kembali ke kamar untuk beristirahat. Pangeran Syaywarod yang menjadi lawanmu besok akan cukup menyulitkanmu” ka