Share

7. Bagian 8

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“He he he...! untung hanya bajumu bocah”. ucap Cakar Iblis tertawa seraya meniup robekan baju yang tersangkut di ujung cakar bajanya.

“Sekarang bersiaplah untuk menerima kematian kalian!!”. ucap Cakar Iblis lagi seraya kembali mempersiapkan serangannya.

“Sreggg....sreggg”. tahu lawan tangguh yang akan dihadapinya, Linu cepat mengeluarkan trisula, senjata andalannya, melihat kakak seperguruannya sudah mulai menggunakan senjatanya, Gamarpun tak mau ketinggalan, trisula kembarnyapun segera diraihnya.

“Kita lawan dia bersama adik, jika bersama, kita pasti bisa mengalahkannya”. ucap Linu lagi mencoba memberi semangat kepada adik seperguruannya itu. Gamar terlihat hanya mengangguk.

“Hyyatttt.......wuuutttt”

“Serrr....bet....bettt”. hampir bersamaan ketiga pendekar ini saling menyerang kedepan, dan ;

“Trangg.....tranggg.....tranggg”. beberapa kali terdengar beradunya senjata-senjata mereka hingga menimbulkan percikan-percikan api kecil. Baik

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 9

    “Ternyata orang-orang kapak merah hanyalah orang-orang yang biadab...”. kembali sebuah suara mengejutkan terdengar dibelakang Cakar Iblis, dengan serta merta Cakar Iblis langsung berbalik. Dan berubahlah paras Cakar Iblis saat melihat satu sosok tubuh kini telah berdiri tepat beberapa langkah dihadapannya. “De......wi Topeng Perak..”. ucap Cakar Iblis menyebutkan satu nama dibibirnya, rupanya Cakar Iblis telah mengenali sosok gadis yang mengenakan topeng perak diwajahnya. Kehadiran Dewi Topeng Perak ditempat itu bukan saja mengejutkan Cakar Iblis, tapi juga seluruh orang-orang Gerombolan Kapak Merah yang ada ditempat itu, dengan serta merta mereka langsung bergerak mengepung sosok Dewi Topeng Perak. Sementara itu gadis bertopeng perak masih berdiri dengan tenang ditempatnya. “Pucuk dicinta ulampun tiba, dicari-cari ternyata kita malah bertemu ditempat ini Dewi Topeng Perak, ketua kami memberikan perintah untuk membunuhmu ! karena kau telah banyak ikut campur dalam ur

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 10

    “Trang......trang.....trangg.”. beberapa kali terlihat kedua senjata mereka bertemu hingga terlihat beberapa kali terjadi percikan bunga api yang cukup berpedar. Memasuki jurus ke 56, hampir bersamaan kedua-duanya saling melompat mundur. “Sudah saatnya kita akhiri pertarungan ini......bersiaplah menerima kematianmu Dewi Topeng Perak”. ucap Cakar Iblis lagi seraya mengangkat Kuku Bajanya didepan dadanya. “Weezzgghhh........weeezzzggghhhh.”. dan tiba-tiba saja kuku baja itu mengeluarkan cahaya merah berpedar yang membentuk kilatan-kilatan cahaya yang terang. Ditempatnya, Dewi Topeng Perak terlihat pula merapatkan kedua tangannya, sepertinya Dewi Topeng Perakpun akan menggunakan salah satu pukulan pamungkasnya. Dari kedua tangan Dewi Topeng Perak yang terbuka saling berhadapan itu muncul pula seberkas cahaya merah yang juga tak kalah berpedarnya dari cahaya yang keluar dari kuku baja Cakar Iblis. “Cakar Iblis Neraka Membelah Mega yeaahhh...... wuutt”. da

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 11

    Langkah Bintang terhenti, pendengarannya yang tajam dapat mendengar suara gemericik air tak jauh dari tempatnya berada dan sesaat Bintang tersenyum. Dan ; “Serrrr.”. tanpa menunggu waktu lagi Bintang segera berkelebat kearah asal suara tersebut. Tak perlu menunggu lama, kini sosok Bintang sudah berdiri didepan sebuah air terjun yang berair jernih dan sejenak Bintang terlihat menghirup dalam-dalam udara yang begitu menyegarkan dan sejuk yang ada ditempat itu, setelah puas menikmati kesejukan tempat itu, Bintangpun segera membersihkan wajahnya, terasa begitu sejuk air itu saat menyentuh wajah Bintang. Disaat sedang menikmati kesejukan air terjun tersebut, lamat-lamat pendengaran Bintang dapat mendengar suara seorang wanita. Bintang bangkit berdiri mencoba mencari asal suara tersebut. Dengan penuh kehati-hatian Bintang mulai mencari asal suara tersebut, hingga ; “Aahhhh..”. Bintang mendesah kaget saat disuatu tempat yang cukup tersembunyi, terlihat sosok seorang wanita yang jug

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 12

    “Hebat!! batu sebesar itu saja bisa dibelahnya dengan mudah, kedua tangannya benar-benar seperti sebuah mata pedang yang sangat tajam......astaga kalau tidak salah tadi menyebutkan nama jurusnya aji Pedang Angin......benar-benar hebat”. batin Bintang lagi mengagumi serangan yang dilancarkan oleh Dewi Topeng Perak. “Prakkk......praaakkk..... duarrr.....duauarrr”. beberapa kali batu-batu besar yang ada ditempat itu terbelah dan hancur berantakan saat terkena serangan Dewi Topeng Perak, kini tempat yang indah itu telah berubah menjadi tempat yang sangat berantakan. Dewi Topeng Perak benar-benar tidak main-main untuk segera membunuh lawannya, tapi sejauh ini Bintang masih mampu menghindari serangan. Sebenarnya bisa saja Bintang memberikan serangan balasan, tapi hal itu tidak ingin Bintang lakukan, karena dalam hal ini memang Bintanglah yang bersalah. Sementara bagi Dewi Topeng Perak sendiri semakin penasaran dengan serangan-serangannya yang selalu saja dapat dipatahkan oleh lawa

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 13

    Siang menjelang sore, terlihat langkah seorang pemuda memasuki sebuah desa, melihat wajah dan penampilannya, pemuda tampan itu tak bukan adalah Bintang adanya. Sepanjang langkahnya memasuki desa tersebut Bintang cukup heran melihat penduduk desa itu sangat sedikit sekali, sangat jarang sekali Bintang berpapasan dengan penghuni desa itu, tapi setiap kali berpapasan, wajah para penduduk desa itu seperti ketakutan dan langsung melangkah dengan cepat meninggalkan Bintang. Sebenarnya Bintang ingin bertanya, tapi tak ada satupun penduduk yang mau diajaknya bicara. Langkah Bintang akhirnya terhenti saat tiba didepan pintu sebuah warung yang tidak begitu ramai pengunjungnya. Akhirnya setelah menimbang kesana kemari, Bintang memutuskan untuk mampir diwarung tersebut untuk mengisi perutnya dan sekaligus untuk mencari informasi tentang Gerombolan Kapak Merah. Bintang menghentikan langkahnya dipintu warung, kedua matanya menatapi seluruh isi warung dimana hanya ada beberapa oran

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 14

    Setelah mendapatkan dua uang kepeng emas, kelima orang itupun segera pergi meninggalkan warung tersebut dengan tertawa gembira. Begitu kelimanya sudah menghilang, Bintang segera mendekati sang aki pemilik warung. “Terima kasih den....terima kasih”. ucap lelaki tua itu lagi seraya memeluk kaki Bintang. “Sudahlah ki jangan seperti ini” “Kami benar-benar tidak tahu bagaimana nasib kami tanpa raden ?”. ucap sang istri lagi. “Jangan berterima kasih kepada saya nyi, aki, tapi berterima kasihlah kepada shang Hiang whidi yang telah menolong aki dan nyai melalui tangan saya”. ucap Bintang lagi tersenyum. “Apakah raden ingin makan ?”. “Ah tidak ki, tapi jika boleh saya ingin bertanya pada pada aki....?”. ucap Bintang lagi hingga mengejutkan dan mengherankan bagi kedua suami istri itu. “Tentang apa den....?” “Tentang kelima orang tadi, apakah benar mereka adalah orang-orang dari Gerombolan Kapak Merah ?”. ucap Bintang lagi hingga

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 15

    “Sett....settt....settt”. baru saja Dewi Topeng Perak kembali menjejakkan kakinya ketanah, kembali belasan anak panah melesat dengan cepat kearahnya hingga lagi-lagi Dewi Topeng Perak harus kembali mengenjot tubuhnya keudara untuk menghindari serangan gelap itu. Tapi rupanya para penyerang gelapnyapun tidak tinggal diam begitu saja, sosok Dewi Topeng Perak terus dihujani dengan belasan anak panah tanpa henti, hingga lama kelamaan Dewi Topeng Perak terlihat terdesak oleh serangan yang beruntun tersebut, maka ; “Hupp.......Pedang Angin yeaahh”. dan rupanya Dewi Topeng Perak terlihat harus menggunakan aji Pedang Anginnya untuk menghentikan serangan-serangan gelap itu. Maka ; “Wuusshhh..........wushhhh...”. Dua gelombang cahaya merah berpedar melesat keluar dari kedua tangan Dewi Topeng Perak, dan ; “Duarr....duarrr.....duarrrr”. terjadi beberapa ledakan dibeberapa tempat, bahkan ; “Akhhh.....akhhh......akhhh.”. terdengar beberapa teriakan

  • Ksatria Pengembara Season 1   7. Bagian 16

    Kematian Bola Iblis tentu saja sangat mengejutkan bagi anak buahnya yang lain, apalagi kematian Bola Iblis sedemikian tragisnya, maka tanpa menunggu waktu lagi, hampir secara bersamaan mereka segera mengambil langkah seribu untuk meninggalkan tempat itu, meninggalkan sosok Dewi Topeng Perak yang saat itu hanya menatap sinis kearah lawan-lawannya. Sejenak Dewi Topeng Perak terlihat menatapi keadaan di sekitarnya, Dewi Topeng Perak seakan baru menyadari kalau suara yang tadi telah berbisik ditelinganya yang telah menyelamatkan dirinya dan Dewi Topeng Perak yakin orang itu masih berada ditempat itu. “Siapapun yang telah menolongku tadi, aku ucapkan terima kasih”. ucap Dewi Topeng Perak lagi seakan yakin kalau orang tersebut masih berada ditempat itu, tak ada jawaban selain suara angin bertiup ditempat itu, tapi dengan sabar Dewi Topeng Perak mencoba menunggu. “Tidak perlu berterima kasih nisanak, apa yang kulakukan ini hanyalah bantuan kecil yang tiada artinya”.

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

DMCA.com Protection Status