Dengan bantuan dan bimbingan dari Bintang, Sabina kini tampak duduk disalah bebatuan dan menjulurkan kedua kakinya kedalam air yang berair jernih dan sejuk. Terlihatlah sepasang kaki yang begitu putih dan mulus milik Sabina yang memang sangat jarang terbuka. Dengan bahagia, Sabina tampak menggunakan kedua kakinya untuk bermain air. Bintang sendiri tampak duduk disebelahnya.
Bintang tersenyum melihat kebahagiaan dan kegembiraan Sabina.
“Terima kasih ya kanda” ucap Sabina tiba-tiba langsung merangkul kedua lengan Bintang.
“Terima kasih untuk apa dinda?”
“Untuk semuanya..” ucap Sabina tersenyum dari balik cadar yang dikenakannya.
“Dinda senang, kanda mau menemani dinda sampai saat ini. Padahal sebenarnya kanda sudah sangat ingin kembali ke Bukit Bayangan. Terima kasih ya kanda. Terima kasih untuk semuanya..” ucap Sabina lagi seraya memeluk Bintang.
“Berterima kasihlah kepada Allah dinda. Sem
Perlahan Bintang mulai melepaskan hijab dibagian kepala yang menutupi kepala Sabina, tapi cadar yang menutupi setengah wajahnya, tetap dibiarkan. Dan dengan hati-hati dan pelan-pelan, Bintang mulai membuka ikatan mata yang menutupi kedua mata Sabina, diputar berkali-kali hingga sampai putaran terakhir, dan terlihat Sabina masih memejamkan kedua matanya.“Ayo dinda” ucap Bintang mengajak Sabina untuk turun kebawah, merendamkan setengah tubuhnya bersama Bintang. Dengan berpegangan pada Bintang, kini Sabina sudah berdiri didalam air yang ketinggian mencapai dadanya.“Dinda sudah siap?”“Sudah kanda”“Begitu dinda membuka mata, pandang matahari yang ada dihadapan dinda, lalu segera celupkan wajah dinda kedalam air ya” ucap Bintang lagi, dan Sabina mengangguk mantap.“Sekarang dinda!” ucap Bintang lagi, dan Sabina dengan cepat membuka kedua matanya, seketika sinar matahari langsung masuk kedala
Dulu sewaktu masih menuntut ilmu dengan Peramal 5 Benua, Bintang sering dilatih atau berlatih sendiri dibawah derasnya guyuran air terjun yang ada di Lembah Obat itu, dan tak jauh dari Lembah Obat terdapat sebuah gubuk tua yang dulu sering Bintang gunakan untuk tidur sendiri setelah lelah berlatih. Dan gubuk tua itulah yang kini telah disulap oleh Bintang dengan indahnya. Malam itu Bintang mengajak Sabina ke gubuk tua itu untuk menikmati bulan madu malam pengantin mereka yang tertunda.Sabina sendiri merasakan jantungnya berdetak dengan kencang saat Bintang membawanya menuju ke gubuk tersebut. Sebagai seorang gadis yang masih sangat awam dalam hubungan lelaki dan perempuan, tentu saja Sabina merasakan tubuhnya gemetaran, tapi berusaha ditahan sekuat tenaganya agar tidak mengecewakan Bintang.Kreaakkk !Pintu gubuk terbuka dan terlihatlah isi dalam gubuk tersebut yang ternyata hanya ada sebuah peraduan, kedua mata Sabina terlihat membesar saat melihat isi didalam
“Aaahhhh” Sabina hanya mendesah saat tiba-tiba saja kedua tangan Bintang sudah menarik tubuhnya dan memeluk pinggangnya dengan kuat. Tapi Sabina tak marah, dan justru mengangkat kedua tangannya dan melingkarkannya keleher Bintang dan menekannya, kini Sabina sedikit lebih berani memberikan balasan lumatan yang hangat dan kuat kebibir Bintang, hingga Bintang semakin bersemangat memberikan balasan lumatan itu. Keduanya terlihat saling melumat dan saling memeluk dengan mesra. Bibir Bintang mulai bergerak nakal turun kebawah, leher jenjang putih dan mulus milik Sabina kini menjadi sasaran Bintang. Tangan Bintangpun mulai bergerak tak kalah nakal. Dari pinggang turun kebawah, Bintang memegang paha Sabina yang masih sebagian tertutup pakaian. Bintang remas sedikit paha itu. Suara “Eihh” keluar dari mulut Sabina, malu karena sentuhan Bintang. Tangan Bintang lantas nyelip ke bawah pakaian Sabina! Kulit tangan Bintang bersentuhan dengan kulit paha Sabina, dan Sabina makin deg-degan. Bintang te
Memang, Sabina merasa seperti mau pipis… “Haduh bagaimana ini, masa pipis di depan kanda?” batin Sabina menjadi malu sendiri. Sementara Jari-jari Bintang terus main di gerbang sorgawinya dan gak tahu kenapa, Sabina malah ngangkat-ngangkat bagian bawahnyanya! “Uuuuaaahhh… iyaaA!!” Bobol-lah pertahanan Sabina akhirnya, dan terdengar bunyi “Criiit” dari gerbang sorgawinya yang memuncratkan sesuatu. Aduhhh… malunya. Sabina merasa seperti barusan pipis di ranjang. (Belakangan Sabina tahu itu bukan pipis). Tapi… kok rasanya enak dan nikmat sekali, sampai ada yang keluar dari tubuhnya sesudah area terlarang dan gerbang sorgawinya dimain-mainkan Bintang? Sampai Sabina mengangkat pinggulnya ? “Itu buat permulaannya dinda sayang” Dan tahu-tahu saja, Bintang sudah membuka celananya, dan menempelkan… menempelkan… pilar pusakanya di belahan gerbang sorgawinya ! “Aduh, kanda…! Itu… Kok ditempel-tempel?!” kata Sabina lagi. Memang Sabina belum tahu banyak mengenai organ tubuh laki-laki. Sabi
Sabina terkapar diatas tubuh Bintang, nafasnya memburu dahsyat. Untuk beberapa saat Bintang mendiamkan kejadian ini sampai akhirnya pilar pusakanya mengecil dengan sendirinya di dalam liang surganya yang telah memberikan kenikmatan yang tak bisa Bintang ungkapkan.Malam terus berjalan larut, sebentar lagi subuh datang menjelang, sementara Sabina sudah tampak menjatuhkan kepalanya didada Bintang, selimut tampak sudah menutupi tubuh bugil keduanya. Walaupun matanya terpejam, tapi sesungguhnya Sabina telah terbangun dari tidurnya, Sabina masih terbayang kejadian malam tadi bersama Bintang.“Sudah bangun dinda?” tiba-tiba terdengar suara lembut Bintang, Sabina membuka kedua matanya, mengangkat kepalanya menatap kearah Bintang. Dengan tersenyum Bintang mengangkat tangannya dan membelai lembut wajah Sabina yang begitu imut layaknya boneka berbie itu.Padahal meski jelas-jelas kelihatan baru saja bangun tidur, namun raut wajah Sabina benar-benar membuat jan
Bintang menyambut uluran tangan Sabina dengan tersenyum dan kini kedua-duanya sudah sailng berdiri berhadapan. Tubuh Bintang memang sedikit lebih rendah dibanding Sabina yang tinggi, tapi tubuh Bintang yang kekar berisi membuat perbedaan tinggi itu tidak begitu kontras. “Aouwww” Sabina tiba-tiba saja menjerit, saat Bintang tiba-tiba saja mengangkat tubuh bugilnya kedalam pondongannya, dengan tersenyum Sabina tampak melingkarkan kedua tangannya dileher Bintang dan merebahkan kepalanya dipelukan Bintang. Dengan saling tersenyum dan bertatapan mesra, Bintang membopong tubuh bugil indah Sabina kedalam kamar mandi. Di kamar mandi, tubuh bugil keduanya tampak dengan jelas, mata Bintang tampak bersinar-sinar memandangi tubuh bugil Sabina yang indah, seakan-akan Bintang ingin menelan habis diri Sabina dalam tatapannya. Bintang kemudian bercerita tentang keluarganya, istri-istrinya, agar kelak Sabina bisa mengenalnya sebelum akhirnya bertemu. Tak lama keduanya sudah keluar dari kamar mandi
“Oh ya, perkenalkan ini istriku, Sabina...” ucap Bintang memperkenalkan Sabina yang baru saja selesai meletakkan cangkir-cangkir minuman dihadapan tamu-tamunya.Sabina sendiri tampak langsung mengatupkan kedua tangannya didepan dada sebagai penghormatan, ke-4 sahabat Bintang langsung membalas juraan hormat itu dengan cepat. Sabina kemudian mohon pamit untuk meninggalkan tempat itu.“Itu.. istrimu lagi, Bintang?” tanya Arya seakan tak percaya setelah Sabina menghilang dari pandangan mereka. Bintang hanya tersenyum.Sawungpati tiba-tiba saja menggerakkan jari-jarinya seperti orang yang tengah berhitung. “Sepuluh...” ucap Sawungpati tiba-tiba dengan wajah berubah. Disambut tawa oleh yang lain yang mengerti maksud kata-kata Sawungpati dengan angka sepuluh. Apa itu ? Tentu saja jumlah Istri Bintang.“Jadi apa rencanamu sekarang Bintang?” tanya Yudho akhirnya.“Sebenarnya aku ingin langsung menjambang
Iblis Tengkorak sendiri tampak berdiri mematung, tenggorokannya terasa tercekat, tubuhnya terasa kaku. Sementara itu Bintang tampak turun dari pelana kudanya dan berjalan mendekati sosok Iblis Tengkorak yang masih berdiri mematung ditempatnya.“Sampaikan pesanku untuk Malaikat Gila. aku menantangnya, kapanpun dan dimanapun!” ucap Bintang dengan tegas. Lalu Bintang kembali berbalik berjalan menuju kudanya kembali.“Malaikat Gila adalah pendekar terkuat saat ini di Tanah Jawa, kau takkan bisa mengalahkannya Ksatria Pengembara!” teriak Iblis Tengkorak lagi dengan suara bergetar, tapi sudah cukup membuat Bintang menghentikan langkahnya.“Dulu aku pernah mengalahkannya“ ucap Bintang lagi tanpa menoleh, tapi sudah cukup membuat wajah Iblis Tengkorak berubah. Bintang tampak kembali naik keatas punggung kudanya.“Sampaikan saja tantanganku pada Malaikat Gila Iblis Tengkorak, atau jika tidak, aku yang akan datang mengobrak
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu