Di lautan, sebuah kapal mewah tampak melaju dengan kencang. Di geladak kapal tampak sosok wanita berwajah jelita tengah berdiri menatap lautan luas yang ada dihadapannya. Melihat wajahnya, dia tak lain adalah Putri Lan Yan. Setelah lolos dari sergapan Perompak Laut Kuning, Putri Lan Yan memerintahkan terus melaju tanpa mengurangi kecepatan.
Dari arah belakang, tampak seorang gadis yang juga berparas jelita tengah datang mendekatinya.
“Sudah bangun adik Im” ucap Putri Lan Yan seraya berpaling kearah putri Im Ji Hye yang memang berada dibelakangnya.
“Sudah kak Lan Yan” ucap putri Im Ji Hye tanpa gairah.
“Kenapa? Bermimpi lagi?”
“Iya kak”
“Mimpi yang sama lagi?”
“Benar kak, selalu yang sama selama satu bulan ini, tapi...” putri Im Ji Hye menghentikan ceritanya hingga membuat Putri Lan Yan tertarik untuk mendengarnya lebih lanjut.
“Malam tadi, gadis dalam
Wajah Panglima Ho berubah pucat melihat sesosok yang berdiri perkasa diujung geladak dikapal berbendera kuning berlambang tengkorak tersebut.“Iblis Badai” ucap Panglima Ho dengan wajah berubah. Ucapan Panglima Ho cukup didengar oleh para prajurit, hingga kontan seketika terjadi kehebohan dikapal tersebut.“Maju dengan kecepatan penuh!” ucap Putri Lan Yan tegas.“Maju dengan kecepatan penuh!” ulang Panglima HoTapi keanehan terjadi, tiba-tiba saja angin bertiup berubah arah, mengarahkan layar kapal justru menuju ke kapal Perompak Laut Kuning. Apa yang terjadi tentu sangat mengejutkan orang-orang yang ada dikapal, termasuk Panglima Ho, hanya Putri Lan Yan yang masih terlihat tenang.Kedua kapal kini sudah saling berhadapan, keadaan Langit sangat berbeda dari keadaan dibawahnya, langit tampak sangat gelap, petir dan guntur silih berganti seakan ingin memecahkan cakrawala. Laut tampak bergelombang dengan dahsyat.
“Aaahhh.” seorang gadis jelita tapi dengan wajah yang sedikit pucat tampak baru saja tersadar dari keadaannya, untuk sesaat ada rasa pusing dikepalanya, perlahan kedua matanya terbuka tapi kembali tertutup karna silau akan sinar mentari yang menyeruak masuk dikedua pelupuk matanya. Setelah cukup lama, akhirnya kedua mata gadis jelita ini terbuka setelah membiasakan diri. Melihat raut wajahnya kita mengenali gadis ini sebagai putri Im Ji Hye.“Ukkhhh” Im Ji Hye terlihat mencoba untuk bangkit, tapi kembali berbaring saat merasakan tubuhnya yang pegal disekujur tubuhnya. Im Ji Hye mencoba mengingat apa yang sebenarnya terjadi.<kilas balik> Sebagian kapal hancur berantakan, terbang dibawa angin puting beliung yang dahsyat, Im Ji Hye yang saat itu berada didalam kapal ikut terbang tinggi terbawa angin puting beliung. Im Ji Hye berusaha berteriak sekeras mungkin agar ada yang mendengar teriakannya untuk menolongnya, tapi apa daya, dibawah suasa
“Oh iya, maaf... Hamba lupa memperkenalkan diri, nama hamba Bobou” ucap pemuda itu dengan wajah tersenyum lucu.“Bo..Bobou” ucap Im Ji Hye menahan tawa, karena nama itu disebutkan dengan wajah lucu, jadi terdengar dan terlihat lucu bagi Im Ji Hye, sebisanya Im Ji Hye menahan tawanya sendiri.“Nona sendiri siapa namanya?”“Hamba Im Ji Hye, terima kasih tuan Bobou sudah banyak menolong hamba” ucap Im Ji Hye dengan ramahnya“Ah, jangan terlalu dipikirkan nona Im Ji Hye, sudah kewajiban kita sebagai sesama manusia saling tolong menolong” ucap Bobou lagi lagi-lagi tersenyum dengan wajah lucu, Im Ji Hye ikut tersenyum melihat hal itu.Di hatinya Im Ji Hye cukup kagum dengan sikap rendah hati yang dimiliki oleh penolongnya, disamping ramah juga terkadang lucu sehingga menghibur hatinya yang sedang gundah.“Nona Im Ji Hye belum menjawab pertanyaan hamba tadi?”&ldqu
Malam akhirnya datang.Api unggun menyala besar didepan gubuk yang ada dipantai tersebut, didekatnya tampak Im Ji Hye tengah mencoba menghangatkan tubuhnya, tak jauh darinya tampak Bobou tengah melakukan gerakan-gerakan yang menurut Im Ji Hye aneh, tapi Im Ji Hye hanya diam seraya terus memperhatikan Bobou yang tengah tenggelam dengan dirinya sendiri.Setelah bosan memperhatikan Bobou, Im Ji Hye tampak menatap kearah api unggun yang ada dihadapannya.“Setelah kejadian ini, bersungguh-sungguhlah mempelajari Ilmu Semesta Im, agar bila ini terjadi adik bisa membela diri adik sendiri” Im Ji Hye kembali teringat ucapan Putri Lan Yan padanya.“Kak Lan Yan benar, kalau saja aku bisa menguasai Ilmu Semesta, tentu aku takkan merepotkan banyak orang lagi” batin Im Ji Hye lagi, berfikir kesitu, Im Ji Hye segera memperbaiki sikapnya, dengan mengambil sikap meditasi, Im Ji Hye mulai mengatur nafasnya dan memejamkan kedua matan
“Zzzgghh” setelah sekian lama berusaha, akhirnya Im Ji Hye berhasil memunculkan energi listrik dikedua tangannya, tapi itupun kecil dan sebentar, dicoba berkali-kali selalu seperti itu hasilnya, hingga akhir Im Ji Hye menyerah sendiri kehabisan nafas.“Lagi ngapain sih adik Im?” tiba-tiba saja sebuah suara terdengar begitu dekat dengannya, hingga kontan saja membuat Im Ji Hye terkejut dan hampir saja melompat dari tempat duduknya sekarang. Saat menyadari kalau yang ada didekatnya adalah Bobou.“Ih kak Bobou, mengejutkan Im saja, hampir saja jantung Im putus” ucap Im Ji Hye cemberut.“Kakak minta maaf, apa yang adik Im lakukan?” ucap Bobou seraya duduk didekat api unggun.“Im sedang berlatih Ilmu Semesta kak”“Ilmu Semesta?” ulang Bobou dengan wajah terkejut.“Iya Ilmu Semesta, ayah Im yang mengajarkannya”“Untuk apa adi
Malam menjadi saksi bisu, dua anak manusia yang tidur bersebelahan diatas sebuah gubuk kecil yang tanpa dinding depan. Keduanya tak lain adalah Bobou dan Im Ji Hye.Bobou terlihat dengan tenang menikmati tidurnya, sementara Im Ji Hye sepanjang malam sulit untuk memejamkan kedua matanya, menentramkan hatinya yang gundah gulana, bayangan saat bibirnya bersentuhan dengan bibir Bobou selalu membayang dipelopak matanya, berkali-kali jari jemarinya mengusap bibirnya seraya membayangkan apa yang baru saja dialaminya, entah kenapa kini ada senyum diwajah Im Ji Hye. Ditatapnya sosok Bobou yang ada dihadapannya.“Kalau diperhatikan, kakak Bobou tampan juga” batin Im Ji Hye dengan bibir tersenyum. Perlahan akhirnya Im Ji Hyepun akhirnya tertidur.Keesokan harinya, Bobou memenuhi janjinya untuk membantu Im Ji Hye dalam mempelajari Ilmu Semesta milikinya, tidak ada lagi rasa canggung bagi Im Ji Hye, keduanya terlihat begitu dekat dan akrab.Hari b
MALAM berjalan dengan hening, seluruh mahluk sudah terlelap dalam mimpinya malam itu. Demikian pula yang terjadi pada Im Ji Hye dan Bobou yang sudah sama-sama terlelap setelah bicara panjang lebar kesana kemari.“Im Ji Hye” tiba-tiba sebuah suara membuat Im Ji Hye terbangun dari tidurnya, Im Ji Hye membuka kedua matanya dan ; “Im Ji Hye...” kembali terdengar suara lembut itu dari hadapannya, Im Ji Hye segera bangkit dari tempatnya berbaring, dan ;“Kauu...” betapa terkejutnya Im Ji Hye saat melihat sosok yang selama ini selalu datang kedalam mimpinya kini berada tepat dihadapannya, berdiri dan menatapnya. Seketika Im Ji Hye langsung merasakan bulu kuduknya merinding.“Jangan takut, ikutlah denganku” terdengar sosok berupa cahaya putih bayang-bayang tersebut tampak berbalik dan berjalan menjauh kearah pantai yang ada dihadapan mereka. Walaupun takut, anehnya Im Ji Hye tak mampu menolak ajakan sosok berupa cahaya put
“Kak Bintang...” ucap Im Ji Hye pelan dihadapan Bobou yang tengah tertidur. “Liu-xue... Jangan pergi! Jangan pergi!” ucap Bobou dalam mimpinya. Dan Im Ji Hye semakin dibuat terkejut saat melihat Bobou yang menangis sambil terus mengucapkan kerinduannya pada Liu-xue. Im Ji Hye yang melihat hal itu sampai tersentuh hatinya. “Kak Bobou sangat mencintainya...” Lama kelamaan Im Ji Hye iba melihat Bobou yang sepertinya sangat menderita dalam mimpinya dalam tangisan. “Kak..” Im Ji Hye memberanikan diri untuk membangunkan Bobou dengan cara memegang tangannya. “Kak Bobou!” Im Ji Hye berucap lebih keras agar Bobou terbangun. Tapi Bobou masih juga belum bangun dari mimpinya. “Kak Bobou..!” Im Ji Hye mengguncang tangan Bobou lebih keras hingga langsung membuat Bobou terbangun. Dan orang yang dilihat pertama oleh Bobou adalah Im Ji Hye. “Liu-xue..” terdengar Bobou berucap pelan seraya menatap sosok Im Ji Hye yang saat itu berada tepat didepannya. Tangan Bobou terangkat dan dengan lembut membe
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu