“Bersiaplah Iblis Kapak Merah, heaaa.......cringg.... cringgg”. bersamaan dengan hentakan keras yang keluar dari mulut Dewa Pedang Kembar, kedua pedang yang berada dipunggungnya tiba-tiba saja tercabut dan melesat keudara. “Hiyattt.....serrrrrrrr”. bersamaan dengan itu, sosok Dewa Pedang Kembar terlihat ikut melesat keatas dan dengan mantap menangkap kedua pedang kembarnya dan bersamaan dengan itu pula sosok Dewa Pedang Kembar langsung melesat kedepan, menyerang sosok Iblis Kapak Merah dengan serangan mematikannya.
Tubuh Dewa Pedang Kembar terlihat berputar laksana baling-baling hingga siapa saja yang diserang dengan serangan yang dinamakan oleh Dewa Pedang Kembar dengan serangan Pedang Kembar Menembus Badai takkan bisa menghindar apalagi untuk memapakinya. Karena serangan itu sungguh tak dapat dilihat lagi.
Dewa Pedang Kembar yang melihat Iblis Kapak Merah tidak melakukan gerakan apa-apa untuk mengatasi serangannya, justru semakin memperhebat serangannya hingga angi
Sementara itu kedua pedang kembar yang kini mengeluarkan cahaya berwarna putih itu kembali melesat kearah sosok Iblis Kapak Merah, tapi kali ini Iblis Kapak Merah sudah siap dengan senjata andalannya. “Hyyattttt........trangg....tranggg.....duarrr....duarrrr.....duarrrrr....”. beberapa ledakan besar terjadi saat Iblis Kapak Merah mengayunkan kapak besarnya untuk menangkis serangan kedua pedang kembar milik Dewa Pedang Kembar, dari ledakan besar itu terlihat sosok Iblis Kapak Merah hanya tergeser beberapa langkah kebelakang, tapi malang bagi sosok Dewa Pedang Kembar yang terlihat harus terlempar cukup jauh kebelakang. Bahkan kedua pedangnya yang tadi berbenturan dengan kapak besar milik Iblis Kapak Merah ikut terpental tak jauh dari dirinya. “Uhugggg”. lagi-lagi Dewa Pedang Kembar terlihat harus memuntahkan darah dari mulutnya. Kali ini luka dalam yang diderita oleh Dewa Pedang Kembar benar-benar sangat parah, ini terlihat jelas dari penderitaan diwajah Dewa Pedang Ke
“Kau harus melewati aku dulu untuk mengejar mereka”. ucap Bintang lagi tersenyum. Sejenak terlihat Si Jarum Beracun menatap sosok Bintang dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sementara itu Iblis Kapak Merah sendiripun tampak memperhatikan sosok Bintang. “Wajahnya begitu tenang sekali, seakan-akan dia tidak sedikitpun gentar dengan semua orang yang ada disini”. batin Iblis Kapak Merah lagi yang memperhatikan wajah Bintang yang memang terlihat begitu tenang, padahal saat itu ratusan orang pengikut Gerombolan Kapak Merah sudah mengepungnya dengan rapat, bahkan beberapa diantaranya sudah memegang busur panah yang siap digunakan. “Berani sekali menghalangiku anak muda, sudah bosan hidup rupanya”. ancam Si Jarum Beracun lagi. “He....he....he”. Si Jarum Beracun kaget saat tiba-tiba saja pemuda dihadapannya justru tertawa mendengar ancamannya tadi. “Bocah tengik, apa yang kau tertawakan ha....!!” “Aku hanya menertawakan ucapanmu tadi pak tua”. ucap Bi
Pagi baru saja datang menjelang, sinar kuning keemasan sudah terlihat memancar diufuk timur, tapi belum ada tanda-tanda akan munculnya sang mentari dipagi buta itu. Kabut masih terlihat tebal disana sini, embun pagipun masih terlihat segar diantara dedaunan pohon. Diantaranya lebatnya sebuah hutan, sesosok bayangan biru berkelebat cepat melewati jalan setapak dihutan tersebut, bila melihat sosok wajahnya, bayangan biru itu tak lain adalah Bintang adanya. Bintang menghentikan gerak lesatannya saat tiba didepan sebuah gubuk yang sudah terlihat begitu tua dan rapuh. “Kreaaakkk”. belum lagi Bintang ingin melangkah, pintu gubuk terlihat terbuka, dan ; “Suri”. ucap Bintang mengenali sosok gadis cantik yang baru saja muncul dari dalam pintu gubuk. “Kang Bintang”. ucap Suri dengan wajah ceria melihat kemunculan Bintang. “Dimana mereka Suri”. “Didalam kang, kang Arya dan kang Bayu sedang mencoba untuk menyembuhkan luka dalam pemuda itu”. ucap S
Lalu Arya dan Bayupun segera pergi meninggalkan gubuk itu untuk mencari makanan buat mereka. *** Matahari sudah mulai naik kepermukaan, sementara itu didalam gubuk tua yang terdapat ditepian sebuah hutan, dimana didalamnya Bintang, Suri dan Yudho berada saat ini. Wajah Suri terlihat cemas dan khawatir, hal ini disebabkan karena kepergian Arya dan Bayu untuk mencari makanan sudah cukup lama dan sampai sekarang belum juga kembali. “Mungkin sebaiknya kita cari mereka”. ucap Yudho lagi. Tapi sebelum semuanya beranjak bangkit dari tempatnya, tiba - tiba ; “Siapapun yang ada didalam pondok cepat keluar!!”. sebuah suara keras menggelegar terdengar dari luar gubuk, hal ini tentu saja sangat mengejutkan Suri dan Yudho sendiri, sementara Bintang tidak terlalu terkejut karena Bintang memang sudah dapat merasakan kalau gubuk tempat mereka bersembunyi itu sudah dikepung oleh puluhan orang. “Ayo kita keluar”. ucap Binta
