PEGUNUNGAN Himalaya terbentang luas disepanjang mata memandang, hanya hamparan salju dan gunung salju yang berdiri kokoh, menjulang tinggi mencakar langit. Hawa dingin terasa begitu kentara disalah satu puncak pegunungan Himalaya. Sore itu serombongan orang yang berjumlah 7 orang terlihat tengah mendaki pundak pegunungan dengan susah payah. Dari pakaian yang mereka kenakan, dapat dipastikan kalau mereka adalah para prajurit kerajaan.
Entah sudah berapa lama ke-7nya berjalan melewati pegunungan Himalaya, dari wajah mereka terlihat jelas rasa dingin dan lelah bersatu padu menjadi satu. Sosok yang berada paling depan sepertinya yang menjadi pemimpin diantara mereka. Sosok laki-laki berwajah tampan dengan kumis tipis menghiasi diatas bibirnya. Tidak seperti yang lain, lelaki ini tampak mengenakan sorban sutra dikepalanya. Pakaiannyapun lebih terlihat mewah dibanding yang lain. Sebilah pedang tampak tersampir dipinggangnya. Sesaat lelaki ini memberikan tanda untuk berhenti kepada
“Nama hamba Bukka Raya, siapakah nama tuan kalau boleh hamba tahu?”. ucap Bukka Raya lagi membuka pembicaraan.“Nama hamba Bintang tuan Bukka Raya”. Ucap Bintang tersenyum.“Maaf, kalau boleh hamba tahu, apakah gubuk ini kepunyaan Dewi Salju?” ucap Bukka Raya lagi dengan suara bergetar“Benar, dugaan tuan tidak salah. Tapi tuan-tuan jangan khawatir, Dewi Salju saat ini tengah pergi, mungkin 1-2 minggu lagi baru kembali.”. ucap Bintang lagi tersenyum melihat wajah-wajah yang ada dihadapannya terlihat menarik nafas lega.“Tuan-tuan sendiri kenapa bisa berada disini?”. tanya Bintang lagi, dan terlihat wajah-wajah yang ada dihadapannya saling pandang, seakan ragu untuk menyampaikannya kepada Bintang.“Jika tuan-tuan berat untuk menyampaikannya. Tuan-tuan tidak perlu mengutarakannya”. Ucap Bintang cepat menyadari tindakannya.“Oh, bukan begitu, maaf tuan. Sebenarnya kam
PAGI baru saja datang, mentaripun belum lagi menampakkan dirinya di ufuk timur, hanya bias keemasan saja yang terlihat memancar terang menerangi alam jagat raya ini. Dipuncak pegunungan Himalaya, seorang pemuda terlihat baru saja melangkah keluar dari dalam sebuah pondok, dia memang tak lain adalah Bintang adanya, Bintang memang sengaja keluar pagi-pagi untuk melihat longsor yang begitu bergemuruh tadi malam.Dari kejauhan Bintang dapat melihat reruntuhan salju yang longsor tadi malam, tapi tiba-tiba saja Bintang menyipitkan pandangan. Ketajaman pandangan mata Bintang dapat melihat sesuatu yang mencurigakan diantara timbunan salju tersebut. Bintang langsung mengerahkan aji Mata Dewa pemberian dewa kera padanya untuk mempertajam pandangannya.Di kejauhan sana, Bintang dapat melihat sebuah tangan yang keluar dari timbunan salju, yakin dengan pandanganya, Bintangpun berkelebat cepat. “Serrrr”. tubuh Bintang berkelebat dengan cepat menuruni salju tebal
Sosok Lan Yan kini sudah terlihat begitu cantik dan anggun, Lan Yan sudah kembali mengenakan pakaian putih yang berlapis dengan pakaian sutra berwarna merah. Rambutnya yang panjang terlihat ditatanya dengan begitu indah dengan sebuah mahkota emas kecil diatas kepalanya, dikeningnya yang putih dan mulus terlihat untaian permata menghias, sepasang anting mutiara tersampir indah dikedua belah telinganya, dilehernya yang jenjang dan indah itu tersampir sebuah kalung berlian bermata merah, bibirnya yang begitu merah merekah begitu menggoda untuk setiap lelaki yang memandangnya, sosoknya yang begitu anggun dan cantik ditambah penampilannya yang begitu memikat, membuat sosok Lan Yan begitu mempesona. Dipinggang kanannya terlihat sebuah pedang tersampir, sedangkan dipinggang kirinya terlihat benda bulat berbentuk gelang besar tersampir.“Wow.”. hanya itu yang terdengar terucap dari bibir Bintang, Bintang tak mampu menyembunyikan keterpesonaannya melihat sosok cantik, jeli
BEBERAPA minggu berlalu. Sebuah kotaraja tampak berdiri dengan megah dan indahnya. Ditengah-tengah kota, sebuah istana terlihat berdiri dengan megahnya, dipintu gerbang istana, beberapa orang prajurit terlihat tengah berjaga dipintu gerbang masuk istana. Kota raja itu terlihat begitu padat dengan segala aktifitasnya, masing-masing orang seakan tak perduli dengan apa yang terjadi disekitar mereka, semua sibuk dengan urusannya masing – masing. Kota raja itu merupakan ibukota dari kerajaan Wijayanagara. Kekaisaran Wijayanagara adalah kekaisaran di India Selatan yang berbasis di Dataran Tinggi Dekkan. Marahaja Harihara Raya nama rajanya.Saat ini Maharaja Harihara Raya tengah mengadakan pertemuan dengan para pejabat istananya, diruangan pertemuan yang begitu megah dan indah itu terlihat sudah berkumpul belasan orang pejabat tinggi kerajaan Wijayanagara.“Panggilkan Tabib Tangan Budha kemari”. Terdengar suara Maharaja Harihara Raya menggema di
Dari India kita melompat kembali ke pegunungan Himalaya, ketempat kediaman Dewi Salju. Siang itu ; “Hyatt....hyaattt...weerrr...werrrrr.”. seorang pemuda tampan berjubah biru tampak tengah berlatih ilmu kanuragan didepan sebuah gubuk milik Dewi Salju. Melihat raut wajah dan penampilannya, pemuda ini tak lain adalah Bintang adanya. Bintang mencoba menghangatkan tubuhnya dengan berlatih, hawa dingin di tempat itu benar-benar dingin menusuk. Bintang mengerahkan seluruh hawa inti surya yang dimilikinya hingga terasa tempat itu mulai panas. “Hyatttt.....wuusshh... bummm..”. satu ledakan keras terjadi saat Bintang melepaskan pukulan hawa inti suryanya hingga menimbulkan satu lobang besar. Bintang tersenyum puas melihat hal itu. “Kakak!”. sebuah suara keras membahana di tempat itu, Bintang memalingkan wajahnya. “Adik kim”. Ucap Bintang tersenyum saat melihat sesosok gadis berparas cantik nan jelita tengah berdiri bersama seorang wanita tua tak jauh darinya. Begitu dekat, sosok gadis yang
Beberapa hari berlalu meninggalkan hari-hari penuh kemesraan diantara Bintang dan Putri Kim Si Hyang yang betul-betul menikmati kebersamaan mereka. Hari ini Bintang dan Putri Kim Si Hyang berniat untuk berpamitan dengan Dewi Salju untuk melanjutkan perjalanan mereka.“Sebelum kalian pergi meninggalkan tempat ini, aku punya satu permintaan Bintang, aku harap kau bisa memenuhinya”. Ucap Dewi Salju lagi.Bintang terdiam sesaat dan ; “Mudah-mudahan hamba sanggup dewi”. Ucap Bintang lagi.“Kim sudah banyak bercerita tentang kehebatanmu. Hari ini ijinkan aku untuk merasakan sedikit kemampuanmu, apakah kau bersedia?”. ucap Dewi Salju lagi hingga membuat wajah Bintang berubah. Sejenak Bintang mengalihkan pandangannya kearah Putri Kim Si Hyang yang terlihat hanya mengangkat kedua bahunya.“Baiklah aku terima, tapi dengan satu syarat dewi”“Katakan apa syaratmu Bintang?”“Jika aku bisa
Dewi Saljupun menyadari hal itu, dan ; “Blaarrrrrrrr”. satu ledakan besar terjadi dimana dari ledakan dahsyat itu, sosok Dewi Salju dan Bintang sama-sama terlempar jauh kebelakang. Tapi kedua-duanya mampu mengendalikan lontaran tubuh mereka dengan bersalto beberapa kali hingga akhirnya jatuh ketanah dengan mantap.“Kim... Pinjam Seruling Esmu”. Ucap Dewi Salju lagi. Putri Kim Si Hyang terlihat ragu untuk memberikannya.“Cepat kim, aku ingin menguji sejauh mana kehebatan jurus Auman Naga dipuncak Himalaya”. Ucap Dewi Salju lagi sedikit keras. Akhirnya mau tak mau, Putri Kim Si Hyang akhirnya melemparkan juga Seruling Es miliknya kepada gurunya tersebut.“Tapp”. mantap Dewi Salju menangkap Seruling Es tersebut ditangannya.“Nah Bintang, keluarkan pusakamu. Aku ingin menguji kehebatan Seruling Es ini dengan pusaka pedangmu”. Ucap Dewi Salju lagi.“Tapi ini sangat berbahaya dewi
Beberapa waktu berlalu. Sebuah kotaraja terlihat begitu ramai dengan segala aktifitasnya. Masyarakat awam dan orang-orang dari rimba persilatan berbaur menjadi satu. Diantaranya adalah sepasang muda-mudi yang kini tampak menggandeng dua kuda mereka untuk berjalan menyusuri jalan kota raja tersebut.Di sepanjang langkah keduanya menyusururi jalan kotaraja tersebut, keduanya selalu memancing pandangan orang-orang yang ada disekitarnya, banyak diantara mereka berdecak kagum dengan kecantikan sosok gadis yang berjalan bersama pemuda tersebut.Sosok gadis yang mengundang perhatian banyak orang tersebut bukan saja berparas cantik nan jelita tapi juga terlihat begitu anggun, mengenakan pakaian putih yang berlapis dengan pakaian sutra berwarna biru. Rambutnya yang panjang terlihat ditatanya dengan begitu indah dengan sebuah mahkota emas kecil bertahtakan diatas kepalanya dan dihiasi dengan butiran-butiran mutiara yang berkilau bila diterpa cahaya, sepasang anting mutiara tersa
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu