SORE ITU diatas sebuah bukit, tampak sebuah kereta kuda yang berhenti diujung tebing, tak lama kemudian sosok wajah cantik jelita tampak menyeruak keluar dari dalam kereta, keduanya tampak mengenakan caping bambu dikepala mereka“Itu kadipaten grobongan gusti dan hutan disebelahnya merupakan perbatasan kadipaten grobongan dengan Blambang Sewu” ucap siwanita lagi.Sementara itu lelaki muda yang memang tak lain adalah Bintang tampak menatap keadaan diujung pandangannya, dari atas bukit itu memang terlihat semua pemandangan dengan lebih jelas. Sementara sosok wanita jelita yang mengeluarkan kepalanya dari dalam kereta kuda tak lain adalah Pudjasari.Tanpa menjawab ucapan Pudja, Bintang kembali mengarahkan kereta kudanya untuk menuruni bukit tersebut menuju ke kadipaten grobongan.Saat sore datang menjelang, kereta kuda yang ditumpangi Bintang dan Pudjasari tiba dipintu gerbang kadipaten grobongan.“Malam ini kita menginap disini Pudja” ucap Bintang pelan.“Baik gusti, Pudja tau dimana pe
Malam datang dan mulai semakin larut. Sementara itu dihutan yang ada diantara perbatasan perbatasan kadipaten grobongan dengan Blambang Sewu, terlihat sosok Bintang tengah duduk bermeditasi disebuah tempat yang cukup tersembunyi. Serrrr !! Serrrr !! Serrrr !! Enam bayangan melesat dihadapan Bintang, enam sosok yang tampak mengenakan pakaian serba hitam yang menutupi dari ujung kaki hingga ujung kepala, hanya kedua matanya saja yang terlihat, inilah yang disebut ninja oleh Pangeran Blambang Sewu. Ke-6 ninja tampak membuka kain penutup kepala hingga kini memperlihatkan wajah-wajah sangarnya. “Sawungpati” ucap Bintang tersenyum melihat kehadiran Sawungpati dan anak buahnya. “Gusti prabu” ucap Sawungpati lagi seraya menjura hormat diikuti oleh para anak buahnya. Dan memang bila dihadapan yang lain, Sawungpati dan saudara-saudaranya yang lain akan memanggil dan memperlakukan Bintang seperti layaknya seorang raja, tapi bila tidak ada orang lain, mereka akan memperlakukan Bintang seperti
PAGI menjelang siang. Bintang dan Pudja baru saja keluar dari kamar mandi, rupanya keduanya baru saja menikmati mandi berdua. Keluar dari kamar mandi, Pudja terlihat menggandeng mesra tangan Bintang. Sepertinya Pudja benar-benar sudah lengket kepada Bintang, hingga tak ingin lepas sedikit waktupun jauh dari Bintang.“Pudja, kita harus cepat menuju Blambang Sewu” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Pudja berubah.“Memang kenapa gusti, apa gusti prabu tidak suka lama-lama disini menemani Pudja?”“Tidak, bukan begitu Pudja, kakang mendapat kabar kalau ibumu akan dieksekusi 2 hari lagi” ucap Bintang lagi hingga lagi-lagi membuat wajah Pudja berubah.“Kalau begitu kita harus cepat gusti jarak Blambang Sewu masih jauh” ucap Pudja dengan wajah pucat.“Yah, kita memang harus cepat, nanti diperjalanan akan kakang sampaikan rencana yang akan kita jalankan” ucap Bintang lagi.“Baik gusti prabu” ucap Pudja lagi.Dengan cepat kedua-duanya bersiap-siap dan segera meninggalkan kamar yang men
Bintang mengajak Pudja masuk kedalam hutan yang menjadi perbatasan kadipaten grobongan dengan Blambang Sewu. Pudja sebenarnya heran kenapa mereka tidak menggunakan kereta kuda yang dibiarkan tertambat di penginapan Ki Tamar, padahal jarak menuju ke Blambang Sewu masih jauh. Akan semakin jauh bila harus ditempuh dengan berjalan kaki, sementara waktu mereka sangat singkat sekali untuk menyelamatkan ibu Pudja dari eksekusi yang akan dilakukan oleh Blambang Sewu. Sebenarnya ingin sekali Pudja menanyakan hal itu kepada Bintang, tapi Pudja tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya kepada Bintang.Disebuah tanah lapang, Bintang menghentikan langkahnya, Pudja ikut menghentikan langkah. Bintang tampak menatap kearah langit, Pudjapun ikut menatap kearah langit.Bintang kemudian menutup matanya.“Sembrani, datanglah aku membutuhkanmu”. terdengar suara pelan Bintang terdengar. Rupanya Bintang memanggil Sembrani, sikuda terbang dengan aji sutra batin miliknya. Pudja yang ada didekat Bintang
Pangeran Blambang Sewu tampak duduk disinggasananya dan mengangkat tangannya, semua orang yang ada ditempat itu bangkit dari tempatnya.“Apakah tugas yang kuberikan padamu sudah kau laksanakan Pudja?” tanya Pangeran Blambang Sewu lagi.“Ampun gusti, hamba gagal melaksanakan tugas dari gusti” ucap Pudja tak berani mengangkat wajahnya.“Kalau gagal, kenapa kau kembali kemari, hah!” bentak Pangeran Blambang Sewu lagi dengan menahan amarah.“Ampun gusti hamba datang kemari, karena ingin menggantikan ibu hamba untuk menjalani hukuman tolong lepaskan ibu hamba gusti tolong!” ucap Pudja memohon-mohon.“Huh! tangisanmu takkan mempan terhadapku Pudja prajurit ! tangkap dia dan masukkan ke penjara besok eksekusi dia bersama ibunya!” perintah Pangeran Blambang Sewu dengan tegas.Para prajuritpun langsung menangkap sosok Pudja dan pengawalnya tanpa perlawanan. Mereka langsung dibawa ke penjara bawah tanah, dimana menuju penjara bawah tersebut terlihat melalui sebuah lorong panjang yang sangat dij
Malam semakin larut.Tong !! Tong !! Tong !!Kerajaan Blambang Sewu yang semula sepi. Tiba-tiba saja dikejutkan dengan suara pentungan yang dipukul secara bertalu-talu, hingga membangunkan orang-orang yang tengah tertidur diistana Blambang Sewu. Pentungan terdengar berbunyi diberbagai tempat.Pangeran Blambang Sewu sendiri sampai terbangun dari tidurnya, Jonggrang yang ada dipelukannya juga ikut terbangun. Pangeran Blambang Sewu terlihat bangkit dari ranjangnya dan berjalan ke pintu.Tok tok tokBelum lagi sampai dipintu. Terdengar suara ketukan dipintu tersebut.KreakkkPangeran Blambang Sewu membuka pintu. Seorang senopati tampak langsung menjura hormat dihadapan Pangeran Blambang Sewu.“Ada apa?”“Pasukan bayangan membuat kekacauan, gusti” ucap senopati itu lagi.“Mereka langsung mengacau di 3 tempat berbeda gusti” sambung senopati lagi hingga membuat wajah Pangeran Blambang Sewu terkejut.“Ini taktik pengalihan gusti” tiba-tiba terdengar suara lembut dari belakang Pangeran Blamban
“Jangan takut, saat ini kita yang memegang kendali” tiba-tiba saja sebuah suara keras terdengar disusul dengan munculnya sesosok laki-laki bertubuh gemuk muncul ditempat itu.“Rakryan Tumenggung Subali” ucap Bintang mengenali sosok lelaki gemuk tersebut.“Kali ini kau akan mati ditempat ini, gusti prabu Bintang” ucap Rakryan Tumenggung Subali lagi.Bintang hanya tersenyum, lalu kemudian wajah Bintang berubah saat dibelakang Rakryan Tumenggung Subali tiba-tiba saja muncul 5 orang prajurit yang membawa senapan mesin yang sangat besar. Bintang pernah melihat senapan mesin besar itu, senapan mesin yang sekali tembak bisa memuntahkan ratusan pelurunya hanya dalam beberapa detik saja.“Sehebat apapun orangnya, menghadapi senapan mesin ini takkan bisa menang” ucap Rakryan Tumenggung Subali dengan tertawa bangga.Lalu Rakryan Tumenggung Subali segera mempersiapkan senapan mesinnya. Bintang sendiri tampak memperhatikan keadaan disekitarnya.“Siap!” Rakryan Tumenggung Subali segera bersiap meme
Blepp !!!Obor ditangannya menyala, dan ;“Aahhhh!” wajah Rakryan Tumenggung Subali langsung pucat saat tepat dihadapannya sudah berdiri Bintang yang menatapnya dengan angker. Begitu terkejut dan takutnya, sampai-sampai Rakryan Tumenggung Subali jatuh terduduk dan obor ditangannya terlepas.Tapp !!Tangan Bintang langsung menangkap obor itu sebelum jatuh ke lantai, tangan kiri memegang obor, tangan kanan Bintang terlihat menjentikkan jarinya kearah api obor ditangan kirinya.Set ! Set ! Set ! Set ! Set ! Set !Blepp ! Blepp ! Blepp ! Blepp ! Blepp !Dari jentikan jari Bintang, melesat api-api yang langsung menyambar semua obor-obor yang ada didinding hingga semua obor itu menyala secara bersamaan dalam waktu singkat.Kini tempat yang semula gelap remang-remang tersebut telah kembali menjadi terang benderang, dan wajah Rakryan Tumenggung Subali semakin pucat saat melihat ratusan orang prajurit Blambang Sewu yang sudah terkapar semuanya dimana-mana ditempat itu.“Rakryan Tumenggung Suba
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu