Sementara itu disuatu tempat yang cukup jauh dari Bukit Batu Bulan. Sebuah bangunan besar yang dikelilingi oleh pagar tinggi disekelilingnya, sebuah papan nama terlihat terpampang diatas pintu gerbang.
~~ AS-SIDDIQ ~~
Rupanya bangunan itu adalah pondok pesantren As-Siddiq milik Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi. Untuk mengetahui tentang Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi, baca chapter 35-36.
Malam masih larut, sementara didalam sebuah bangunan masjid yang ada disekitar wilayah pondok, tampak seorang laki-laki yang sudah tua, tapi masih terlihat gagah dan penuh wibawa. Wajahnya yang bersih terlihat dihiasi oleh janggut dan jambang yang memenuhi sekujur wajahnya. Walaupun hampir separuh rambutnya telah beruban, tapi sosok lelaki tua ini masih terlihat begitu gagah, kharisma dirinya terlihat jelas dari pakaian yang dikenakannya, mengenakan pakaian putih dan sorban putih dikepalanya, bahkan ditangannyapun terlihat tasbih berwarna putih yang te
MALAM berikut di Bukit Batu Bulan. Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Bintang ditemani kembali oleh Mahlagha. Setelah memacu birahi semalaman, Bintang dan Mahlagha terkapar lemas saling peluk satu sama lain dengan tubuh polos. Mahlahga yang tertidur lelap, namun raut wajahnya benar-benar membuat jantung setiap pria berdegup keras. Wajahnya demikian cantik dan memancarkan pesona luar biasa. Kalau saja keberadaannya tidak ditemani Bintang, mungkin orang akan mengira dia seorang bidadari yang tengah tertidur dengan ditutupi oleh selimut yang juga berwarna putih. Tubuh Bintang tampak tergoncang-goncang, keringat dingin tampak keluar dari wajah dan tubuh Bintang. Bahkan wajah Bintang terlihat semakin memucat. Goncangan tubuh Bintang yang kuat membuat Mahlagha yang ada dipelukannya akhirnya terbangun. Mahlagha tentu saja terkejut melihat keadaan Bintang. “Ketua!” Mahlagha mencoba membangunkan Bintang dan mimpi buruknya, tapi Bintang masih belum terbangun. “Ketua..!” Mahlagha menco
Malam itu. Seperti biasa, Bintang kembali kekamarnya setelah selesai latihan bersama para dewa pelindung. Bintang berdiri tepat didepan pintu kamarnya. Bintang dapat merasakan ada seseorang yang ada didalam kamarnya, dari desahan nafasnya Bintang meyakini kalau sosok yang berada didalam kamarnya adalah Venus. Baru saja tangan Bintang terulur untuk membuka pintu kamarnya, tiba-tiba saja sekelebatan bayangan hijau berkelebat melintas dari sebelah kanan Bintang, Bintang yang penasaran segera berkelebat mengejar sosok bayangan hijau tersebut. Bayangan hijau itu tampak masuk kedalam sebuah kamar, Bintang sendiri kini sudah berada didepan pintu kamar yang merenggang terbuka itu. Setelah menatap kesana kemari dan memastikan tidak ada orang ditempat itu, Bintang segera melangkah masuk. Gelap! Hanya kegelapan yang ada didalam kamar tersebut. “Tutup dan kunci pintu kamarnya ketua” terdengar suara lembut dari dalam kamar tersebut. Bintang segera menutup dan mengunci pintu kamar dari dalam.
SUBUH-SUBUH terlihat Bintang keluar dari kamar Demiros, sesaat terlihat kedua mata Bintang terlihat menghitam seluruhnya dengan seringai senyum angker diwajahnya, lalu kembali seperti biasa. Langkah Bintang tampak menuju kekamar yang tak jauh dari kamar Demiros, bukan kamarnya. Di depan pintu kamar itu Bintang terlihat berhenti, dan ,Tok...tok...tok...Bintang mengetuk pelan pintu kamar itu seakan tak ingin didengar oleh orang lain. Tak ada tanda-tanda dari dalam akan dibuka.Tok...tok...tok...Kembali Bintang mengetuk pintu.Kali ini terdengar suara langkah-langkah halus dari dalam kamar, dan ,Kreaakkk....Pintu kamar terbuka, seraut wajah muncul.“Ketua..!” ucap sosok dari balik pintu terkejut melihat sosok Bintang yang berdiri didepan pintu kamarnya, tanpa mengenakan pakaian atas hingga memperlihatkan dada Bintang yang bidang dan perut sixpack Bintang.Bintang
MALAM itu di kamar Abigail, terlihat Abigail tengah merias dirinya dengan kecantikan yang maksimal, berkali-kali Abigail mengagumi kecantikan sendiri didepan kaca besar yang ada dihadapannya. Sesekali dengan bibir tersenyum, Abigail tampak mengalihkan pandangannya keatas peraduan dimana tampak sesosok tubuh tengah tertidur.Sosok itu tak lain adalah Bintang, sejak dari pagi sampai malam Bintang tertidur, walau seharusnya ini menjadi sesuatu kekhawatiran, tapi tidak bagi Abigail sendiri yang baginya merupakan hal yang biasa saja. Desah nafas Bintang yang teratur dalam tidurnyalah yang membuat Abigail tidak khawatir walaupun Bintang belum bangun-bangun sejak pagi tadi. Mungkin dalam pikiran Abigail, Bintang lelah setelah bercumbu dengan dirinya dan Demiros tadi malam hingga pagi.Abigail tampak bangkit berdiri dan menatap sosok sempurnanya didepan cermin besar yang ada dihadapannya, dengan bibir tersenyum, berkali-kali Abigail tampak memutar-mutar tubuhnya didepan cermin
