Malam telah semakin larut, sebagian mahluk sudah terlelap dalam tidurnya, di bukit pedang. Malam itu Bintang tengah menghadap Raja Pedang.
“Murid sudah menyempurnakan jurus terakhir Pedang Aura guru”. Ucap Bintang lagi.
“Bagus... kau memang murid yang berbakat Bintang”. Ucap Raja Pedang lagi tersenyum puas. Tapi walaupun begitu Bintang tetap dapat melihat sirat-sirat aneh diwajah gurunya, Raja Pedang.
“Maaf guru, apakah ada yang menganggu pikiran guru?” Bintang memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya. Raja Pedang terlihat menghela nafas panjang.
“Bintang.. saat ini usiaku sudah hampir mencapai 100 tahun, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasakan kalau usiaku tidak akan lama lagi untuk bertemu dengan guruku”. Ucap Raja Pedang lagi. Wajah Bintang berubah mendengar hal itu.
“Jangan berkata seperti itu guru ? murid yakin guru akan berumur panjang”. Ucap Bintang lagi mencoba
Beberapa hari berlalu, malam ini adalah malam kelima Bintang mendapatkan pengajaran jurus Pedang Pusaka Langit dari Raja Pedang. Tapi anehnya kali ini, tidak seperti 4 jurus pada malam-malam sebelumnya, jurus terakhir dari Pedang Pusaka Langit gagal Bintang kuasai. Jurus Kebenaran Semesta, bahkan di malam-malam berikutnyapun Bintang tetap gagal menguasai jurus kebenaran semesta dari jurus Pedang Pusaka Langit, hingga ;“Dirimu masih dikuasai hawa nafsu duniawi Bintang, oleh karena itulah sangat sulit bagimu untuk menerima jurus kebenaran semesta”. Ucap Raja Pedang akhirnya, Bintang terdiam karena apa yang dikatakan oleh Raja Pedang benar adanya, selama ini sulit sekali bagi Bintang untuk mengendalikan hawa nafsu yang ada didalam dirinya.“Untuk mengendalikan hawa nafsumu, aku akan mengirimmu kepada sahabatku Syekh Muhammad Karim al Qusyairi, dia adalah sahabatku juga sekaligus guruku.. dulu dialah yang menyadarkanku saat aku
Ada satu rombongan yang cukup menarik perhatian ditempat itu, rombongan yang terdiri dari 8 orang, sekali dilihat dapat dipastikan ke 8 orang tersebut adalah wanita, ini dapat dilihat dari bentuk tubuh yang sangat menggoda dari ke 8 orang tersebut, walaupun raut wajah ke 8nya kurang terlihat jelas dikarenakan kerudung putih yang menutupi kepala mereka hingga tubuh mereka, tapi rambut mereka yang hitam memanjang tampak dibiarkan tergerai keluar dari balik kerudung. Kesemuanya tampak mengenakan pakaian berwarna putih selaras dengan kerudung putih yang mereka kenakan, yang paling menarik perhatian adalah pakaian bawah yang begitu rendah yang mereka kenakan, hingga kemulusan paha mereka terlihat dengan jelas memancing setiap mata nakal laki-laki yang ada ditempat itu. Dibagian kaki mereka tampak terbungkus dengan sepatu indah yang juga berwarna putih beralur emas. Sesekali saat kerudung mereka tersingkap, terlihatlah seraut wajah cantik nan jelita di balik kerudung putih yang mereka ken
“Hai…hai…tuan muda kami ingin mentraktir nona-nona sekalian, harap nona-nona sekalian mau menerimanya”. Ucap aban lagi tak mau hilang muka.“Katakan pada tuan mudamu, kami masih punya cukup uang untuk membayar makanan kami sendiri”. Salah seorang wanita itu berucap dengan ketus kepada aban.“Hai…hai… tentu, tentu kami percaya nona-nona sekalian ini mampu membayar sendiri, tapi tuan muda kami hanya ingin mentraktir sebagai salam perkenalan”. Ucap aban lagi dengan genitnya.“Katakan pada tuan mudamu, kami mana sudi berkenalan dengan orang yang sukanya bermain perempuan”. Kembali salah seorang wanita itu berucap. Ucapan ini membuat wajah aban berubah.“Ha ha ha...! Rupanya nona-nona ini sudah mengenal hamba, tapi sayang berita yang nona-nona dengar itu tidak benar”. Tiba-tiba saja pemuda yang disebut tuan muda tadi sudah berada di sebelah aban. Aban terlihat mundur
“Lelaki sejati adalah lelaki yang bisa menepati ucapannya”. Sambung lembut Lian Nishang lagi, hingga membuat Putra Api benar-benar termakan oleh janjinya sendiri hingga dengan terpaksa harus kembali ke mejanya. Lian Nishang tampak kembali duduk ditempatnya, walaupun dengan kerudung setengah tertutup, tapi mata indah Lian Nishang tampak menyapu keseluruh penjuru isi rumah makan yang saat itu menatapnya, hanya disalah satu meja yang terlihat acuh tak acuh dengan keadaan disitu, meja itu adalah meja yang menjadi tempat duduk Bintang dan Yuki.Sementara itu Bintang dan Yuki telah menyelesaikan makan mereka, pelayan rumah makan segera datang menghampiri.“Sudah selesai tuan”“Sudah paman”“Bagaimana rasanya tuan?”“Lumayan enak paman”. Yuki tiba-tiba saja ikut menyahut.“Paman, bolehkan hamba bertanya arah kepada paman?”“Oh silahkan tuan pendekar, apa yang ingin
Senja baru saja datang, mega-mega merah masih menghias di ufuk barat, sang suryapun bersiap-siap ke peraduannya, sepasang muda-mudi tampak berjalan santai menatapi jalan ditepian sebuah hutan. Yang satu adalah seorang pemuda berparas tampan berpakaian merah berbalut jubah biru yang membungkus ketat tubuhnya. Rambutnya terurai rapi dengan ekor kuncir kuda, bersibak tertiup angin semilir senja itu. Diantara kedua alisnya, terlihat sebuah tanda merah yang berbentuk berlian merah. Sebuah pedang besarpun tampak tersampir di punggung tubuhnya, melihat sosok dan penampilannya, pemuda tampan yang sudah hampir berusia 27 tahunan ini tak lain adalah Bintang, si Ksatria Pengembara.Di depannya seorang gadis yang selalu tersenyum ceria tampak berjalan dengan penuh kegembiraan, rautnya wajahnya cantik dan imut, kulitnyapun begitu putih bak salju, matanya sedikit sipit ditambah bentuk bibir ranum yang begitu memikat bagi siapa saja yang memandangnya, umurnya belianya diperkirakan baru beru
Beberapa hari berlalu, sebuah goa besar yang terdapat di kaki sebuah gunung, tampak didepan pintu goa, sepasang sosok terlihat tengah berjaga, yang paling menggenaskan dari kedua sosok tersebut adalah topeng tengkorak yang mereka kenakan.Bila kita menapak masuk kedalam goa tersebut, ternyata didalamnya goa tersebut sangatlah luas, terlihat berbagai jalan lorong yang entah menuju kemana, tapi semakin kita masuk kedalam semakin tambah luas keadaan didalam goa tersebut.Di salah ruangan, tepatnya ditengah-tengah goa tersebut, terlihat sebuah singgasana emas terlihat bertengger di puncak undakan batu. Diatasnya terlihat duduk sesosok tubuh yang tinggi besar dengan didampingi 2 orang wanita cantik yang bertubuh menggairahkan. Sesekali salah seorang wanita itu tampak menyuapi sosok lelaki bertopeng tengkorak dengan untaian anggur yang ada ditangannya.Di belakang singgasana emas terlihat sebuah patung besar berbentuk iblis bertanduk dua, dengan memegang sebuah tombak
Sebuah jalan yang diapit oleh dua tebing terjal membentang dihadapan Bintang dan Yuki. “Menurut orang yang kita tanya kemarin, setelah melewati lembah tebing ini, kita akan tiba di pondok pesantren As-Siddiq itu kak”. Ucap Yuki seraya menghela keringat diwajahnya. Memang siang itu matahari memancar dengan teriknya.“Semakin cepat kita sampai semakin baik”. Ucap Bintang lagi seraya melangkahkan kakinya terlebih dahulu. Yuki mengikutinya dari belakang.Baru beberapa langkah keduanya melangkah memasuki lembah tebing terjal tersebut, Bintang berbisik pelan. “Tetaplah berada didekat kakak Yuki, sepertinya ada beberapa orang yang telah menunggu kita dari atas tebing”. Yuki terkejut, dengan cepat wajahnya terangkat, tapi tak ada satupun orang yang terlihat seperti yang dikatakan Bintang. Tapi Yuki percaya dengan apa yang dikatakan oleh Bintang.“Siapa mereka kak ?”“Entahlah, mungkin orang-orang Sekte Pemuja
Melihat puluhan orang pengikut Sekte Pemuja Iblis yang telah menyerang kedepan, Bintang hanya menarik napas panjang, sepertinya tidak ada jalan lain kecuali melumpuhkan orang-orang Sekte Pemuja Iblis tersebut.“Yuki, pergunakan jurus ‘Totokan 5 Benua’”. Ucap Bintang lagi kepada Yuki yang berada tak jauh darinya. Selama berada di bukit pedang selain berguru pada si Raja Pedang, Bintang juga mengajari beberapa jurus milikinya kepada Hisui Yuki, salah satunya adalah jurus ‘Totokan 5 Benua’ pemberian kakek peramal 5 benua padanya.“Baik kak”. Ucap Yuki tersenyum gembira, karena ini kesempatan baginya untuk membuktikan kehebatan jurus yang dipelajarinya dari Bintang.Sementara itu Bintang sendiri segera menyambut serangan puluhan orang Sekte Pemuja Iblis yang datang kepadanya dengan jurus lembut. Yaitu jurus ‘Tai Chi’ miiknya. “Seorang diri melawan sekelompok orang&r