Terlihat sosok Bintang dan keempat temannya yang lain digiring memasuki sebuah ruangan penjara bawah tanah dan Bintang cukup terkejut saat melihat ternyata ditempat itu ada belasan orang pula yang ikut ditahan dan Bintang dapat menduga kalau mereka adalah orang-orang persilatan karena hal ini dapat terlihat jelas dari pakaian yang mereka kenakan. Langkah mereka terhenti disebuah kerangkeng dan Bintang terkejut saat melihat sosok yang berada didalam kerangkeng tersebut, sosok seorang gadis yang selama ini memang tengah dicari-cari oleh Bintang, sosok gadis bertopeng perak yang terlihat tengah tenggelam dialam tapa bratanya. “Kreaakkkk”. suara kerangkeng yang terbuka, membuat kedua mata gadis bertopeng perak yang tak lain adalah Dewi Topeng Perak itu terbuka dan terlihat sosok Suri dijebloskan bersamanya, tapi yang menarik perhatian Dewi Topeng Perak adalah sesosok pemuda yang juga menjadi tahanan, sosok pemuda itu tentu tak lain adalah Bintang. Bintang hanya melempark
Sebelumnya semuanya memberi tanggapan, salah seorang teman mereka yang bertugas mengawasi didepan datang dengan tergopoh-gopoh. “Ada penjaga”. ucapnya lagi setengah berbisik, tapi hal ini dengan cepat membuat pertemuan itu bubar, semuanya kembali ketempatnya masing-masing dengan berbagai keadaan, ada yang pura-pura tidur, tapi ada juga yang tengah melakukan tapa brata, Bintang sendiri tampak langsung menyandarkan dirinya ketembok kerangkeng tersebut, Bintang mencoba untuk berpura-pura tidur. Dan benar saja tak beberapa lama kemudian seorang penjaga terlihat datang mendekati kerangkeng tempat dimana mereka berada dan sekali lagi benar saja, penjaga itu terlihat berhenti didepan kerangkeng mereka. “Bintang ! Bintang !!”. tapi sangat mengejutkan sekali karena tiba-tiba saja penjaga itu justru memanggil nama Bintang dengan setengah berbisik, hal ini dengan serta merta membuat wajah-wajah para pendekar yang didalam kerangkeng langsung terangkat dan menatap kearah
“Terima kasih Sawungpati, terima kasih.”. ucap Bintang “Seorang sahabat tak perlu mengucapkan hal itu Bintang” Sawungpati hanya tersenyum tipis. Bintang membalasnya pula dengan senyuman. “Eh....oh ya Sawungpati, jika semua begal ditanah jawa ini sudah datang berkumpul, apakah kau dapat mengira-ngira berapa kekuatan yang mereka miliki saat ini ?”. tanya Bayu lagi cepat saat melihat Sawungpati akan pergi meninggalkan tempat itu. “Kalau perhitunganku tidak salah, mungkin bisa mencapai 900 atau 1000an orang”. ucap Sawung lagi hingga kembali membuat perubahan diwajah-wajah para pendekar yang ada ditempat itu. Akhirnya Sawungpatipun segera meninggalkan tempat itu, sementara itu setelah kepergian Sawungpati, Bintangpun berbalik. “Kisanak-kisanak semua, sebaiknya kalian tetap berada disini sampai Sawungpati berhasil mendapatkan obat penawar untuk kalian”. ucap Bintang lagi. “La...lalu kau sendiri mau kemana Bintang ?” tanya Bayu lagi.
Sementara itu ke-8 penunggang kuda tersebut terus memacu kuda mereka dengan cepat seakan-akan mereka seperti dikejar setan, tapi begitu mereka keluar dari hutan tersebut, sosok yang berada paling depan tiba-tiba saja mengangkat satu tangannya seraya menghentikan langkah lari kudanya, ke-7 orang yang berada dibelakangnya ikut menghentikan lari kuda mereka. Dan salah satu dari ke-7 tersebut terlihat mendekati sosok yang berada paling depan. “Ada apa ketua ?”. terdengar suaranya menyebut sosok yang berada paling depan tersebut dengan sebutan ketua. “Kita beristirahat dulu sebentar ditempat ini, disana ada sebuah sungai kecil, secara bergantian suruh mereka memberi minum kuda mereka setelah itu kita lanjutkan kembali perjalanan kita..”. ucap sosok yang disebut ketua tersebut. “Baik ketua”. ucap sosok itu lagi seraya menjura hormat seraya kembali menuju keteman-temannya yang lain. Tak seberapa lama kemudian beberapa diantara mereka terlihat mengarahkan kuda
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu