NEGERI ALAM GHAIB di Gunung Bromo, tempat tinggal para Raksasa Gunung Bromo adalah sebuah negeri yang menjadi wilayah kekuasaan para raksasa. Bangsa raksasa ini berbeda dengan bangsa lelembut ataupun siluman, mereka adalah keturunan raksasa yang hidup berbeda alam dengan alam manusia, walapun mereka tinggal di negeri alam ghaib.
Di alam itu, sebuah kerajaan bangsa raksasa yang wujudnya seperti manusia biasa, hanya saja besarnya 2x ukuran manusia biasa, semuanya berwujud sangat menyeramkan dengan dua taring yang menyeringai disela-sela mulut mereka. Tubuh mereka berbulu, hanya mengenakan celana yang terbuat dari bulu-bulu hitam, kumis dan bulu dada mereka lebat, selebat hutan belantara. Sehari-hari mereka membawa sebuah gada berukuran besar sebagai senjata yang ada ditangan mereka. Selama ini sudah menjadi kodrat bahwa para Raksasa Gunung Bromo tak boleh ikut campur dalam urusan duniawi, hingga mereka hidup tenang di alamnya sendiri, walau kadang-kadang ada manusia yang datang
Pada suatu kesempatan, Roro melompat mundur menjauh, tapi para mahluk mengerikan itu kembali mengejarnya. Dengan cepat Roro melepaskan selendang yang ada dipinggangnya.“Angin puyuh...” dengan cepat Roro memutar selendang ditangannya melindungi dirinya, Selendang Naga itu membentuk sebuah pertahanan yang bergulung-gulung bagaikan angin puyuh, semua serangan yang diarahkan kearah Roro langsung terpental.Begitu serangan berakhir, Roropun mengakhiri jurusnya dan menarik nafas lega melihat para mahluk mengerikan tersebut mundur teratur karena kuatnya angin yang tercipta dari putaran Selendang Naga yang diputar oleh Roro. Kini dengan Selendang Naga ditangan, Roro sudah siap menerima serangan.“Gggrrr....ggrrrr....grrrr...”. dengan di iringi geraman yang membuat merinding bulu kuduk, para mahluk-mahluk mengerikan itu kembali menyerang Roro.Dengan Selendang Naga ditangan, Roro tak gentar, Selendan
Dahulu kala ada seorang pertapa sakti yang bernama eyang Wijayasoma. Karena kesaktiannya yang sangat tinggi, eyang Wijayasoma dianugrahkan oleh para dewa sebuah kesaktian yang bernama Titah Dewa atau Kutukan Dewa, apapun yang diucapkannya akan menjadi kenyataan. Eyang Wijayasoma memiliki seorang sahabat yang bernama Dasamuka. Dasamuka bukanlah sebangsa lelembut ataupun siluman tapi mereka adalah bangsa raksasa. Keduanya bersahabat. Satu kegemaran eyang Wijayasoma dan Dasamuka yaitu mengumpulkan dan berburu benda pusaka.Suatu hari, eyang Wijayasoma dan Dasamuka berburu sepasang naga hingga ke puncak Gunung Bromo, dengan kesaktiannya, eyang Wijayasoma dan Dasamuka berhasil menaklukkan dan menangkap sepasang naga tersebut. Oleh eyang Wijayasoma, sepasang naga tersebut dibuatkan wadah untuk ditempati, wadah tersebut berupa tombak yang akhirnya dinamakan Tombak Naga Kembar.Tombak Naga Kembar menjadi sebuah pusaka tanpa tanding diantara semua pusaka dewa yang ada,
“Mungkin sebagai wanita, Roro terlalu berani mengatakan cinta pada seorang laki-laki, tapi Roro tak mau membohongi perasaan Roro pada kakang, kakanglah lelaki pertama yang bisa menumbuhkan cinta dan kepercayaan Roro pada laki-laki... Selama ini Roro selalu benci namanya laki-laki, dan Roro juga tidak percaya dengan apa yang namanya cinta, tapi saat kakang hadir dihidup Roro, semuanya berubah”Roro terus saja bicara, sementara Bintang justru memasang wajah lucu dihadapan Roro.“Kenapa kang?”“Ah tidak... Roro tau kakang sudah punya berapa istri?” ucap Bintang lagi hingga kini wajah Roro berubah.“Lebih dari 1 kang?”. ucap Roro dan Bintang hanya mengangguk.“2” Bintang menggeleng“3.”. lagi-lagi Bintang menggeleng“4..”. ucap Roro mengangkat empat jarinya dan Bintang tersenyum seraya mengangguk.“Hebat”. ucap Roro singkat hingga mengej
“Serr”. tiba-tiba saja tubuh Bintang menghilang dari tangkapannya, Walaupun bertubuh besar, tapi gerakan Dasamuka tidak lambat, tapi Gerak Kilat Bintang lebih cepat. kemana sosok Bintang bergerak, kesana Dasamuka memburu. Untunglah Gerak Kilat Bintang lebih gesit hingga serangan demi serangan Dasamuka dihadapi Bintang dengan tenang.Pada suatu kesempatan, Bintang menghindari serangan Dasamuka dan langsung menempelkan telapak tangannya kedada Dasamuka, walau terlihat begitu lembut.“Blessshhhhh... Aaaakkkhhh!”. tiba-tiba saja Dasamuka berteriak keras menahan sakit seiring dengan terpental hebatnya tubuh besar Dasamuka hingga menghantam hancur gerbang istananya. Kejadian ini tentu saja mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu, sosok Dasamuka sendiri untuk beberapa saat tak kuasa untuk bangun dari jatuhnya. Baik mahluk raksasa maupun dari rombongan Guriwa, semua menatap kearah Bintang dengan tatapan takjub. Padahal semua meli
Bintang sendiri menyadari kekuatan dahsyat yang terkandung didalam Tombak Naga Kembar yang ada ditangan Dasamuka, Bintang menoleh kearah rombongan Guriwa dan yang lain yang tampak sibuk berusaha mempertahankan berdiri mereka karena goncangan yang terjadi. Terakhir tatapan Bintang mengarah kearah Roro yang saat itu juga tengah menatapnya. Bintang tersenyum.“Cringg!”. Bintang mencabut lepas pusaka Keris Kyai Guntur yang ada dipinggang belakangnya. Keris yang terbuat dari batu petir ini terlihat biasa saja. Tapi saat Bintang menyalurkan Cakra Petir kedalam Keris Kyai Guntur, tiba-tiba saja keris ditangan Bintang mengeluarkan cahaya putih kilat-kilat petir yang dahsyat.“Hiyatttt..!!! craabb” tiba–tiba saja Bintang berteriak keras seraya menancapkan Keris Kyai Gunturnya kedalam tanah. Melalui Keris Kyai Gunturnya, Bintang mengerahkan jurus Cakra Petir membelah bumi.Segelombang keku
“Kakang dimana... kenapa pandangan Roro gelap”.“Kakang disini Roro...kakang disini”. Ucap Bintang yang langsung memeluk sosok Roro.“Aa...aku tak bisa melihatmu kakang, tapi aku bisa mendengarmu”. Ucap Roro lagi“Maafkan kakang Roro, selama ini kakang selalu bersikap dingin kepada Roro, karena ka”. ucapa Bintang terhenti saat Roro tiba-tiba saja menempelkan ujung jarinya dibibir Bintang.“Tidak apa-apa kang, Roro mengerti... kakang tak ingin Roro jatuh cinta sama kakang, makanya kakang bersikap dingin, tapi Roro benar-benar sudah jatuh cinta sama kakang, Roro ingin menjadi istri kakang”. ucap Roro berusaha menguatkan dirinyaBintang sendiri tak mampu untuk tak menitiskan air matanya melihat keadaan Roro yang sudah kepayahan.“Tapi sayang, sepertinya dikehidupan ini keinginan itu takkan terwujud. Kakang... mm..mau..kah kakang jadi suami Roro dikehidupan berikutnya”. ucap
“Kalian tidak apa-apa”. Ucap Bintang kearah Guriwa dan rombongan yang masih terpaku tak mampu mengucap apa-apa karena baru saja lolos dari kematian yang sangat mengenaskan. Tak menunggu jawaban, Bintang kembali berbalik menghadap kearah sosok Dasamuka yang masih berbentuk raksasa.“Hebat juga perisai pelindungmu bocah”. Ucap Dasamuka“Sudah cukup tindakanmu Dasamuka” ucap Bintang tegas.“Ha ha ha...! memang kau mampu menandingiku bocah, dengan Tombak Naga Kembar ditanganku ini tak ada yang bisa mengalahkanku..Ha ha ha...!”. ucap Dasamuka lagi tertawa. Tapi tiba-tiba saja tawa Dasamuka terhenti saat merasakan aura yang sangat aneh keluar dari tubuh Bintang.“Ini”. Dasamuka mencoba melihat jelas sosok Bintang yang begitu kecil dihadapannya, ditatapnya dengan jelas sosok Bintang yang kini tampak mengangkat telapak tangan kanannya.“Clab”. tiba-tiba saja dari jari manis Binta
Malam itu, eyang Mandalaksana memanggil Guriwa dan Jagat Lanang untuk menghadapnya. Dihadapan eyang Mandalaksana, Guriwa dan Jagat Lanang menceritakan apa yang sebenarnya terjadi di alam ghaib, dan tiba-tiba saja wajah eyang Mandalaksana berubah.“Apa! jadi cucuku Roro tewas!”. ucap eyang Mandalaksana sangat terkejut.“Benar guru, tapi Dasamuka kembali menghidupkan gusti Roro dengan menggunakan Tombak Naga Kembar”. Ucap Guriwa lagi.“Benar-benar pusaka tiada tanding”. ucap eyang Mandalaksana lagi seraya menoleh kearah sebelah kanannya, dimana tampak Tombak Naga Kembar yang dipajangnya diantara pusaka-pusaka yang lain.“Lanjutkan ceritamu Guriwa”. Ucap eyang Mandalaksana lagi, Guriwapun melanjutkan ceritanya. Dan lagi-lagi wajah eyang Mandalaksana berubah saat mendengar Dasamuka dan para anak buahnya tunduk dan bersujud dihadapan Bintang.“Benarkah itu Guriwa?”“Benar guru, Jag
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu