“Hai…hai…tuan muda kami ingin mentraktir nona-nona sekalian, harap nona-nona sekalian mau menerimanya”. Ucap aban lagi tak mau hilang muka.
“Katakan pada tuan mudamu, kami masih punya cukup uang untuk membayar makanan kami sendiri”. Salah seorang wanita itu berucap dengan ketus kepada aban.
“Hai…hai… tentu, tentu kami percaya nona-nona sekalian ini mampu membayar sendiri, tapi tuan muda kami hanya ingin mentraktir sebagai salam perkenalan”. Ucap aban lagi dengan genitnya.
“Katakan pada tuan mudamu, kami mana sudi berkenalan dengan orang yang sukanya bermain perempuan”. Kembali salah seorang wanita itu berucap. Ucapan ini membuat wajah aban berubah.
“Ha ha ha...! Rupanya nona-nona ini sudah mengenal hamba, tapi sayang berita yang nona-nona dengar itu tidak benar”. Tiba-tiba saja pemuda yang disebut tuan muda tadi sudah berada di sebelah aban. Aban terlihat mundur
“Lelaki sejati adalah lelaki yang bisa menepati ucapannya”. Sambung lembut Lian Nishang lagi, hingga membuat Putra Api benar-benar termakan oleh janjinya sendiri hingga dengan terpaksa harus kembali ke mejanya. Lian Nishang tampak kembali duduk ditempatnya, walaupun dengan kerudung setengah tertutup, tapi mata indah Lian Nishang tampak menyapu keseluruh penjuru isi rumah makan yang saat itu menatapnya, hanya disalah satu meja yang terlihat acuh tak acuh dengan keadaan disitu, meja itu adalah meja yang menjadi tempat duduk Bintang dan Yuki.Sementara itu Bintang dan Yuki telah menyelesaikan makan mereka, pelayan rumah makan segera datang menghampiri.“Sudah selesai tuan”“Sudah paman”“Bagaimana rasanya tuan?”“Lumayan enak paman”. Yuki tiba-tiba saja ikut menyahut.“Paman, bolehkan hamba bertanya arah kepada paman?”“Oh silahkan tuan pendekar, apa yang ingin
Senja baru saja datang, mega-mega merah masih menghias di ufuk barat, sang suryapun bersiap-siap ke peraduannya, sepasang muda-mudi tampak berjalan santai menatapi jalan ditepian sebuah hutan. Yang satu adalah seorang pemuda berparas tampan berpakaian merah berbalut jubah biru yang membungkus ketat tubuhnya. Rambutnya terurai rapi dengan ekor kuncir kuda, bersibak tertiup angin semilir senja itu. Diantara kedua alisnya, terlihat sebuah tanda merah yang berbentuk berlian merah. Sebuah pedang besarpun tampak tersampir di punggung tubuhnya, melihat sosok dan penampilannya, pemuda tampan yang sudah hampir berusia 27 tahunan ini tak lain adalah Bintang, si Ksatria Pengembara.Di depannya seorang gadis yang selalu tersenyum ceria tampak berjalan dengan penuh kegembiraan, rautnya wajahnya cantik dan imut, kulitnyapun begitu putih bak salju, matanya sedikit sipit ditambah bentuk bibir ranum yang begitu memikat bagi siapa saja yang memandangnya, umurnya belianya diperkirakan baru beru
Beberapa hari berlalu, sebuah goa besar yang terdapat di kaki sebuah gunung, tampak didepan pintu goa, sepasang sosok terlihat tengah berjaga, yang paling menggenaskan dari kedua sosok tersebut adalah topeng tengkorak yang mereka kenakan.Bila kita menapak masuk kedalam goa tersebut, ternyata didalamnya goa tersebut sangatlah luas, terlihat berbagai jalan lorong yang entah menuju kemana, tapi semakin kita masuk kedalam semakin tambah luas keadaan didalam goa tersebut.Di salah ruangan, tepatnya ditengah-tengah goa tersebut, terlihat sebuah singgasana emas terlihat bertengger di puncak undakan batu. Diatasnya terlihat duduk sesosok tubuh yang tinggi besar dengan didampingi 2 orang wanita cantik yang bertubuh menggairahkan. Sesekali salah seorang wanita itu tampak menyuapi sosok lelaki bertopeng tengkorak dengan untaian anggur yang ada ditangannya.Di belakang singgasana emas terlihat sebuah patung besar berbentuk iblis bertanduk dua, dengan memegang sebuah tombak
Sebuah jalan yang diapit oleh dua tebing terjal membentang dihadapan Bintang dan Yuki. “Menurut orang yang kita tanya kemarin, setelah melewati lembah tebing ini, kita akan tiba di pondok pesantren As-Siddiq itu kak”. Ucap Yuki seraya menghela keringat diwajahnya. Memang siang itu matahari memancar dengan teriknya.“Semakin cepat kita sampai semakin baik”. Ucap Bintang lagi seraya melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Yuki mengikutinya dari belakang.Baru beberapa langkah keduanya melangkah memasuki lembah tebing terjal tersebut, Bintang berbisik pelan. “Tetaplah berada didekat kakak Yuki, sepertinya ada beberapa orang yang telah menunggu kita dari atas tebing”. Yuki terkejut, dengan cepat wajahnya terangkat, tapi tak ada satupun orang yang terlihat seperti yang dikatakan Bintang. Tapi Yuki percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bintang.“Siapa mereka kak ?”“Entahlah, mungkin orang-orang Sekte Pemuja
Melihat puluhan orang pengikut Sekte Pemuja Iblis yang telah menyerang kedepan, Bintang hanya menarik napas panjang, sepertinya tidak ada jalan lain kecuali melumpuhkan orang-orang Sekte Pemuja Iblis tersebut.“Yuki, pergunakan jurus ‘Totokan 5 Benua’”. Ucap Bintang lagi kepada Yuki yang berada tak jauh darinya. Selama berada di bukit pedang selain berguru pada si Raja Pedang, Bintang juga mengajari beberapa jurus milikinya kepada Hisui Yuki, salah satunya adalah jurus ‘Totokan 5 Benua’ pemberian kakek peramal 5 benua padanya.“Baik kak”. Ucap Yuki tersenyum gembira, karena ini kesempatan baginya untuk membuktikan kehebatan jurus yang dipelajarinya dari Bintang.Sementara itu Bintang sendiri segera menyambut serangan puluhan orang Sekte Pemuja Iblis yang datang kepadanya dengan jurus lembut. Yaitu jurus ‘Tai Chi’ miiknya. “Seorang diri melawan sekelompok orang&r
“Menghadapimu, aku tak perlu mencabut pedangku”. Ucap Yuki dengan mudahnya hingga semakin membuat lawannya emosi.“Jangan salahkan aku kalau wajah cantikmu tergores jurus pedangku”. Jenderal Pedang segera membuka langkah ‘Tigabelas Jurus Pedang Titisan Naga Langit’nya.“Heaaattt...!!!”“Wuutt..wuutt...wuuttt.”. Jenderal Pedang mengawali serangan ‘Tigabelas Jurus Pedang Titisan Naga Langit’nya. Bagaikan ekor naga yang menyerang kedepan, serangan Jenderal Pedang berduyun-duyun datang menyerang. Tapi Yuki terlihat masih tenang ditempatnya, barulah saat serangan Jenderal Pedang mendekat, Yuki melangkah kedepan menyambut serangan dahsyat Jenderal Pedang.Dengan jurus ‘Langkah Ajaib’nya, serangan pertama berhasil dihindari oleh Yuki dengan sempurna, tapi serangan Jenderal Pedang tak berhenti disitu saja, begitu serangan pertamanya lewat begitu saja, de
“Kedua tanganku masih cukup mampu untuk mengalahkanmu Jenderal Golok, majulah!”. ucap Bintang dengan tegas. Tapi hal ini justru membuat emosi Jenderal Golok naik.“Bersiaplah menerima jurus pertamaku, ‘Mengalahkan Lautan’, heaaattt!”. sosok gemuk Jenderal Golok langsung berkelebat kedepan, hebat, walaupun tubuhnya gemuk, tapi Jenderal Golok mampu bergerak cepat melancarangan serangan.Serangan Jenderal Golok tak main-main, jurus ‘Mengalahkan Lautan’ miliknya mampu menciptakan serangan bagaikan deburan ombak dilautan yang menyerang silih henti. Hebatnya serangan yang dilancarkan oleh Jenderal Golok membuat Bintang berdecak kagum.Kejap berikutnya dengan jurus ‘Kelana Pemabuk’nya Bintang menghindari setiap serangan golok ‘Mengalahkan Lautan’ milik Jenderal Golok. “Sial... serangannya selalu meleset satu inchi dari tubuhnya”. batin Jenderal
Melihat serangan badai api yang menggulung yang datang kearahnya, Bintang segera menyalurkan hawa dingin dari tenaga dalam Rembulan Dinginnya ke tangan kanannya, dan ; “Wush.. bleppp...!”. hebat serangan dashyat dari golok ‘Kobaran Api’ milik Jenderal Golok bisa ditahan Bintang dengan sebelah tangan kanannya yang sudah terangkum tenaga dalam Rembulan Dinginnya. Yang lebih mengejutkan Jenderal Golok tiba-tiba saja ‘Kobaran Api’ dari goloknya padam dan serangkum hawa dingin langsung menyerang kearah tangannya yang menjalar dari golok ditangannya.“Hup.”. Jenderal Golok cepat menarik kembali goloknya dan bersalto mundur. “Gila, hawa panas ‘Kobaran Api’ku bukan saja bisa dipadamkannya, tapi serangan hawa dinginnya langsung menjalar ketubuhku”. Batin Jenderal Golok lagi seraya menatap kearah Bintang dengan seksama. Kini mata Jenderal Golok mulai terbuka untuk mengen
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu