Sebuah goa yang terletak diselatan ibukota kerajaan Wijayanagara, goa ini terlihat tidak cukup besar, bahkan keberadaannyapun terlihat cukup tersembunyi diantara celah-celah rerimbunan semak belukar yang tumbuh liar di sekitarnya. Didalam goa terlihat sebuah lorong panjang, tidak ada cahaya yang masuk hingga kegelapan meringkupi goa tersebut.
Di kegelapan malam, lima sinar putih melesat masuk dengan kecepatan tinggi kedalam goa tersebut, terus bergerak cepat melintasi lorong panjang goa tersebut. Tak seberapa lama kemudian, kelima cahaya tersebut sudah tiba diujung lorong dan tiba disebuah ruangan besar yang terlihat terang oleh obor-obor yang tertancap disekeliling ruangan goa tersebut. Ditengah-tengah goa, terlihat sebuah meja batu, dimana diatasnya terlihat duduk seorang kakek tua berpakaian pertapa tengah tenggelam dialam tapa semadinya, yang mengerikan dari sosok kakek ini adalah dikepalanya terlihat sebuah mahkota tengkorak, dilehernyapun tampak tergantung kalung tengko
Malam berikutnya di istana Wijayanagara, tepatnya didalam sebuah ruangan kecil, dimana didalamnya terlihat sosok Bintang dan Tabib Tangan Budha tengah saling duduk berhadapan.“Mohon bantuannya Tabib”. Ucap Bintang lagi.“Hamba akan menjaga raga tuan Bintang dengan nyawa hamba”. Ucap Tabib Tangan Budha mantap. Bintang terlihat tersenyum mendengar hal itu. Lalu Bintangpun mulai mengambil sikap bersemadi. Sementara itu Tabib Tangan Budha yang ada dihadapan Bintang terlihat memperhatikan dengan seksama.Mulut Bintang terlihat berkomat kamit, seperti yang telah direncanakan semula, Bintang akan menggunakan sebuah ajian yang baru sekali digunakannya, yaitu ajian ‘Kelana Sukma’ pemberian Mbah Suro kepada Bintang, semacam ilmu ‘Meraga Sukma’.“Weess...”. tiba-tiba saja Tabib Tangan Budha merasakan ada kibasan angin dingin yang meringkupi tempat itu. Entah dari mana asalnya, padahal ruangan itu
TIGA hari sudah berlalu semenjak Bintang meraga sukma, hal ini mulai membuat khawatir orang-orang yang ada di istana Wijayanagara, tapi jelas yang paling khawatir adalah Putri Kim Si Hyang. Bahkan saat ini bersama Tabib Tangan Budha, Putri Kim Si Hyang sudah berada diruangan tempat Bintang melakukan tapa semadi.“Tuan Bintang berpesan kalau sampai dalam 3 hari 3 malam tuan Bintang tidak kembali ke jasadnya, itu berarti tuan Bintang dalam bahaya”. Ucap Tabib Tangan Budha lagi memberikan penjelasannya kepada Putri Kim Si Hyang. Mendengar hal itu semakin khawatirlah Putri Kim Si Hyang. Tapi apa yang bisa dilakukannya ?“Kakak...”. Putri Kim Si Hyang terlihat menitiskan air matanya melihat sosok Bintang yang diam mematung.“Kreaakk...”. Putri Kim Si Hyang segera melangkah keluar dari ruangan tersebut, diluar sudah menanti maharaja Harihara Raya, Perdana Menteri tuan Bukka Raya dan beberapa orang petinggi istana kerajaan Wijayanaga
Malam terus berjalan, rembulan tampak bersinar redup malam itu. Tak banyak Bintang yang malam itu ikut menemani sang rembulan mayapada langit. Sekelebat bayangan biru berkelebat cepat menembus kegelapan malam. Melintas cepat melewati hutan belantara tak jauh dari wilayah kerajaan Wijayanagara. Begitu cepatnya sosok itu berkelebat sampai-sampai kegelapan malam membuat sosoknya sulit untuk diikuti kelebatannya.Ilmu peringan tubuhnya begitu sempurna, sampai-sampai sulit untuk menebak sosok bayangan biru yang berkelebat itu adalah laki-laki atau wanita. Saat sosok bayangan itu mencapai sebuah kuil tua yang ada ditengah hutan belantara tersebut, bayangan biru berhenti dan kini terlihatlah sesosok tubuh ramping yang mengenakan pakaian biru berlapis sutra putih yang menutupi sekujur tubuh rampingnya. Setengah wajahnya terlihat tertutup oleh sebuah cadar yang juga berwarna biru, tapi walaupun begitu, melihat bentuk dan sosok penampilannya kita sudah dapat menebak kalau sosok itu ada
Hari berlalu dengan cepat, sebuah rumah megah berdiri tepat ditengah-tengah kota Wijayanagara, beberapa prajurit terlihat berjaga dipintu gerbang rumah megah tersebut. Melihat hal tersebut, dapat dipastikan kalau rumah megah tersebut merupakan rumah milik bangsawan kerajaan Wijayanagara dan dugaan memang tidak salah. Rumah itu memang merupakan rumah salah orang nomor satu dinegeri Wijayanagara. Rumah perdana menteri kerajaan Wijayanagara, tuan Bukka Raya.Saat itu tuan Bukka Raya tengah berada diruang kerjanya, tengah mengamati beberapa lembar kertas yang ada ditangannya. Sesaat kemudian seorang prajurit datang menghadap dan menjura hormat.“Ada apa?”“Tuan muda ingin bertemu tuan menteri”. Ucap prajurit itu, tuan Bukka Raya menghentikan pekerjaannya dan mengangkat wajahnya.“Dimana tuan muda berada?”“Di aula utama tuan menteri”“Baik, katakan padanya. Sebentar lagi hamba akan datang men
Keesokan malam, secara diam-diam Putri Ahisma Raya dan Tabib Tangan Budha dengan diam-diam membawa jasad Bintang dengan cara memasukkannya kedalam sebuah gerobak tua untuk menghindari kecurigaan para penjaga kerajaan. Dengan ditarik oleh 2 ekor kuda jantan hitam yang gagah, gerobak tua yang membawa jasad Bintang itu melaju meninggalkan wilayah Wijayanagara.Sementara itu didalam goa, tempat kediaman Achak Adahy si dukun hitam dari negeri India. Saat ini Achak Adahy terlihat tengah tenggelam dialam tapa semadinya, tiba-tiba saja air yang ada didalam belanga yang ada dihadapan Achak Adahy bergejolak dengan hebat, hingga membuat Achak Adahy membuka kedua matanya.Sesaat Achak Adahy terlihat menggerakkan tangan kanannya diatar air belanga yang bergejolak tersebut seraya membaca mantra yang tak jelas maksudnya. Tiba-tiba saja air yang bergejolak didalam belenga tersebut kembali diam dan secara mengejutkan dari air belanga tersebut terlihat sebuah gerobak tua dengan du
“Crasshhh...crasshhh...crasshhh”. beberapa batu besar terlihat hancur berantakan begitu tersenyum kuku Achak, tapi rupanya pertahanan jurus Tabib Tangan Budha mampu mengatasi serangan Achak.Pertarungan berlangsung sengit, tanpa terlihat kalau keduanya akan mengalah, serangan ganas yang dilancarkan oleh Achak benar-benar sangat luar biasa, kuku tajamnya bergaung menebar maut disekeliling tubuh Tabib Tangan Budha, untung saja jurus Memutar Roda Dharma milik Tabib Tangan Budha memiliki pertahanan yang sangat sulit ditembus, hingga Achak sidukun hitam semakin marah dibuatnya.Memasuki jurus ke 28, Achak Adahy sidukun hitam melompat mundur kebelakang dalam langsung mengubah gerakannya.“Hebat juga tuan hamba, coba tuan hamba hadapi jurus Penghancur Tulang dan Batu hamba ini.... hyatt...hyattt”. sosok Achak Adahy kembali berkelebat kedepan dengan jurus mautnya. jurus Penghancur Tulang dan Batu adalah ke-6 dari
Dengan masih tertawa keras, sosok Achak kini melangkah kearah sosok Tabib Tangan Budha yang juga mulai terlihat sadar dari keadaannya. Dan belum lagi Tabib Tangan Budha menyadari keadaannya, tiba-tiba saja dadanya sudah diinjak keras oleh Achak, sidukun hitam.“Sudah saatnya tuan hamba mati ditangan hamba tabib”. Ucap Achak lagi seraya mengangkat tangan kanannya siap menghabisi Tabib Tangan Budha. Tabib Tangan Budha sendiri hanya terlihat pasrah untuk menerima nasibnya. Luka dalam yang dideritanya benar-benar tak kuasa untuk menghalangi niat Achak yang ingin menghabisinya.“Berhenti!”. tiba-tiba saja sebuah suara keras membahana ditempat itu hingga membuat Achak menghentikan niatnya untuk segera menghabisi Tabib Tangan Budha. Sejenak Achak terlihat mengalihkan pandangannya kearah asal suara dan berubahlah wajah Achak saat melihat sesosok jelita yang berdiri beberapa tombak dihadapannya, tapi yang lebih mengejutkan Achak adalah apa yang ada
Ternyata tabung yang tadi dipecahkan oleh Putri Ahisma Raya adalah tabung yang berisi sukma Bintang, begitu tabung tersebut pecah, sukma Bintang langsung keluar dan melesat masuk kedalam raganya yang tergeletak tak jauh dari situ. Begitu sukmanya kembali ketubuhnya Bintang segera tersadar dan sangat terkejut melihat sosok Achak tengah berdiri dihadapan sosok bugil Putri Ahisma Raya. Tanpa menunda waktu lagi, Bintangpun segera berkelebat dan dengan kekuatan penuh Bintang melemparkan tubuh Achak. Achak yang sudah dikuasai oleh nafsu birahinya tak kuasa untuk menghindar. Hingga dia harus merelakan tubuhnya yang hancur lebur menghantam bebatuan yang ada dalam goa tersebut yang langsung menimpa tubuhnya.“Tuan putri tidak apa-apa?”. terdengar suara lembut Bintang, bukannya menjawab pertanyaan Bintang, Putri Ahisma Raya justru langsung memeluk Bintang dengan erat dan menumpahkan air mata kebahagiaannya didada Bintang. Putri Ahisma Raya benar-benar tak kuasa menahan tang
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu