SIANG ITU, Bintang langsung melangkahkan kakinya menuju ke penginapan Azumi, karena Bintang memang menyuruh Azumi dan Soda untuk mengundang Putri Zhang rapat dikamar itu, dan saat Bintang tiba disana, Azumi, Soda dan Putri Zhang sudah menunggunya.
Putri Zhanglah yang paling terkejut melihat sosok penyamaran Bintang, karena beberapa waktu yang lalu dia juga melihat pertarungan Bintang dan Seribu Pedang, tapi Putri Zhang tak menyangka kalau sosok pemuda bermata satu itu adalah Bintang. Bintang dengan sosok penyamarannya saat ini benar-benar menjelma menjadi sosok lelaki yang gagah dan perkasa.
Walaupun ada perasaan canggung bagi ketiganya, tapi Bintang dengan cepat menengahinya dengan menyuruh ketiganya duduk melingkar.
“Baik.. Ada kabar apa yang telah kita dapatkan semua?” ucap Bintang lagi.
“Rencana eksekusi Hyuga-sama dan Putri Yuki sepertinya diundur, entah kapan, kita semua tak tahu” ucap Soda membuka pembicaraan.
“
Lelaki yang berjuluk Pedang Kelelawar ini tampak terkejut saat melihat Putri Mi hee masih bergerak dalam tidurnya.“Aneh... bukankah sudah kubius dengan racun kelelawar malam, seharusnya dia pingsan, tapi kenapa sekarang masih tertidur?” batin lelaki itu lagi.“Tukk!” tak ingin rencananya gagal, si Pedang Kelelawar dengan cepat menotok beberapa bagian ditubuh Putri Mi hee, hal ini membuat Putri Mi hee tersadar dari tidurnya dan betapa terkejutnya Putri Mi hee melihat kehadiran seorang laki-laki yang tak dikenal dikamarnya. Tapi lebih terkejut lagi saat merasakan tubuhnya tak bisa bergerak, dengan cepat Putri Mi hee menyadari kalau saat ini dirinya telah ditotok.“Pedang Kelelawar, apa yang kau lakukan?” ucap Putri Mi hee yang rupanya mengenali sosok lelaki dihadapannya tersebut.“Aku ingin memberikan kenikmatan surga kepadamu Putri Mi hee...” ucap Pedang Kelelawar tertawa.“Jangan berani macam-m
Bintang kini mengerti kalau Pedang Kelelawar ditangan si Pedang Kelelawar bisa menghisap darah lawannya bila tersentuh, oleh karena itulah Bintang bergerak cerdik.“Trang...tranggg.....tranggg...!” Bintang menggunakan pipa rokoknya untuk menangkis serangan si Pedang Kelelawar.Pertarungan Bintang dan si Pedang Kelelawar segera memancing perhatian orang-orang dari istana selatan, termasuk para pendekar-pendekar yang telah memenangkan kontes pertarungan beberapa hari ini. Dan semuanya dibuat terkejut melihat pertarungan Bintang dan si Pedang Kelelawar.“Pedang Kelelawar, apa yang terjadi?” tanya salah seorang pendekar yang merupakan sahabatnya. si Pedang Kelelawar sendiri langsung melompat mundur dan berteriak ;“Cepat bantu aku. Dia ingin memperkosa Putri Mi hee, saat aku memergokinya dia berusaha membunuhku!” ucap si Pedang Kelelawar membalikkan fakta yang sebenarny
Malam yang menggegerkan itu dengan cepat dijelaskan oleh Putri Mi hee atas apa yang terjadi, Bintang yang tadinya dituduh oleh si Pedang Kelelawar dan dikeroyok oleh para pendekar, kini harus menanggung malu di hadapan Bintang, di hadapan Jenderal Mushahi, mereka meminta maaf atas kesalahan yang mereka perbuat. Jenderal Mushahi sendiri mengucapkan terima kasih atas apa yang Bintang lakukan. Bintang sendiri hanya tersenyum kecil seraya melangkah pergi meninggalkan tempat itu.Putri Mi hee pun melakukan hal yang sama, sikap dingin Putri Mi hee, cukup membuat Jenderal Mushahi dan Souji heran, tapi mereka berusaha untuk memaklumi atas sikap Mi hee mungkin dikarenakan kejadian yang hampir terjadi pada dirinya malam itu.Bintang sendiri langsung pergi meninggalkan istana selatan dan langsung menuju ke Istana Bunga, tepat didepan Istana Bunga Bintang menghentikan langkahnya. Pandangan Bintang mengarah kearah Istana Bunga, lalu kemudian berpaling kearah penginapan besar yang a
“Masuk tuan Bintang” terdengar suara setengah berbisik Putri Zhang kepada Bintang, Bintangpun segera melangkah masuk dan Putri Zhang segera kembali mengunci pintu kamarnya. Putri Zhang kembali menghidupkan lampu yang ada dikamar tersebut dan kini dapat dilihatnya sosok Bintang yang tengah duduk dimeja yang ada ditengah-tengah ruangan tersebut dengan tersenyum kearahnya. Putri Zhang balas tersenyum lalu mengambil duduk dihadapan Bintang. “Sudah makan?” tanya Bintang singkat. Putri Zhang hanya mengangguk tersenyum. Ada kebahagiaan tersendiri bagi Putri Zhang mendengar perhatian Bintang kepadanya. Putri Zhang sendiri tampak menuangkan minuman untuk Bintang. “Aku sudah melakukan penyelidikan keseluruh bagian di istana selatan, tapi tak tanda-tanda kalau Hyuga-sama dan Yuki ditahan disana” ucap Bintang lagi. “Menurut perkiraanku, kemungkinan Hyuga-sama dan Putri Yuki ditawan diluar istana selatan, seperti halnya para prajurit yang ditawan dulu” ucap Putri Zhang lagi. Lalu keduanya tamp
HARI ITU. Jenderal Mushahi memanggil seluruh pendekar yang telah berhasil memenangkan ajang pertarungan untuk mengabdi di istana selatan, jumlahnya kini hampir mencapai 15 orang termasuk Bintang. Sebenarnya ajang pertarungan belum selesai, tapi karena peristiwa si Pedang Kelelawar, Jenderal Mushahi memutuskan untuk menghentikan ajang pertarungan tersebut. Kini semua pendekar yang terpilih tampak menunggu dengan sabar kedatangan Jenderal Mushahi.“Tuan Bobou.. Aku dengar di Istana Bunga sedang digegerkan olehmu?” tiba-tiba saja salah seorang pendekar tampak mendekati Bintang. Bintang hanya tersenyum mendengar hal itu.“Benar... Hebat sekali kau tuan Bobou” ucap yang lain lagi menimpali.“Boleh dikasih tau rahasianya tuan Bobou” ucap yang lain lagi ikut menimpali, disaat semua tengah terfokus kepada Bintang, tiba-tiba saja Jenderal Mushahi, Souji-sama dan Putri Mi hee masuk keruangan tersebut, dengan serta merta para pendekar la
Sementara itu Putri Mi hee terus melesat cepat dengan kudanya, meninggalkan wilayah istana selatan, sebuah larangan keras baginya meninggalkan istana selatan tanpa pengawalan, tapi Putri Mi hee seakan tak perduli lagi dengan hal itu.“Debb..” betapa terkejutnya Putri Mi hee saat tiba-tiba saja sosok yang dikenalnya sebagai tuan Bobou sudah duduk tepat dipelana kudanya dibelakang dirinya, Bintang memang berhasil mengejar kuda Putri Mi hee dan sekarang sudah berada dibelakang Putri Mi hee. Dengan cepat Bintang merebut tali kekang kuda Putri Mi hee dan menariknya.“Hieeeekkkkk!” kuda itu kaget menghentikan larinya dengan cara mengangkat kedua kaki depannya. Kalau saja Bintang tidak bergerak sigap, mungkin dirinya dan Putri Mi hee sudah terlempar dari punggung kuda tersebut, untunglah Bintang berpengalaman hingga berhasil menenangkan kuda tersebut.“Lepaskan! Jangan ikuti aku!” teriak Putri Mi hee berusaha memberontak dari Bintang
PAGI ITU, Putri Mi hee membersihkan dirinya didanau didekat tempat mereka bermalam, Bintang pergi untuk mencari makan buat mereka, setelah mencari tempat yang agak tersembunyi, Putri Mi hee segera melepaskan seluruh pakaiannya, sehingga tubuh polos indah milik Putri Mi hee kini terpampang dengan jelas. Beningnya air danau tak mampu menyembunyikan kemulusan dan kemolekan tubuhnya. Tapi untungnya tak ada orang lain ditempat itu selain dirinya, jika ada tentu orang akan menyangka ada bidadari yang tengah mandi didanau itu.Sambil membersihkan tubuhnya yang indah, entah kenapa bayangan kejadian malam tadi membersit di pikirannya, bayangan saat sosoknya ditindih oleh Bobou. Lamunan itu terus menerawang jauh, hingga ;“Kletak!” sebuah suara terdengar hingga menyadarkan dan mengejutkan Putri Mi hee yang dengan cepat membuka kedua matanya. Kedua mata indahnya dengan segera mengawasi keadaan disekitarnya, tak ada seorangpun. Tapi wajah Putri Mi hee berubah saat tak
Saat matahari sudah mulai terbenam diufuk barat, Bintang dan Putri Mi hee tiba didepan sebuah lembah, Putri Mi hee menghentikan langkah kudanya, Bintang ikut menghentikan kudanya.“Apakah kita sudah sampai, Putri?” tanya BintangPutri Mi hee tak menjawab, tapi hanya menganggukkan kepalanya. Secara perlahan Putri Mi hee mulai menjalankan kudanya secara perlahan memasuki lembah sunyi yang ada dihadapannya, Bintang hanya mengikutinya dari belakang.Cukup jauh memasuki lembah, langkah kuda Putri Mi hee dan Bintang tiba-tiba disebuah rumah gubuk mewah yang sudah tampak tua dan tidak terawat, tapi masih terlihat kemegahan dan keindahannya.Tapi Putri Mi hee justru melewati rumah megah tersebut dan terus melangkahkan kudanya kearah samping rumah tersebut, dimana terlihat sebuah pendopo tua yang didalamnya terdapat dua buah kuburan tua.Didepan pendopo, Putri Mi hee turun dari kudanya dan menambatkan kudanya tak jauh dari situ, Bintang mengikut
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu