HARI yang ditunggu dan dinantipun tiba. Hari dimana Bintang akan melangsungkan pernikahan. Bukan hanya menikah dengan Sabina, tapi juga Bintang menikahi Gwang Oamsinn dan Babby Cherry, karena Bintang memang belum menikahi keduanya. Hingga pada hari berbahagia ini, Bintang langsung menikahi ketiganya. Tiga wanita yang kecantikannya bagaikan bidadari yang membuat iri semua yang menyaksikan pernikahan tersebut. Di hari yang berbahagia itu, ketiganya tampak berdandan sangat cantik sekali, kecantikan Gwang dan Babby cukup memukau bagi siapa saja yang melihatnya, hanya sosok Sabina yang tetap tak menampakkan wajahnya dibalik hijab indah yang kini dikenakannya.
Sosoknya yang terbilang tinggi dengan tubuh proposional, membuat banyak kaum adam yang sangat penasaran dengan wajah yang dimiliki oleh Sabina, karena memang dibawah didikan ayahnya, Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim, Sabina tumbuh menjadi seorang gadis yang sholehah, haram baginya bila harus menampakkan wajahnya didepan orang
Sabina hanya diam, pasrah saat Bintang mulai melepaskan hijab dibagian kepalanya, hingga rambut panjang terurai hitam indah miliknya Sabina yang sebatas pinggang terlihat, diujung kepalanya tampak diikat bagaikan ekor kuda. Kedua mata Bintang membesar melihat hal itu, walau belum melihat seutuhnya wajah dibalik cadar yang dikenakan oleh Sabina, tapi dengan rambut tergerai indah seperti itu, sosok Sabina benar-benar begitu anggun jelita dalam pandangan Bintang dan Bintang semakin penasaran untuk melihat lebih jelas.“Bolehkah aku membuka cadarmu“ ucap Bintang pelan dan bergetar. Sabina tetap diam, hal ini membuat Bintang ragu untuk melepaskan cadar diwajah Sabina.“Tuan adalah suamiku, apapun yang ingin tu...” tiba-tiba Sabina mengeluarkan ucapan, tapi ucapannya terhenti saat Bintang memotong ucapannya.“Jangan panggil aku dengan sebutan tuan, bukankah sekarang kita sudah sah menjadi suami istri. Mulai sekarang panggil aku kanda, dan
Dari kamar Sabina, kita melompat ke kamar pengantin berikutnya, kamar Babby Cherry. Bintang tampak terpaku ketika Babby mulai melepaskan pakaiannya sendiri tepat didepan mata Bintang. Walau Bintang sudah sering bercumbu dan bercinta dengan Babby Cherry, tapi kemolekan dan kecantikan Babby benar-benar membuat Bintang tak pernah bosan bercumbu dengannya. Maka setelah Babby melolosi sendiri seluruh pakaian yang dikenakannya, langsung Bintang tubruk tubuh indah Babby yang menantangnya dalam dalam posisi menelentang diatas peraduan. Sementara itu dikamar pengantin Gwang. Bintang dan Gwang terlihat saling berpandangan dan serentak keduanya berciuman. Begitu hangat sampai-sampai Gwang mengeluarkan suara ; “mphh.. mphh..”, sambil Gwang bergerak menuju ke pangkuan Bintang. Tangannya merangkul di leher Bintang sambil lidah keduanya saling bermain di mulut masing-masing dan bertukar air liur. Ciuman Bintang turun ke leher Gwang yang putih mulus, membuat Gwang menutup matanya sambil mengerang
Dengan menggunakan Sembrani, bersama Sabina. Bintang memacu kudanya menuju Lembah Obat. Jarak lembah cukup jauh, saat malam datang menjelang, Bintang dan Sabina sudah tiba di Lembah Obat. Tempat kediaman salah satu guru Bintang. Peramal 5 Benua. Sabina sendiri tampak duduk dipelana belakang dengan memeluk pinggang Bintang.“Apa kita sudah sampai, kanda?” tanya Sabina yang merasakan Bintang menghentikan lari kudanya.“Benar dinda. Kita sudah sampai” ucap Bintang lagi. Bintang melompat turun dan membantu Sabina untuk turun dari pelana kudanya.Dengan berjalan, Bintang dan Sabina menaiki Lembah Obat dan tiba disebuah gubuk tua yang ada dipuncak Lembah Obat, sebuah pintu gerbang yang tidak terlalu besar tampak menghadang langkah Bintang dan Sabina. Sudah lama sekali Bintang tidak datang ke Lembah Obat, begitu banyak perubahan ditempat itu.“Guru..!” Bintang berteriak cuk
LEMBAH OBAT. Malam terlihat begitu sunyi, hanya suara binatang-binatang malam yang sesekali terdengar, sebuah bangunan tua tampak berdiri dipuncak Lembah Obat, keadaan sangat tidak terawat sekali, berbagai macam tanaman tampak tumbuh liar merambat dari satu tempat ketempat yang lain, bahkan dinding-dingin bangunan tua itu tampak dipenuhi oleh tumbuh-tumbuhan yang merambat. Beberapa nyala penerangan terlihat diberbagai sudut bangunan tersebut yang berasal dari terang api obor.Dari dalam bangunan tua itu, sayup-sayup terdengar lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an yang begitu indah terdengar, suara yang berasal dari seorang wanita berhijab panjang yang tampak dengan khusus’ membaca ayat-ayat suci Al-Qur’an, tapi tidak terlihat kitab ditangannya. Sosok itu adalah Sabina adanya, Sabina memang sudah hafal Al-Qur’an sejak berumur 9 tahun. Hal ini tentunya karena bimbingan ayahnya, Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim.Tak jauh dari Sabina yang tengah khusu&rs
“Siapa saja tokoh aliran putih yang tewas Satria? Apakah guru...” ucap Bintang berhenti, maksud guru disini adalah Peramal 5 Benua tentunya, karena Bintang tidak melihat gurunya tersebut saat ini.“Guru tidak apa-apa kang, yang tewas banyak. Selain kakek dan paman Randu. Juga sesepuh Raja Cebol dan sesepuh Raja Jangkung” ucap Satria lagi hingga membuat wajah Bintang berubah, Bintang teringat akan kedua sesepuh aliran putih yang berbeda bentuk ukuran tubuh itu. Tak disangka kalau keduanya sudah tewas.“Yang paling memukul golongan putih adalah kematian Datuk Langit ditangan Malaikat Gila” ucap Satria lagi, kali ini wajah Bintang berubah.“Datuk Langit..” ulang Bintang lagi dengan suara bergetar.“Sebaiknya kakang segera kembali ke Bukit Bayangan, kehadiran kakang akan memberikan dorongan semangat untuk para pendekar yang saat ini benar-benar membutuhkannya untuk mempertahankan dan membela kebenaran dari
Wajah tumenggung terlihat langsung berubah mendengar hal itu. “Maaf.. siapa nona-nona ini semuanya?” tanya tumenggung yang satunya lagi dengan sedikit ramah.“Aku Roro... istri Ksatria Pengembara dan juga cucu eyang Mandalaksana” ucap Roro dengan lantang kembali.Wajah kedua tumenggung ini mendadak pucat mendengar apa yang diucapkan Roro.“Apa kau percaya dengan ucapannya Ranggalawu?” tanya tumenggung yang satunya lagi setengah berbisik.“Aku juga tidak tahu, kalau benar cucu eyang Mandalaksana. Kita bisa mati ini..” ucap Tumenggung Ranggalawu lagi.“Sebaiknya kau cepat kembali ke pos 1 Sahdewa, laporkan mengenai hal ini kepada mahapatih Suryo Barata” ucap Tumenggung Ranggalawu lagi.“Baik..“ ucap tumenggung Sahdewa lagi seraya berkelebat dengan cepat pergi meninggalkan tempat itu.“Sekali lagi mohon maaf nona.. Situasi dalam keadaan perang, jadi setiap oran
Dengan bantuan dan bimbingan dari Bintang, Sabina kini tampak duduk disalah bebatuan dan menjulurkan kedua kakinya kedalam air yang berair jernih dan sejuk. Terlihatlah sepasang kaki yang begitu putih dan mulus milik Sabina yang memang sangat jarang terbuka. Dengan bahagia, Sabina tampak menggunakan kedua kakinya untuk bermain air. Bintang sendiri tampak duduk disebelahnya.Bintang tersenyum melihat kebahagiaan dan kegembiraan Sabina.“Terima kasih ya kanda” ucap Sabina tiba-tiba langsung merangkul kedua lengan Bintang.“Terima kasih untuk apa dinda?”“Untuk semuanya..” ucap Sabina tersenyum dari balik cadar yang dikenakannya.“Dinda senang, kanda mau menemani dinda sampai saat ini. Padahal sebenarnya kanda sudah sangat ingin kembali ke Bukit Bayangan. Terima kasih ya kanda. Terima kasih untuk semuanya..” ucap Sabina lagi seraya memeluk Bintang.“Berterima kasihlah kepada Allah dinda. Sem
Perlahan Bintang mulai melepaskan hijab dibagian kepala yang menutupi kepala Sabina, tapi cadar yang menutupi setengah wajahnya, tetap dibiarkan. Dan dengan hati-hati dan pelan-pelan, Bintang mulai membuka ikatan mata yang menutupi kedua mata Sabina, diputar berkali-kali hingga sampai putaran terakhir, dan terlihat Sabina masih memejamkan kedua matanya.“Ayo dinda” ucap Bintang mengajak Sabina untuk turun kebawah, merendamkan setengah tubuhnya bersama Bintang. Dengan berpegangan pada Bintang, kini Sabina sudah berdiri didalam air yang ketinggian mencapai dadanya.“Dinda sudah siap?”“Sudah kanda”“Begitu dinda membuka mata, pandang matahari yang ada dihadapan dinda, lalu segera celupkan wajah dinda kedalam air ya” ucap Bintang lagi, dan Sabina mengangguk mantap.“Sekarang dinda!” ucap Bintang lagi, dan Sabina dengan cepat membuka kedua matanya, seketika sinar matahari langsung masuk kedala
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu