Dari kejauhan terlihat 4 sosok tubuh tengah menaiki tangga menuju ke puncak kuil Istana Dewa. Semakin dekat semakin terlihat jelas ke-4 sosok tersebut. Tapi sulit mengenali sosok ke-4nya, karena tubuh keempatnya terlihat ditutupi oleh jubah hitam yang menutupi ujung kepala hingga ujung kaki.
Tak seberapa lama kemudian, ke-4 sosok itu sudah tiba dihadapan Pangeran Kegelapan yang tengah menunggunya. Hampir bersamaan ke-4nya terlihat langsung membuka jubah hitam yang menutupi wajah mereka, dan ;
“Jadeblin”. ucap Pangeran Kegelapan dengan wajah berubah saat mengenali sosok lelaki tua yang kini ada dihadapannya.
“Kakak”. Goldblin yang saat itu ada disebelah Pangeran Kegelapanpun ikut terkejut.
Dihadapan mereka memang telah berdiri 4 sosok, yang berada paling depan adalah sosok seorang Lelaki tua dengan rambut dan janggungnya terlihat sudah memutih, tapi pandangan matanya begitu tajam dan menakutkan. Lelaki tua ini merupakan orang keperc
Negeri Budha dalam beberapa hari ini telah dihebohkan dengan munculnya seorang pendekar wanita dengan kemampuan yang sangat tinggi sekaligus mengerikan. Bagaimana tidak, hanya dalam beberapa hari saja, sudah banyak pendekar yang berhasil dikalahkannya, diantaranya yang paling terkenal Tung Huang ketua gerombolan rampok Naga Pasir, Si Kapak Maut Dan Gai Gan Si Seribu Tapak.Kemenangannya telah menggemparkan dunia persilatan, kabar yang beredar dari mulut ke mulut menyebutkan kemampuan tinggi dan mengerikan yang dimiliki si gadis selain memiliki senjata kecapi yang sangat mengerikan juga kungfu yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat luar biasa. Tewasnya gerombolan-gerombolan rampok yang semula merajalela ditanah India ini, kini harus berfikir ribuan kali apabila mendengar namanya. Tapi walaupun menjadi momok yang sangat menakutkan bagi mereka, tidak ada satupun diantara mereka yang mengetahui nama gadis jelita berkemampuan tinggi tersebut, hanya saja beberapa diantara mereka
Sebuah patung BUDHA RAKSASA terlihat berdiri megah diatas sebuah bukit, begitu tingginya sampai-sampai dari jarak belasan li pun masih bisa terlihat, bila kita melihat lebih dekat, tenyata diatas masih ada 6 patung budha yang tidak sebesar patung Budha raksasa yang berbaris disekitar patung Budha raksasa. Di atas bukit itu tampak puluhan bahkan mungkin ratusan orang telah berdiri memadati tempat itu, semuanya terlihat mengenakan pakaian seperti layaknya seorang brahmana.Sebuah singgasana emas terlihat kokoh berdiri dibawah kaki patung Budha raksasa, disekitar singgasana emas itu terlihat pula berjejer kursi-kursi batu yang tampak telah diduduki oleh para brahmana yang sepertinya memiliki jabatan yang cukup tinggi di perkumpulan itu.SEKTE BUDHA HIDUP. Demikianlah nama perkumpulan ini, sebuah sekte besar yang ada dinegeri India dengan jumlah pengikut yang sangat banyak. Sekte Budha Hidup dipimpin oleh seorang brahamana agung yang bernama Jin Rulai Shan atau yang lebih
“Hamba sudah mengirimkan mata-mata keberbagai tempat, dan informasi yang hamba dapat mengenai Ksatria Pengembara adalah sangat mengejutkan... nama besar Ksatria Pengembara bukan saja besar dinegeri India, tapi juga di tibet dan didataran tengah”. Ucap Chie Tian Sie lagi hingga semakin menarik perhatian.“Lanjutkan!”“Didataran tengah, nama Ksatria Pengembara sudah dianggap sebagai seorang pahlawan yang membantu meruntuhkan kekuasaan dinasti Yuan, di tibet nama Ksatria Pengembara sangat terkenal saat dia berhasil memenangkan sayembara maut yang diadakan oleh Dewi Kecapi, di sayembara itu Ksatria Pengembara berhasil mengalahkan jago-jago nomor satu dunia persilatan”. jelas Chie Tian Sie lagi menyelesaikan penyelidikannya. Apa yang ceritakan Chie Tian Sie si Pelindung Langit cukup membuat wajah-wajah yang ada ditempat itu berubah, kecuali wajah ketua Jin Rulai yang terlihat tersenyum.“Benar-benar lawan yang pantas untuk di
Gurun Thar, sebuah gurun yang ada diperbatasan India. Gurun padang pasir yang luas dan sangat jarang turun hujan, hingga panasnya yang menyengat begitu terasa dikulit saat siang hari. Tapi diberbagai belahan gurun terdapat berbagai kota yang menyediakan banyak penginapan dan tempat makan untuk para pengembara yang kebetulan melewati tempat itu.Hal ini pula yang terjadi disalah satu sudut kota yang ada di padang gurun thar. Diantara ratusan orang yang sibuk dengan segala macam aktivitasnya, sesosok tubuh terlihat tengah asyik menikmati makanan yang ada dihadapannya, wajahnya tak terlihat karena tertutup oleh sebuah caping bambu. Tapi dari lekuk tubuhnya dapat dipastikan kalau sosok ini adalah seorang wanita. Mengenakan pakaian seputih sutra. Hiruk pikuk suasana yang ada ditempat itu tampak tidak sedikitpun menganggu ketenangannya dalam menikmati hidangan.“Apakah kalian sudah mendengar berita terbaru dunia persilatan saat ini?”. sebuah suara terdengar di sa
Angin berhembus kencang, menaburkan pasir-pasir keudara, menerbangkan apa saja yang dilewatinya. Matahari terlihat bersinar terik siang itu, tapi hal itu seakan tak mempengaruhi sosok-sosok yang kini tengah saling berhadapan ditengah-tengah padang gurun pasir tersebut. Bukan hal yang asing lagi bila terjadi pertarungan di padang gurun pasir ini, walaupun terkadang karena masalah sepele. Tapi ada yang menarik dari sosok-sosok ini, dimana dibagian yang kiri adalah sekelompok para rahib dengan kalungan tasbih besar yang menggantung dileher mereka. Melihat sosok dan penampilan mereka, ke-4 rahib ini tak lain adalah Pelindung Empat Arhat dari sekte Budha Hidup.Beberapa langkah di hadapan Pelindung Empat Arhat, berdiri pula sepasang muda-mudi yang tengah menggandeng kuda mereka. Yang satu adalah sosok pemuda tampan berpakaian putih berjubah biru, dengan rambut ekor kuda dan pandangan mata yang tajam membuat sosok pemuda ini terlihat tampan beribawa. Sebuah pedang besar berhulu see
Pelindung Empat Arhat sendiri terlihat mulai semakin kewalahan melancarkan serangan bertubi-tubi kearah lawannya, keringat telah membanjiri wajah dan pakaian mereka, tanpa mereka sadari, jurus Kijang Kelana yang dipergunakan oleh lawan mereka telah menguras tenaga mereka. Hingga tiba-tiba :”Mundur!” Tung Xi berteriak keras memperingatkan saudara-saudara perguruannya, dengan serta merta Pelindung Empat Arhat langsung melompat mundur. Hal ini digunakan Bintang untuk segera mengambil nafas seraya meredakan nafasnya yang memburu.“Ternyata nama besar Ksatria Pengembara bukanlah nama kosong”. ucap rahib Tung Cia, salah satu dari Pelindung Empat Arhat.“Sekarang kau akan merasakan kehebatan jurus Totokan Zen yang kami miliki” sambung Tung Xi lagi. Hampir bersamaan Pelindung Empat Arhat langsung memperlihatkan jurus-jurus Totokan Zen yang mereka miliki. Empat jurus totokan yang sangat berbeda satu sama lain.
Jubah biru dibagian punggung yang Bintang kenakan terlihat sobek cukup besar akibat serangan Geledek Zen tadi. Tapi satu keanehan terjadi, secara perlahan jubah yang sobek itu mulai menutupi sobekannya dan akhirnya kembali seperti sedia kala. Wajah ke-4 rahib Pelindung Empat Arhat ini terlihat berubah saat melihat hal itu.Perlahan tapi pasti Bintang mulai bangkit berdiri. Belum lagi hilang rasa terkejut Pelindung Empat Arhat ini, tiba-tiba saja sosok Bintang sudah mengeluarkan hawa putih disekujur tubuhnya, hawa putih yang secara perlahan mulai membentuk asap tipis yang keluar dari tubuh Bintang. Inilah Energi Putih dari Jurus Leluhur. Perlahan rasa sakit yang mendera dipunggungnya mulai hilang seiring dengan keluarnya asap tipis dari sekujur tubuh Bintang.“Jangan biarkan dia untuk memulihkan diri!”. ucap rahib Tung Xi memberikan perintah kepada adik-adik seperguruannya yang lain.“Benar, ayo kita serang kembali den
Jurus Bintang kali ini sangat berbeda dari jurus-jurus yang sebelumnya, gerakan Bintang terlihat begitu lemah lembut, hebatnya, angin yang berhembus kencang yang ada ditempat itu seakan mengikuti kemana gerakan Bintang bergerak. Jurus yang diperlihatkan oleh Bintang membuat serangan ke-4 Pelindung Empat Arhat ini berhenti, semuanya terpaku melihat keindahan jurus yang diperlihatkan oleh Bintang, bahkan sosok putri Virgo yang tadi khawatir melihat Bintang terdesak oleh serangan ke-4 Pelindung Empat Arhat kini balik menatap kagum.Tai Chi, sebuah jurus yang menyatu dengan alam, bergerak indah mengikuti semilir angin. Sungguh sebuah jurus yang sangat mengagumkan.“Jurus lemah seperti itu takkan bisa menahan Tasbih Dewa kami”. Ucap rahib Tung Xi lagi”Ayo kita serang!”.“Hyattt.....bettt...betttt...bettttt...betttt”. ke-4 Pelindung Empat Arhat kembali menyerang kedepan dengan Tasbih Dewa mereka. Tidak seperti sebelumnya, B
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu