JAWA DWIPA kembali gempar, baik dari kalangan pendekar maupun kalangan masyarakat awam. Ada 2 kabar berita yang saat ini berkembang dari mulut ke mulut dan berita ini pula yang membuat kegemparan di tanah Jawa. Berita pertama adalah berita kembalinya Ksatria Pengembara ke tanah Jawa dan ini merupakan kabar gembira bagi tokoh-tokoh golongan putih dan masyarakat awam yang sudah terlalu lama hidup dalam penindasan oleh pendekar-pendekar golongan hitam ataupun begal-begal yang sekarang sudah berani terang-terangan menampakkan diri mereka. Kabar kedua adalah tantangan yang disampaikan oleh Ksatria Pengembara kepada Malaikat Gila sebagai tokoh dedengkot golongan hitam saat ini. Dan kabar kedua ini sudah tersebar kemana-mana.
Para pendekar-pendekar golongan putih yang selama ini masih banyak bersembunyi atau tidak ingin berurusan dengan golongan hitam, mulai memunculkan dan menampakkan dirinya satu demi satu. Mereka berangkat menuju ke Bukit Bayangan untuk menyertai Ksatria
Di puncak Gunung Merapi, tepatnya disebuah bangunan tua yang cukup besar yang ada dipuncak Gunung Merapi, terlihat belasan orang yang berkeliaran lalu lalang masuk dan keluar bangunan tersebut. Di dalam bangunan tepatnya didalam sebuah aula yang cukup besar untuk menampung puluhan orang.Tapi walaupun begitu, terlihat hanya beberapa orang saja yang berada didalam aula tersebut. Diantaranya adalah Sosok seorang kakek yang mengenakan pakaian merah dan ikat pinggang hitam, tubuhnya yang kekar berisi menandakan kalau dirinya adalah seseorang yang memiliki kesaktian yang tinggi. Dikedua tangannya tampak sepasang gelang besi yang besar. Rambut dan jenggotnya terlihat sudah memutih semua. Dialah Malaikat Gila, tokoh antagonis nomor wahid di tanah Jawa saat ini.Disebelah kanan Malaikat Gila tampak pula duduk seorang wanita berparas cantik menggoda, mengenakan pakaian yang begitu rendah dibagian dada sehingga memperlihatkan belahan dadanya yang begitu membusu
Sementara itu di Bukit Bayangan.Di taman belakang rumah kediaman Bintang, tampak dua gunduk kuburan. Didepan kuburan tersebut terlihat sosok Bintang yang tengah tenggelam dialam zikirnya. Sesosok tubuh terlihat baru saja datang dan tetap diam melihat Bintang yang masih tenggelam di alam zikirnya. Sosok yang baru saja datang itu adalah Mahapatih Suryo Barata. Dua makam yang ada dihadapan Bintang adalah, makam kakek Baruna dan paman Randu. Entah sudah berapa lama Bintang berada ditempat itu.Sementara itu dilangit, tampak mulai mendung.Ggglaarrr !Sesekali terdengar dan terlihat kilat menyambar diiringi suara guntur yang mengema.Ggglaarrr !Ggglaarrr !!Dua guntur terdengar bersamaan, seiring dengan itu, kedua mata Bintang terbuka. Dan Bintang menolehkan pandangannya kearah sosok Mahapatih Suryo Barata yang memang sudah menunggunya sejak tadi.“Gusti prabu sudah tiba, Bintang” ucap Mahapatih Suryo Barata l
MALAM-MALAM berikutnya suasana di Bukit Bayangan masih dirundung duka. Kematian Gusti Prabu Jagat Kencana benar-benar telah memukul mental para prajurit-prajurit Setyo Kencana. Dan masa berkabung itu berlangsung selama 7 hari. Saat masa 7 hari lewat, Bintangpun mengadakan rapat dengan para petinggi istana Setyo Kencana.“Paman mahapatih.... coba ceritakan pada hamba, apa yang sebenarnya terjadi pada Setyo Kencana?” tanya Bintang kepada Mahapatih Suryo Barata.Mahapatih Suryo Barata sendiri dengan menarik panjang segera memulai ceritanya.“Kerajaan Blambang Sewu benar-benar memanfaatkan kekalahan pertempuran golongan putih dan hitam, dimana saat itu kerajaan Setyo Kencana juga mengerahkan 1.000 orang prajurit terlatih untuk ikut berperang menghadapi Malaikat Gila. Gusti prabu Wira Jagat Kencana yang saat itu tengah terluka parah dibawa kembali ke Setyo Kencana. Tak disangka beberapa hari kemudian, kerajaan Blambang Sewu menyerang dengan
Malam itu Bintang membagi sosoknya menjadi 9 orang untuk menemani ke-9 istrinya. Tapi kali ini kita akan ikuti sosok Bintang yang asli yang tengah menuju ke salah satu kamar. Kreaakkk! Rupanya pintu kamar tak terkunci saat Bintang membukanya. Didalamnya, seraut wajah cantik nan jelita tengah menantinya dengan senyum mengembang menyambutnya. “Kanda...” ucap sosok jelita itu terlihat mendekati Bintang yang baru saja masuk. “Kanda pasti sudah letih” ucapnya lembut seraya mulai melepaskan Pedang Bintang Angkasa dari punggung Bintang dan meletakkannya diatas meja. Bintang sendiri tampak mengambil Keris Kyai Guntur dari balik pinggang belakangnya dan ikut menyerahkannya kepada sicantik jelita yang tak lain adalah Putri Ahisma Raya. Malam itu, Ahisma Raya terlihat begitu cantik sekali, walaupun tidak mengenakan perhiasan, tapi Ahisma tetap merias dirinya, bukan hanya Ahisma Raya yang melakukan hal itu, berdandan atau merias diri sebelum tidur, semua istri Bintang melakukannya. Bukan saja
MALAM semakin larut, suasana di Bukit Bayangan masih terlihat seperti biasanya, beberapa prajurit tampak berjaga-jaga diberbagai tempat, sesekali terlihat ronda prajurit bersenjata lengkap. Bulan tampak bersinar redup malam itu, karena gerombolan awan hitam yang menutupi langit. Sekelompok kelelawar tampak terbang bergerombol diatas Bukit Bayangan.Hal ini sempat terlihat oleh seorang prajurit yang tengah berjaga.“Walah dalah, kau lihat gerombolan kelelawar itu Tarman!” ucap prajurit itu lagi kepada temannya sesama prajurit yang bernama Tarman yang ikut menatap kearah langit, melihat segerombolan kelelawar yang tengah melintas.“Kok bulu kuduknya jadi merinding ya Dulah” ucap prajurit Tarman lagi.“Iya ya, aku juga begitu”“Mencekam sekali rasanya malam ini”Kedua prajurit ini terus mengobrol dengan sesekali menatap kearah sekeliling mereka, wajah keduanya terlihat sudah puca
Weesshhh!Kali ini Corvus yang melesat dengan cepat kearah Sabina, ditangan kanannya tampak cahaya hitam muncul dan siap dihantamkan kearah Sabina.Plassshh!Tapi seperti Camazotz, Corvuspun kembali terpental dengan keras hingga harus tersungkur.“Huakkk!” Corvus terlihat langsung memuntahkan darah akibat luka dalam yang dideritanya.Camazotz dan Corvus terlihat saling pandang dan dengan berbarengan keduanya langsung melesat keluar untuk meninggalkan tempat itu. Tapi lesatan tubuh keduanya terhenti saat keduanya sangat terkejut begitu berada diluar, alam tiba-tiba saja berubah buram tanpa warna.“Apa yang terjadi Corvus?” tanya Camazotz lagi heran melihat keadaan disekelilingnya tanpa warna. Yang ditanya terlihat hanya mengangkat bahunya saja, pertanda Corvus juga tak tahu.“Datang tidak diundang, pergipun mau diam-diam” tiba-tiba saja terdengar sebuah suara menggema ditempat itu, hingga mengejutkan
“Jangan gentar Camazotz!” ucap Corvus tiba-tiba saja kembali berkelebat kearah Bintang.“Kkhaarrkkhhh!” tiba-tiba saja dari mulut Corvus terdengar suara khas burung gagak. Dan seketika itu pula sosok Corvus berubah menjadi puluhan gagak yang langsung menyerang kearah Bintang.Ditempatnya wajah Bintang terlihat berubah. Tapi tidak ada waktu untuk terkejut begitu lama bagi Bintang, karena serangan puluhan burung gagak sudah semakin dekat kearahnya. Bintang dengan cepat bergerak menghindar. Tapi rupanya burung-burung gagak tersebut terus saja bergerak mengikuti kemanapun Bintang bergerak.Wuusshhh!Dari arah berlawanan puluhan kelelawar tampak juga mengejar sosok Bintang, hal ini tentu saja kembali mengejutkan Bintang karena kedua lawannya bisa berubah seperti itu.Cukup lama terjadi kejar kejaran antara Bintang dan puluhan burung gagak dan kelelawar hingga sampai akhirnya Bintang menghentikan lesatan tubuhnya, Bintang kembali
Bintang menutup cakra petirnya dan melihat kearah sosok kelelawar yang telah menjelma menjadi Camazotz. Bintang mengerutkan keningnya melihat Camazotz yang rengkah kepalanya, darah langsung mengecer dari kapalanya yang hancur karena tadi terkena hantaman cakra petir ganda milik Bintang. Tapi walaupun kepalanya rengkah, Camazotz terlihat masih mencoba berdiri dengan tubuh goyang, bergoyang kesana kemari, seperti layaknya zombie. Dengan susah payah Camazotz akhirnya mampu berdiri, walaupun dengan kepala hancur, hampir terbelah menjadi dua. Dengan tangan gemetar Camazotz terlihat memegang kepalanya yang rengkah dan kembali dirapatkannya. Anehnya, keajaiban terjadi, kepala Camazotz yang retak terbelah langsung kembali menyatu sempurna, bahkan darah yang mengecer dikepalanya langsung sirna menguap tak berbekas.Bintang lalu mengalihkan pandangannya kearah gagak hitam raksasa jelmaan Corvus, terlihat gagak raksasa telah berubah kembali menjadi sosok Corvus yang ma
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu