Sesosok gadis yang mengenakan pakaian putih berlapis biru terlihat memacu kudanya dengan cepat melintas gurun padang pasir yang berada di utara negeri para budha. Wajahnya tak terlihat jelas karena tertutup oleh cadar putih, hal ini dilakukan untuk menghindari debu padang pasir yang berterbangan. Entah apa yang menganggunya, hingga memacu kudanya bagaikan tanpa arah, linangan air mata terlihat mengalir dikedua matanya, meninggalkan jejak air mata disepanjang langkah lari kaki kudanya.
Entah sudah seberapa lama dia menggebah kudanya, hingga akhirnya dirinya tiba disebuah danau kecil yang ada ditengah-tengah gurun pasir itu, sang gadis cepat menghentikan langkah kaki kudanya. Sejenak pandangan kosongnya terlihat mengarah kearah danau kecil itu, kini kian terlihat deraian air mata yang mulai mengering. Sang gadis terlihat turun dari pelana kudanya, dengan perlahan dibawanya kudanya untuk minum diair danau tersebut, sedangkan dirinya sendiri terlihat berteduh disebuah pohon rinda
“Aku tak sudi ditemani oleh orang-orang yang tak berguna seperti kalian”. Ucapan Putri Kim Si Hyang bukan saja mengejutkan gerombolan rampok Badai Gurun Thar, seketika wajah mereka memerah menahan amarah.“Benar-benar gadis yang tak bisa diajak kompromi, biar aku beri pelajaran kak”. Ucap Tung Cay tak sabar, sosoknya berkelebat kedepan, melancarkan serangan berupa sabetan ular, sasaran Tung Cay memang bukan diri, melainkan hanya ingin merobek pakaian sang gadis, tapi sayang Tung Cay tidak menyadari kalau yang dihadapinya kali ini bukanlah gadis sembarangan.Dengan gerakan yang sangat ringan dan luwes, Putri Kim Si Hyang bergerak menghindar sabetan tangan ular Tung Cay, serangan demi serangan dahsyat dan cepat dilancarkan oleh Tung Cay, tapi tetap saja tak mampu sedikitpun menyentuh sang gadis.Di tempatnya, Tung Huang terlihat memperhatikan jalannya pertarungan dengan seksama, dengan pengalamannya selama ini, Tung Huang menyad
“Lari! huh, tidak ada kamus lari dalam hidupku.... rasakan seranganku berikutnya, kita lihat apakah kekuatanmu lebih unggul dari jurusku yang satu ini, Membelah Lautan heaaa... Ting. Ting!”. Segelombang serangan tajam dahsyat mengarah kearah Tung siung yang saat itu terus melesat diudara, yakin akan kekuatannya, Tung siung tidak mengendurkan serangannya, hingga ; angin tajam yang tercipta dari serangan Kecapi Dewa terlihat membentuk sebuah serangan membelah, Tung siung hanya menahannya dengan satu tangannya, dan ; “Crabbb.....crassss!!”. hasilnya sungguh mengejutkan sekali, tubuh Tung siung terbelah dari ujung kepala hingga ujung kaki, mengerikan sekali.Sementara itu Putri Kim Si Hyang sendiri kini sudah kembali turun dengan ringannya, tidak ada rasa kasihan yang terlihat dari serangan Putri Kim Si Hyang, tewasnya Tung siung membuat nyali para orang-orang gerombolan rampok Badai Gurun Thar semakin ciut nyalinya, hanya Tung Huan
Malam berjalan lambat, rembulanpun tampak bersinar redup malam itu, angin dan debu pasir bercampur baur beterbangan semakin menambah kelamnya malam itu. Di salah satu sudut gurun, diantara bebatuan bukit yang menjulang, seonggok cahaya api terlihat, bila kita menilik lebih dekat, ternyata nyala api itu berasal dari sebuah api unggun yang sesekali berkobar saat diterpa angin.“Cleetarrr......clleetarrrr” sesekali kilat menyambar, membuat pancaran sinar putih yang terang benderang. Segulungan awan hitam terlihat datang bergerombol dilangit.Suasana yang menandakan badai akan segera terjadi, tampak tidak begitu terpengaruh terhadap seorang pemuda yang tampak dengan tekun membolak balik ayam panggang yang ada diatas api unggunnya. Menilik wajah tampan dan pakaian yang dikenakannya, sosok pemuda berkuncit kuda ini tak lain adalah Bintang adanya. Setelah mendapatkan petunjuk dari sang pemilik penginapan, Bintangpun segera memacu kudanya untuk mencari Putri Kim Si
Matahari sudah naik sepemenggalan kepala, padang gurun thar terlihat membentang luas disepanjang mata memandang, kehidupan disebuah kota kecil yang ada di dataran padang gurun thar terlihat berjalan seperti biasanya, tempat ini merupakan tempat singgah bagi para pengembara yang ingin melintasi padang gurun thar. Hingga tak heran kehadiran banyak pendekar dari rimba persilatan ditempat itu yang sekedar ingin lewat ataupun beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanannya. Karena letaknya yang strategislah maka penduduk yang ada di kota ini lebih memilih usaha tempat penginapan ataupun tempat makan.Di sebuah tempat makan yang ada disalah satu sudut kota itu, tampak dipenuhi oleh banyak pengunjung, orang biasa dan para pendekar bercampur baur ditempat itu. Sebenarnya tidak ada yang menarik di tempat makan ini, kecuali tiba-tiba saja dari pintu masuk bermunculan sosok-sosok laki-laki yang bertampang sangar. Melihat gelagat yang tidak baik itu, beberapa orang terlihat segera
“Dengan tangan kosongpun aku masih sanggup melenyapkan orang-orang busuk seperti kalian!”. Putri Kim justru membalas ucapan Tung Huang dengan tajam.“Sudah! tangkap saja Gai Gan, atau biar aku yang menangkapnya.”. ucap si kapak maut lagi geram. Mendengar hal itu, Gai Ganpun tak ingin menunda-nunda waktu lagi.“Kalau begitu maafkan hamba nona”. Ucap Gai Gan lagi seraya membuka kedua tapaknya.“Jangan sungkan, atau kau yang akan menyesal!”. Ucap Putri Kim lagi mengangkat tangannya mempersilahkan lawannya untuk menyerangnya terlebih dahulu. Menyadari kalau lawannya bukanlah gadis sembarangan yang bisa dengan mudah ditundukkan, Gai Ganpun tak ingin gegabah, dan jurus andalannyapun dikerahkan.“Hyattt”. sosok Gai Gan melompat tinggi keudara, ditempatnya Putri Kim Si Hyang telah bersiap menyambutnya.“Seribu Jejak, heaa”. Gai Gan langsung mengerahkan
“Ini belum seberapa, rasakan jurusku yang kedua, Mengoyak Lautan, heaaa.... brasshhh”. Kristal Salju musnah begitu Kapak Maut mengeluarkan jurus barunya, tidak berhenti sampai disitu saja, Kapak Maut melanjutkan serangannya. Putri Kim Si Hyang masih kaget melihat serangan Kristal Saljunya dapat dipatahkan dengan mudah oleh lawannya, serangan berikutnya begitu tiba-tiba hingga tak mungkin bagi Putri Kim Si Hyang untuk menghindar, kecuali memapakinya. “Plakk...plakk...deggggg”. kedua-duanya saling terlempar kebelakang akibat beradunya tenaga dalam keduanya, hanya saja Kapak Maut lebih beruntung karena menggunakan kapak raksasanya, sedangkan Putri Kim Si Hyang harus menggunakan tenaga dalam pada tangannya untuk memapaki serangan. “Hugg”. Putri Kim terlihat menahan sakit ditubuhnya, rupanya luka dalam telah menderanya. Hal ini cukup membuat Putri Kim Si Hyang menggeram kesal.Tak perduli dengan luka dalam
Di hadapan mereka Putri Kim Si Hyang telah berdiri dengan sebuah seruling putih ditangannya, itulah Seruling Es milik Putri Kim Si Hyang. Rupanya saat melompat naik keatap, Putri Kim Si Hyang langsung meraih senjata pusakanya, Seruling Es.“Sekali lagi kuperingatkan, kalau kalian masih ingin melihat matahari besok. Segera tinggalkan tempat ini!”. ucap Putri Kim lagi dengan tegas.Ketiga lawannya terlihat saling pandang satu sama lain, seakan ragu untuk meneruskan tujuan mereka menangkap Putri Kim Si Hyang.“Kita sudah disini, jika kita mundur, mau dimanakan muka kita didunia persilatan”. Ucap Tung Huang mantap.“Benar, dengan menggabungkan kekuatan kita bertiga, belum tentu kita bisa dikalahkan”. Ucap Gai Gan“Baik, ayo kita kalahkan dia!”.Tung Huang segera merapal jurus pamungkasnya, Makam Naga Pasir, seketika pasir-pasir ditempat itu berterbangan dan membentuk bayangan naga pa
ISTANA DEWA adalah kuil dewa yang berada negeri para dewa, kuil dewa terdiri dari beberapa tingkatan kuil, dimana disetiap tingkatnya dijaga oleh seorang ksatria jubah emas yang dikenal sebagai 12 Pelindung Dewa. Kebesaran dan keagungan nama 12 Ksatria Jubah Emas Pelindung Istana Dewa sudah terkenal dan diakui diseluruh penjuru belahan bumi.Di puncak kuil Istana Dewa.“Pangeran telah tiba...!”. sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu. Seiring dengan itu tiga sosok tubuh muncul diruangan tersebut.“Semoga pangeran menjadi raja diraja dunia”. Terdengar para ke-11 Ksatria Jubah Emas menjura hormat dengan berlutut.Sosok yang baru saja memasuki ruangan tersebut adalah dua sosok yang berbeda umur. Yang berada paling depan adalah sosok yang juga mengenakan pakaian serba merah seperti layaknya pakaian seorang pengantin pria, Melihat raut wajahnya, kita tentu mengenal sosok pemuda tersebut yang tak lain adalah Pangeran Kegelap
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu