“Serrrrr”. sebelum tubuh Nyai Purbasari menghantam tanah, sebuah bayangan biru menyambarnya dengan cepat dan setelah bersalto beberapa kali diudara, sosok bayangan biru itu baru kembali turun ketanah dan kini terlihatlah sosok pemuda yang tak lain adalah Bintang, sementara itu sosok Nyai Purbasari telah berada dipondongan Bintang, Bintang segera menurunkannya dengan sangat hati-hati.
“Sebaiknya nyai cepat menyingkir dari tempat ini”. ucap Bintang lagi seraya berbalik ingin melangkah pergi.
“Tuan tung...!”. terlambat bagi Nyai Purbasari ingin mengucapkan terima kasih kepada tuan penolongnya, saat itu beberapa orang pengawalnya sudah terlihat menyuruhnya untuk segera meninggalkan tempat itu. Sebelum meninggalkan tempat itu, Nyai Purbasari terlihat masih sempat berpaling dan menatap kearah Bintang dan kemudian diapun melangkahkan kakinya meninggalkan tempat itu.
Tempat yang tadi begitu riuh dan ramai oleh para penonton, kini suda
“Huakkk.”. si Tapak Beracun langsung memuntahkan darah segar dari mulutnya saat bangkit dari jatuhnya. “Pulihkan luka dalammu Tapak Beracun, sekarang giliranku”.ucap si Jarum Iblis lagi maju beberapa tindak kedepan.Ditempatnya Dewi Mawar Merah terlihat menatap sosok lawan yang berdiri dihadapannya, sosok lelaki ini sangat berbeda dengan sosok si Tapak Beracun tadi, sosok yang sekarang terlihat lebih tenang, rambutnya yang panjang yang dibiarkannya terurai didepan wajahnya, memuat kedua mata lelaki ini tak terlihat, tapi dari sikapnya Dewi Mawar Merah yakin kalau laki-laki yang satu inipun tak bisa dianggap enteng.“Ayo Dewi Mawar Merah, kita selesaikan pertarungan ini..”. ucap lelaki itu lagi seraya mengembangkan kedua tangannya. Melihat hal itu Dewi Mawar Merahpun bersiap menyambutnya.“Jaga seranganku Dewi Mawar Merah...hiyatttt”. sosok si Jarum Iblis merengsek kedepan, baru beberapa langkah ; “Sett... set
Dewi Mawar Merah hanya bisa terpana menyaksikan serangan maut yang dilepaskan oleh si Jarum Iblis, saat serangan itu semakin dekat, Dewi Mawar Merah hanya mampu menutupi kedua matanya dengan kedua tangannya.“Serrrr...weeesss...desshhh..”. disaat-saat yang genting itu pula tiba - tiba saja Dewi Mawar Merah merasakan ada satu hembusan angin kencang yang datan dari arah sebelah kananya dan kejap berikutnya Dewi Mawar Merah dapat mendengar sebuah teriakan keras yang datang dari arah depannya, belum lagi hilang rasa terkejutnya, tiba-tiba saja Dewi Mawar Merah merasakan ada yang menyambar tubuhnya dan membawanya melesat dengan kecepatan tinggi, penasaran dengan apa yang terjadi, tapi Dewi Mawar Merah membuka kedua matanya dan betapa terkejutnya Dewi Mawar Merah saat menyadari kalau saat itu dirinya tengah berada dipondongan seorang pemuda berjubah biru yang beberapa waktu lalu juga pernah menolongnya.Apa yang terjadi ? disudut sana terlihat sosok si Jarum Ibli
“Baiklah nisanak, aku pergi dulu sebentar, nisanak disini saja dulu .”. ucap Bintang lagi seraya bangkit berdiri.“Ma...mau kemana ?”. ucap gadis ini cepat.“Aku akan mencari makan untuk kita berdua. Nisanak pasti sudah sangat lapar”. ucap Bintang tersenyum seraya berkelebat pergi, sepeninggalan Bintang, gadis ini termenung, walau mereka baru saja kenal, tapi pemuda itu begitu amat baik kepadanya bahkan sangat akrab sekali dengan dirinya seakan-akan mereka sudah kenal begitu lama.Sambil menunggu, gadis ini kembali mengenakan kerudung merahnya dan setelah itu dia mengambil sikap bersemedi untuk memulihkan tenaganya.Belum begitu lama gadis ini tenggelam dialam tapa bratanya, tiba-tiba saja pendengarannya yang tajam mendengar suara-suara mencurigakan yang datangnya dari arah depan, maka setika gadis ini dengan cepat membuka kedua matanya, tapi ; “Tuk”. sebuah totokan sudah mendarat ditubuhnya dengan telak dan
“Kami akan mempertimbangkan ucapanmu tadi kisanak, tapi kau harus memberitahukan dulu namamu pada kami”. ucap salah seorang diantara mereka lagi, ditempatnya Bintang terlihat berfikir sejenak, dan ;“Orang-orang persilatan menyebutku Ksatria Pengembara”. ucap Bintang akhirnya, tapi ucapan singkat itu justru membuat perubahan hebat diwajah kedua lelaki yang ada dihadapannya, bahkan raut wajah gadis berkerudung merah itupun ikut berubah.“Ternyata dia adalah pendekar yang terkenal itu”. batin gadis berkerudung merah ini lagi seraya menatap kearah sosok Bintang.“Baiklah pendekar, urusan ini tidak perlu kita lanjutkan lagi, tapi sebaiknya pendekar berhati-hati, ki Demang Wagata telah menyewa beberapa orang pendekar untuk menangkap gadis itu.”. ucap salah seorang dari kedua pendekar dari lembah lawu itu lagi.“Baik, terima kasih atas pemberitahuan kisanak berdua”. ucap Bintang lagi seraya menjura hor
Lembah Bunga adalah sebuah lembah yang sangat terasing dari kehidupan dunia luar, sehingga tak banyak orang yang mengetahui tentang keberadaan lembah ini. Lembah Bunga adalah nama yang dibuat sendiri oleh Dewi Mawar Merah yang juga guru Mawar yang kini setelah gurunya meninggal, nama itu kembali disandang oleh Mawar sebagai namanya didunia persilatan.Dulu saat pertama kali Dewi Mawar Merah tiba dilembah itu, keadaan dilembah itu begitu hancur lantak oleh buasnya kehidupan alam, tapi berkat ketekunan dan ketelatenan Dewi Mawar Merah dalam menanam, merawat dan memelihara bunga-bunga mawar, kini hampir disepanjang jalan menuju kelembah itu dipenuhi oleh bunga-bunga Mawar yang tumbuh disana sini, dari jauh sungguh terlihat indah keadaan dilembah itu. Kini setelah Dewi Mawar Merah tiada, Mawarlah yang bertugas untuk menjaga dan memelihara semua itu.Keadaan di Lembah Mawar memang sangat indah dan inipula yang dilihat oleh Bintang saat pertama kali menjejakkan kakinya dilem
Pagi itu di Lembah Bunga, sosok seorang gadis berparas cantik jelita tengah berdiri menghadap sebuah batu besar yang ada tepat beberapa langkah dihadapannya. Mata indahnya tampak menatap tajam kearah batu beasr yang ada dihadapannya. Sosok dara jelita itu tak lain adalah sosok Mawar alias Dewi Mawar Merah. Tak jauh dari sosok Mawar, terlihat sosok seorang pemuda tampan berjubah biru yang tak lain adalah Bintang yang saat itu berdiri tak jauh darinya.Sesaat Mawar terlihat mengalihkan pandangannya kearah Bintang, dimana Bintang saat itu terlihat mengangguk pasti. Mawarpun terlihat mengangguk. Perlahan terlihat kedua tangan Mawar mulai terangkat dan secara perlahan tapi pasti, kedua telapak tangan Mawar terlihat bertemu diatas kepalanya dan dari kedua telapak tangan Mawar yang bertemu itu terlihat seperti membentuk sekuntum bunga yang sedang mekar.“Zzeeegghhh...! Hebat! dalam beberapa hitungan nafas saja, tiba-tiba saja dari kedua telapak tangan Mawar yang membent
Malam itu hujan turun dengan lebatnya, guntur dan kilat saling silih berganti menggema, angin menderu kencang. Dikamarnya Mawar sediktipun tak kuasa untuk memejamkan kedua matanya, sesekali terlihat tubuh indahnya berguling-guling diperaduannya, dan sesaat terlihat kedua matanya terbuka.Sudah dicobanya untuk tidur, tapi Mawar benar-benar tak bisa melakukan hal itu, malam itu perasaan hatinya begitu gembira dan sangat bahagia sekali mengetahui kalau cintanya disambut oleh Bintang dan perasaan itu pula yang malam ini yang membuatnya tak bisa tidur. Masih terbayang jelas dibenak Mawar saat tadi Bintang mencium bibirnya, pengalaman pertama yang pernah dialaminya, pengalaman yang takkan pernah dilupakan seumur hidupnya, pengalaman yang begitu indah.Perlahan terlihat Mawar memejamkan matanya Mawar terlihat begitu menikmati lamunannya, entah kenapa lamunannya mulai berkembang jauh, dalam lamunannya, Mawar membayangkan tubuh Bintang yang pernah dilihatnya beberapa waktu yang
Sebuah lembah tampak begitu indah terpampang dikejauhan, disejauh mata memandang, disini sini terlihat bunga - bunga mawar tumbuh dimana-mana sehingga semakin menambah indahnya panorama lembah tersebut.Lembah Bunga, demikian nama lembah yang saat ini tengah bicarakan, sebuah lembah yang tidak pernah diperhitungkan keberadaannya oleh banyak orang, karena dulu lembah itu memang merupakan lembah mati, hingga setelah seorang tokoh wanita yang berasal dari kalangan dunia persilatan datang dan mendiami tempat itu, dengan ketelatenan dan kesabarannya, dia mampu mengubah lembah mati itu menjadi sebuah lembah yang sangat indah dan sedap dipandang mata.Setelah Dewi Mawar Merah tiada, kini muridnya yang bernama Mawar yang menjaga lembah itu, dan sebagaimana kita ketahui pada kisah sebelumnya (Asmara Sang Pendekar), Bintang rela harus menunda perjalanannya untuk kembali ke Bukit Bayangan demi menolong Mawar dan menemani Mawar untuk tinggal sementara di Lembah Bu
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu