Malam terus berlalu.
“Gwang...” terdengar suara lembut Bintang menyapa Gwang yang masih terbaring dengan memeluk dada Bintang, selimut tampak sudah menutupi tubuh keduanya. Gwang terlihat mengangkat wajahnya melihat kearah Bintang dengan senyum indahnya.
“Iya kak”
“Setelah kakak meninggalkan kapal dan ikut bersama Perompak Lima Samudra, apa yang sebenarnya terjadi pada Gwang? tau-tau Gwang muncul dengan kemampuan hebat seperti kemarin?” tanya Bintang lagi.
Gwang tersenyum dan menarik nafas panjang.
“Gwang juga tak tau kak, saat Gwang sadar, tiba-tiba saja Gwang sudah berada didalam sebuah goa bawah laut. Di dalam goa bawah laut itu Gwang bertemu dengan seorang wanita cantik yang bergelar Ratu Neraka Es..” ucap Gwang berhenti sejenak.
“Ratu Neraka Es..” ulang Bintang dengan wajah berubah. Ratu Neraka Es adalah orang yang telah mengurung putri Athena dan Venus dengan penjara Es Ab
BEBERAPA waktu berlalu, seperti biasanya, malam itu udarapun begitu terasa dingin, kilat tampak datang silih berganti dilangit kelam. Disebuah hutan yang berada diluar kotaraja utara, tampak sosok bercaping yang tengah berdiri disebuah dataran luar yang ada didalam hutan tersebut. Sosoknya yang ramping dan anggun menandakan kalau dia adalah seorang wanita. Dipunggungnya tampak sebuah pedang tersampir. Ternyata sosok wanita ini hanya memiliki satu tangan, ini terlihat dari lengan baju salah satu tangannya yang hanya melambai-lamba kosong diterpa angin. Melihat keadaannya, sepertinya wanita berlengan satu ini tengah menunggu sesuatu atau yang lebih tepatnya seseorang.“Serr..” sebuah bayangan putih muncul beberapa tombak dihadapannya. Sosok yang baru muncul inipun tampak mengenakan caping, hanya saja bedanya, sosok yang baru muncul ini mengenakan caping bertirai. Melihat sosoknya yang juga ramping dan anggun, dapat dipastikan kalau sosok yang baru saja datang inipun
Saat malam semakin larut, Bintang baru kembali ke kotaraja dan saat Bintang tiba dikamarnya, ternyata Gwang sudah menunggunya.“Kakak..” ucap Gwang langsung memeluk Bintang yang baru saja masuk kekamarnya. Bintang tersenyum dan membalas pelukan hangat itu.“Kita berangkat malam ini juga Gwang” ucap Bintang tiba-tiba hingga membuat wajah Gwang berubah terkejut, tapi sesaat kemudian wajah Gwang sudah kembali tersenyum.“Baik kak..” ucap Gwang mantap. Gwang tampak segera mempersiapkan segala sesuatunya, sementara Bintang sendiri tampak duduk dimeja lalu kemudian menulis sesuatu diatas sehelai kertas.Malam itu, dengan mengandalkan kecepatan dan ilmu peringan tubuh yang sudah mencapai taraf sempurna, Bintang dan Gwang meninggalkan kotaraja utara. Berkelebat cepat di kegelapan malam.Saat tiba disebuah padang rumput yang cukup luas, Bintang menghentikan larinya, Gwang yang ada disebelahnya ikut berhenti.&ldquo
ALIRAN LOUCHA. Pagi itu, Dewa Iblis tengah menikmati makan paginya bersama Roro Putri Srikandi dimeja panjangnya. Dewa Iblis duduk diujung kiri, sedangkan Roro diujung kanannya. Tak ada banyak hal yang keduanya bicarakan, masing-masing sibuk dengan kesibukannya masing-masing menyantap sarapan yang terhidang dihadapan mereka. Hanya sesekali Dewa Iblis tampak mencuri-curi pandang pada sosok jelita Roro yang ada duduk jauh dihadapannya.“Bleepp...!” sosok Fuma Kotaro tiba-tiba saja muncul dihadapan Dewa Iblis dan Roro. Fuma Kotaro terlihat langsung menjura hormat.“Hamba membawa berita yang sangat penting terkait perang utara dan selatan ketua” ucap Fuma Kotaro hingga membuat wajah Dewa Iblis berubah, sementara wajah Roro masih biasa-biasa saja.“Juga kabar mengenai Ksatria Pengembara..” ucap Fuma Kotaro, kali ini Roro tampak menghentikan makannya.Lalu Fuma Kotaropun menceritakan tentang peperangan yang terjadi, wajah Ror
Achhhh...!”. Tiba-tiba saja Bintang dikejutkan oleh keberadaannya dirinya yang tiba-tiba saja berada disebuah puncak bukit yang keadaannya sangat terang benderang. Kebingungan dan keterkejutan Bintang segera menjadi pemikiran dipikiran Bintang, karena seingat Bintang beberapa saat yang lalu dia masih berada bersama Gwang didalam goa tempat Asura Kaji dan keadaanpun sudah malam, sekarang tiba-tiba saja Bintang sudah berada disebuah tempat yang keadaannya begitu terang benderang, dan saat Bintang menatap kearah langit, tak terlihat matahari yang bersinar terang menerangi alam, hanya saja keadaan alam ditempat itu begitu terang bagaikan siang hari. “Dimana ini?” “Tempat apa ini?” Pertanyaan itu terus terngiang-ngiang dibenak Bintang seraya memperhatikan keadaan alam disekitar tempat itu. “Graaauuuum..!” tiba-tiba saja sebuah auman dahsyat terdengardari bawah puncak bukit. “Graaauuuum..!” “Graaauuuum..!” “Graaauuuum..!” Kembali auman itu terdengar, kali ini terdengar semakin banyak
Mata tajam singa perkasa yang memang adalah King tampak menatap kearah Bintang dengan tatapan tajam, aura dahsyat terpancar dari sosok King. Bintangpun diam-diam mempersiapkan dirinya untuk menerima segala kemungkinan yang akan terjadi.Tapi tiba-tiba saja wajah Bintang berubah saat tiba-tiba saja King tampak merendahkan sosoknya, King tampak menjura hormat dihadapan Bintang. Hal ini tentu saja sangat mengejutkan Bintang.“Terimalah sembah hormatku dan para pengikutku tuan” lagi-lagi wajah Bintang berubah saat sosok King mengeluarkan suara.“Kau bisa bicara?” tanya Bintang“Hanya kepada tuanku” ucap King singkat“Angkat kepalamu!” ucap Bintang tegas. King singa perkasa tampak mengangkat kepalanya, demikian juga singa-singa yang lain yang adalah pengikutnya.“Siapa namamu?”“KING...”“King, kenapa kau memanggilku tuan?”“Bukankah kau
PAGI ITU Aliran Loucha tampak berjalan seperti biasanya. Aktivitas para ninja penjaga wilayah Aliran Loucha juga tampak seperti biasanya. Dibeberapa tempat di benteng Aliran Loucha tampak beberapa perbaikan tengah dilakukan, kerusakan yang diakibatkan oleh serangan Shinanai.“Dhuarr !! dhuarr !! dhuarr !! dhuarr..!”Tiba-tiba saja wilayah Aliran Loucha dilanda ledakan-ledakan dahsyat yang langsung membuat Aliran Loucha siaga 1. Dewa Iblis yang langsung terbangun segera memerintahkan Fuma Kotaro untuk menyelidiki apa yang terjadi.“Dhuarr !! dhuarr !! dhuarr !! dhuarr..!”Kembali terdengar ledakan-ledakan dahsyat yang kali ini suaranya sudah begitu sangat dekat dengan benteng Aliran Loucha.Dewa Iblis, Fuma Kotaro, Iblis Tangan Besi dan Iblis Seribu Wajah tampak keluar dari Istana Loucha, didepan Istana Loucha sudah tampak berdiri dua sosok anggota klan a
Hebatnya, asura Tomeo sedikitpun tak menghindari serangan tinju dahsyat Dewa Iblis. Tapi wajah Dewa Iblis tiba-tiba berubah saat tinjunya tiba-tiba saja menembus sosok Tomeo yang telah berubah menjadi bayangan. Bahkan bukan saja melewati tinju Dewa Iblis, bahkan tubuh Dewa Iblispun mampu dilewati Tomeo dengan bayangannya.“Jadi kau yang sudah membunuh kakakku” ucap Tomeo yang kini sudah berdiri angker dihadapan Roro. Roro sempat kaget melihat kemampuan lawannya yang bisa menjadi bayangan sehingga serangan apapun bisa dilewatinya, tapi ;“Benar, aku yang membunuh kakakmu” ucap Roro tak gentar.“Kalau begitu kau harus membayar dengan nyawamu..!” ucap Tomeo lagi seraya melayangkan serangannya kearah Roro.Roro bukanlah wanita lemah yang bisa diserang begitu saja, saat Tomeo bergerak menyerangnya, Roro bergerak lebih dulu dengan melayangkan satu pukulan telapak yang mengandung gelombang hawa panas lahar gunung bromo. TA
“Ha ha ha..! bukan aku yang akan melawanmu Dewa Iblis” ucap Tomeo lagi hingga membuat Dewa Iblis heran.Tomeo sendiri tampak melakukan beberapa gerakan jutsu ditangannya, terakhir Tomeo terlihat menggores telapak tangannya hingga berdarah, dan ;“Tappp...!” dengan tiba-tiba saja Tomeo memukulkan kedua telapak tangannya ketanah.“Brussshhh...!” dihadapan Tomeo, dari dalam tanah, muncul sebuah peti mati yang kini sudah berdiri dihadapan Dewa Iblis dan yang lain. Entah kenapa suasana tiba-tiba saja berubah mencekam.“Kreaaakkk...” pintu peti mati terbuka, dan ;“Shinanai...!” semua terkejut, semua terkesima karena didalam peti mati tersebut terdapat sesosok tubuh atau mayat Shinanai. Dan semua semakin terkejut saat tiba-tiba saja kedua mata Shinanai yang tadi tertutup tiba-tiba saja terbuka, tapi yang mengerikan dari kedua mata Shinanai adalah semuanya berwarna hitam tanpa ada putihnya
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu