Share

32. Bagian 13

Penulis: KSATRIA PENGEMBARA
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Sosok biru itupun terlihat menyambut serangan Kun Yu dengan sangat cepat pula hingga dalam sekejap saja, pertarungan dahsyat itupun terjadi, tapi hal itu tak berlangsung lama, saat tiba-tiba saja sosok Kun Yu terpental hebat kebelakang saat merasakan satu tenaga kuat telah mementalkan tubuhnya. Dengan bersalto beberapa kali, Kun Yu berhasil menjejakkan kakinya kembali dengan mulus.

Kini beberapa langkah dihadapannya telah berdiri sosok seorang pemuda tampan berpakaian putih dengan jubah biru langit, dengan rambut kuncir kuda. Kun Yu terlihat mengenyitkan pandangannya kearah pemuda yang memang tak lain adalah Bintang. Putri Virgo yang berusaha bertahan ditempatnya juga ikut memandang pemuda yang baru saja menyelamatkan dirinya.

“Berani sekali tuan mencampuri urusan Sekte Budha Hidup. Ada hubungan apa tuan dengannya?”. ucap Kun Yu lagi tegas.

“Maaf kalau hamba harus ikut campur, rasanya kurang pantas seorang pendekar menyerang lawan yang sudah ti

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 14

    “Sombong sekali”. Ucap Kun Huan dengan gusar.“Sekte Budha Hidup, adalah sekte terkuat didunia persilatan, menolak tantangan berarti tuan telah menghina sekte dan ketua kami”. ucap Kun Yu lagi.“Maaf kalau perkataan hamba tadi telah menyinggung tuan-tuan, tapi sungguh hamba tidak bermaksud demikian.. Hamba hanya merasa tak pantas untuk menerima tantangan ketua Sekte Budha Hidup”. Ucap Bintang lagi.“Nama besar tuan karena telah mengalahkan Tuan Muda Hararaya sebagai pewaris Tapak Budha bukan sebuah omong kosong belaka, ketua kami hanya ingin membuktikan kemampuan tuan.. Harap tuan tidak menolaknya”. Ucap Jodhaa bai lagi.“Sekali lagi tolong sampaikan permohonan maaf hamba kepada ketua kalian.. Hamba tidak bisa menerima tantangannya”. Ucap Bintang teguh pada keputusannya. Ucapan Bintang bukan saja mengejutkan semua orang yang ada ditempat itu, tapi juga mengejutkan ketiga Pelindung Sekte

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 15

    Di tempatnya, Bintang sendiri cukup terkejut melihat hal itu, menyadari kalau kedua lawannya tidak main-main lagi, maka Bintangpun segera membuka langkahnya. Merapatkan kedua tangan, mengangkat dan bergerak membelah, memunculkan wujud sebuah pedang raksasa, wujud dari jurus Bangsawan Membelah Matahari, rapalan ke-6 dari Jurus Leluhur.“Bodhi Satva Agung Tiada Tanding..heaaa!”. pukulan dahsyat Bodhi Ungupun berkiblat kedepan.“Bangsawan Membelah Matahari. Yeaahhh...!”. Bintangpun tak mau kalah, jurus dahsyat Bangsawan Membelah Matahari yang sudah terangkum ditangannyapun berhembus kedepan.“Duar...duarr...duarr...duarr...buummm.”. beberapa kali terjadi ledakan besar akibat dari bertemunya kedua pukulan dahsyat itu. “Akhh...akhhh”. sosok Kun Yu dan Kun Huan terlihat terpekik dan terlempar jauh dari tempatnya berada, sementara itu Bintang terlihat dengan mulus menj

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 16

    Cukup lama Bintang menyerap racun yang ada di tubuh Putri Virgo hingga keringat membanjiri tubuh dan wajahnya, keadaan Putri Virgopun tak jauh berbeda. Racun keluar seiring dengan butiran keringat yang keluar dari tubuhnya. Harum semerbak yang keluar dari tubuh Putri Virgo segera meringkupi tempat itu. “Brakkk.!”. tiba-tiba saja pintu kamar terdobrak dengan keras, hal ini kontan membuat mata Bintang dan Putri Virgo dan secara spontan menoleh kearah pintu.Sesosok tubuh berdiri diambang pintu dengan tatapan mata membesar, seakan tak percaya dengan apa yang dilihat didepan matanya.“Adik kim”. batin Bintang saat mengenali sosok yang berdiri diambang pintu, sosok gadis jelita yang tiba-tiba saja muncul dikamar itu memang tak bukan adalah Putri Kim Si Hyang adanya. Tanpa sadar linangan air matanya mengalir melihat apa yang ada dihadapannya, entah apa yang ada pikirannya, tiba-tiba saja sosok Putri Kim Si Hyang berbalik dan melesat pergi. Bintang ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 17

    Sesosok gadis yang mengenakan pakaian putih berlapis biru terlihat memacu kudanya dengan cepat melintas gurun padang pasir yang berada di utara negeri para budha. Wajahnya tak terlihat jelas karena tertutup oleh cadar putih, hal ini dilakukan untuk menghindari debu padang pasir yang berterbangan. Entah apa yang menganggunya, hingga memacu kudanya bagaikan tanpa arah, linangan air mata terlihat mengalir dikedua matanya, meninggalkan jejak air mata disepanjang langkah lari kaki kudanya.Entah sudah seberapa lama dia menggebah kudanya, hingga akhirnya dirinya tiba disebuah danau kecil yang ada ditengah-tengah gurun pasir itu, sang gadis cepat menghentikan langkah kaki kudanya. Sejenak pandangan kosongnya terlihat mengarah kearah danau kecil itu, kini kian terlihat deraian air mata yang mulai mengering. Sang gadis terlihat turun dari pelana kudanya, dengan perlahan dibawanya kudanya untuk minum diair danau tersebut, sedangkan dirinya sendiri terlihat berteduh disebuah pohon rinda

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 18

    “Aku tak sudi ditemani oleh orang-orang yang tak berguna seperti kalian”. Ucapan Putri Kim Si Hyang bukan saja mengejutkan gerombolan rampok Badai Gurun Thar, seketika wajah mereka memerah menahan amarah.“Benar-benar gadis yang tak bisa diajak kompromi, biar aku beri pelajaran kak”. Ucap Tung Cay tak sabar, sosoknya berkelebat kedepan, melancarkan serangan berupa sabetan ular, sasaran Tung Cay memang bukan diri, melainkan hanya ingin merobek pakaian sang gadis, tapi sayang Tung Cay tidak menyadari kalau yang dihadapinya kali ini bukanlah gadis sembarangan.Dengan gerakan yang sangat ringan dan luwes, Putri Kim Si Hyang bergerak menghindar sabetan tangan ular Tung Cay, serangan demi serangan dahsyat dan cepat dilancarkan oleh Tung Cay, tapi tetap saja tak mampu sedikitpun menyentuh sang gadis.Di tempatnya, Tung Huang terlihat memperhatikan jalannya pertarungan dengan seksama, dengan pengalamannya selama ini, Tung Huang menyad

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 19

    “Lari! huh, tidak ada kamus lari dalam hidupku.... rasakan seranganku berikutnya, kita lihat apakah kekuatanmu lebih unggul dari jurusku yang satu ini, Membelah Lautan heaaa... Ting. Ting!”. Segelombang serangan tajam dahsyat mengarah kearah Tung siung yang saat itu terus melesat diudara, yakin akan kekuatannya, Tung siung tidak mengendurkan serangannya, hingga ; angin tajam yang tercipta dari serangan Kecapi Dewa terlihat membentuk sebuah serangan membelah, Tung siung hanya menahannya dengan satu tangannya, dan ; “Crabbb.....crassss!!”. hasilnya sungguh mengejutkan sekali, tubuh Tung siung terbelah dari ujung kepala hingga ujung kaki, mengerikan sekali.Sementara itu Putri Kim Si Hyang sendiri kini sudah kembali turun dengan ringannya, tidak ada rasa kasihan yang terlihat dari serangan Putri Kim Si Hyang, tewasnya Tung siung membuat nyali para orang-orang gerombolan rampok Badai Gurun Thar semakin ciut nyalinya, hanya Tung Huan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 20

    Malam berjalan lambat, rembulanpun tampak bersinar redup malam itu, angin dan debu pasir bercampur baur beterbangan semakin menambah kelamnya malam itu. Di salah satu sudut gurun, diantara bebatuan bukit yang menjulang, seonggok cahaya api terlihat, bila kita menilik lebih dekat, ternyata nyala api itu berasal dari sebuah api unggun yang sesekali berkobar saat diterpa angin.“Cleetarrr......clleetarrrr” sesekali kilat menyambar, membuat pancaran sinar putih yang terang benderang. Segulungan awan hitam terlihat datang bergerombol dilangit.Suasana yang menandakan badai akan segera terjadi, tampak tidak begitu terpengaruh terhadap seorang pemuda yang tampak dengan tekun membolak balik ayam panggang yang ada diatas api unggunnya. Menilik wajah tampan dan pakaian yang dikenakannya, sosok pemuda berkuncit kuda ini tak lain adalah Bintang adanya. Setelah mendapatkan petunjuk dari sang pemilik penginapan, Bintangpun segera memacu kudanya untuk mencari Putri Kim Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Ksatria Pengembara Season 1   32. Bagian 21

    Matahari sudah naik sepemenggalan kepala, padang gurun thar terlihat membentang luas disepanjang mata memandang, kehidupan disebuah kota kecil yang ada di dataran padang gurun thar terlihat berjalan seperti biasanya, tempat ini merupakan tempat singgah bagi para pengembara yang ingin melintasi padang gurun thar. Hingga tak heran kehadiran banyak pendekar dari rimba persilatan ditempat itu yang sekedar ingin lewat ataupun beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Karena letaknya yang strategislah maka penduduk yang ada di kota ini lebih memilih usaha tempat penginapan ataupun tempat makan.Di sebuah tempat makan yang ada disalah satu sudut kota itu, tampak dipenuhi oleh banyak pengunjung, orang biasa dan para pendekar bercampur baur ditempat itu. Sebenarnya tidak ada yang menarik di tempat makan ini, kecuali tiba-tiba saja dari pintu masuk bermunculan sosok-sosok laki-laki yang bertampang sangar. Melihat gelagat yang tidak baik itu, beberapa orang terlihat segera

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 20

    Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 19

    Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 18

    SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 17

    Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 16

    Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 15

    Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 14

    “Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 13

    Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y

  • Ksatria Pengembara Season 1   87. Bagian 12

    Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu

DMCA.com Protection Status