Kegilaan Bintang semakin menjadi, malam berikutnya giliran 2 murid Dewa Uranus yang tersisa yang menjadi korban Bintang dan yang lebih gilanya lagi, Bintang meminta Oltznagel dan Natalie langsung melayaninya berdua.-o0o-KEGILAAN TERUS TERJADI. Bahkan kejadian ini berlangsung selama berminggu-minggu lamanya. dimana ke-4 istri Bintang telah selesai menjalani latihannya, setiap malam Bintang langsung menggarap ke-4nya dengan penuh nafsu dan kerinduan. Dan hal itu berlangsung setiap malam dan tanpa sepengetahuan istri-istrinya, Bintang juga menggarap sosok-sosok indah selain istri-istrinya. Venus, Mahlagha dan ke-4 murid Dewa Uranus yang juga menjadi korban keganasan Bintang setiap malam.Perubahan sikap Bintang yang berburu nafsu disetiap malamnya sebenarnya cukup memancing keheranan bagi 4 Dewa Penjaga Gerbang dan dewa-dewa pelindung yang lain, tapi tak ada yang bisa mereka lakukan kecuali hanya membiarkan saja hal itu terjadi.
PONDOK pesantren As-Siddiq terlihat ramai seperti biasanya, berbagai aktifitas para santri tampak dilakukan seperti biasanya, ada yang sibuk mengaji, menghafal Al-qur’an, ada yang sholat dimasjid, juga beberapa diantaranya ada juga yang tengah berlatih ilmu kanuragan. Sementara itu dipintu gerbang ponpes tampak beberapa orang santri yang berjaga-jaga.Santri-santri yang menjaga pintu gerbang tampak dikejutkan saat dikejauhan terlihat serombongan orang tengah menuju kearah mereka. Rombongan yang terdiri dari sebuah kereta kuda yang sangat indah bentuknya, juga 2 orang pengawal didepan dan dua orang pengawal dibelakang kereta kuda tersebut.“Cepat beritahukan kak Hamzah” ucap salah seorang santri. Santri yang satu lagi tampak mengangguk dan segera berlari masuk kedalam ponpes. Hamzah adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti Maghribi untuk menjaga keamanan selama Maghribi pergi menjalankan tugas dari Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi. Tak lam
Melihat kakak mereka, Hamzah yang langsung mencium tangan tuan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim yang tentu saja para santri lain belum mengenalinya, kecuali Hamzah yang memang dulu pernah bertemu sewaktu menunaikan ibadah haji bersama Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi, para santri-santri yang lain langsung ikut mencium tangan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim.“Mari.. Mari silahkan masuk tuan Syekh” ucap Hamzah cepat.“Buka pintu gerbang!” ucap Hamzah cepat dan keras hingga para santri langsung membuka lebar-lebar pintu gerbang pondok pesantren tersebut, karena mereka yakin orang yang sangat dihormati oleh Hamzah bukanlah orang sembarangan.“Mari.. Mari silahkan masuk tuan Syekh” ucap Hamzah cepat. Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim tampak tersenyum lembut lalu dengan pelan melangkah masuk, diikuti oleh rombongan yang ikut bersamanya.Di pintu pondok pesantren, tampak seorang lelaki yang juga sudah tua, kira-kira sudah berumur
Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim memang bersaudara saat menuntut ilmu bersama-sama dengan seorang ulama besar di kota madinah. Persaudaraan ini pula yang mengikat hubungan keduanya, walaupun tak ada ikatan darah, tapi hubungan persaudaraan dalam iman lebih kental dari hubungan darah.Secara khusus Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dan Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim melakukan pertemuan pribadi, sepertinya ada sesuatu hal yang sangat serius untuk dibicarakan.“Uhuk.. Uhuk..!” Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim membuka pembicaraan dengan batuk dirinya. Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi dengan cepat mengusap-usap punggung sahabatnya ini mencoba meringankan beban sakit batuk yang diderita oleh Syekh Muhammad Azis Bin Ibrahim yang rupanya sejak dari datang tadi sudah berusaha ditahan-tahannya.“Sudah berapa lama kau menderita sakit seperti ini saudaraku?” tanya Syekh Muhammad Karim Al Qusyairi pelan.&ldqu