“Tidak apa-apa pak Deevalto?”. tanya putri Kim Si Hyang lagi seolah tak perduli dengan para prajurit yang ada disekitarnya yang kini sedang mengagumi kecantikan dan keanggunannya. Tapi yang paling jengkel adalah sang patih yang tadi bertanya bahkan duduk dihadapannya, ditinggalkan begitu saja.
Dengan kode tangannya, sang patih memberikan perintah kepada para prajuritnya untuk menangkap sang gadis. 2 orang prajurit terlihat melangkah maju dan ingin menangkap putri Kim Si Hyang yang saat itu masih membantu pak Deevalto.
Sesaat lagi kedua tangan 2 orang prajurit itu ingin menyentuh putri Kim Si Hyang, tiba-tiba saja tubuh keduanya terdiam. Melihat keanehan itu, wajah sang patih langsung berubah. Segera diperintahkannya para prajurit yang lain untuk menangkap sang gadis.
Seperti ke-2 prajurit yang tadi, para prajurit-prajurit yang lainpun ikut terdiam menjadi patung. putri Kim Si Hyang bangkit berdiri dan berbalik kearah sang patih.
“J
“Tolong mohon maafkan kami tuan”. Ucap Bintang lagi mencoba meminta maaf. Tapi sepertinya permintaan maaf Bintang tidak di indahkan oleh para prajurit yang kini sudah mulai merapat.Bahkan beberapa orang prajurit terlihat sudah mulai memegang kedua tangan Bintang, tapi dengan halus Bintang melepaskan tangannya, setiap kali prajurit ingin menyentuhnya, dengan gerakan halus Bintang melepaskannya.“Tangkap pengacau itu!”. perintah sang patih dengan lantang, hingga dengan serentak para prajurit langsung maju kedepan.Melihat hal ini, Bintang hanya mampu menarik nafas panjang, sungguh berat bagi Bintang untuk memperpanjang masalah ini, tapi belasan orang prajurit bersenjata sudah siap untuk menangkapnya, membuat Bintang tidak bisa berbuat lain kecuali menghadapinya.Bintang membuka langkahnya, dengan gerakan yang sangat lembut Bintang menghindari serangan-serangan para prajurit yang kini semakin gencar kearahnya. Melihat gerakan B
“Trang....trangg....tranggggg....sregg...sreggg....sreggg”. terdengar beberapa kali benturan terjadi diudara, tapi hanya sekejap saja, ketiganya sudah tak berdaya dengan serangan aneh yang dilancarkan oleh Bintang, seketika saja tubuh mereka menjadi sasaran pedang Bintang. Sosok ke-4nya sudah turun kembali kebawah, dan alangkah terkejutya ketiga lawan Bintang, kini mereka sudah berdiri dengan pakaian yang sudah tidak utuh lagi, rupanya tadi Bintang telah membabat seluruh pakaian mereka, seketika mata ketiganya terbuka kalau lawan yang mereka hadapi saat ini bukanlah lawan biasa, kalau saja lawannya mau tadi pasti tubuh mereka sudah tercincang-cincang, Bintang sendiri masih berdiri dengan tenang di tempatnya menatap kearah tiga lawannya yang kini sudah terlihat gentar menghadapinya.Sang patih sendiri terlihat gentar untuk menghadapi Bintang, seluruh prajurit dan ditambah 3 orang kepercayaannya sudah takluk dengan mudah oleh Bintang. Saat itulah sosok seorang
ISTANA Wijayanagara tampak berdiri dengan kokohnya, bangunanya megah dan dijaga oleh para prajurit kerajaan yang gagah perkasa. Bintang dan putri Kim Si Hyang tampak menatap kagum kepada istana yang kini telah mereka masuki. Tuan muda Hararaya membawa mereka kesebuah ruangan dimana disitu sudah berkumpul para pejabat istana Wijayanagara bersama Maharaja Harihara Raya sendiri.Salah seorang prajurit tampak datang dan langsung menghaturkan sembah hormatnya.“Ada apa prajurit?”. ucap salah seorang menteri kerajaan Wijayanagara angkat bicara.“Ampun tuan perdana menteri, Tuan muda Hararaya ingin datang menghadap”. Ucap prajurit itu lagi.“Persilahkan masuk”. Ucap Maharaja Harihara Raya lagi ikut bicara. Tapi tak lama kemudian Tuan muda Hararayapun masuk bersama patih kumar dengan membawa Bintang dan putri Kim Si Hyang.Semuanya terlihat menjura hormat kepada Maharaja Harihara Raya termasuk Bintang dan putri
Tanpa menunggu waktu lagi, Maharaja Harihara Raya langsung bangkit berdiri dan meninggalkan ruangan itu.“Mari tuan Bintang ikut hamba”. Ucap tuan Bukka Raya ikut mengajak Bintang. Bintangpun mengangguk. Bersama yang lain, mereka segera mengikuti Maharaja Harihara Raya.Tak lama kemudian mereka sudah memasuki sebuah kamar yang begitu megah dan indah, dikamar itu terlihat empat orang dayang dan sesosok tubuh terbaring lemah diatas peraduan indah itu. Ke-4 datang terlihat sibuk menggerakkan kipas yang ada ditangan mereka. Maharaja Harihara Raya terlihat mendekati sosok yang tengah terbaring tersebut, tapi wajahnya terlihat memerah. Dialah putri Maharaja Harihara Raya, Putri Ahisma Raya.Maharaja Harihara Raya terlihat mendekatkan tangannya kearah kening putrinya. “Ahhh.”. Maharaja Harihara Raya cepat menarik tangannya saat merasakan panas yang amat sangat dari tubuh putrinya.Sementara itu Bintang yang berada tak jauh dari situ, terl
Malam itu Bintang dan putri Kim Si Hyang mendapatkan penghormatan perjamuan besar oleh Maharaja Harihara Raya untuk merayakan kesembuhan putrinya.“Hamba benar-benar mengucapkan ribuan terima kasih kepada tuan Bintang dan nyonya kim, karena sekarang putri hamba sudah sembuh.... sudah dua kali tuan Bintang menyelamatkan putri hamba”. Ucap Maharaja Harihara Raya lagi seraya menjura hormat kepada Bintang.“Tolong jangan begitu tuan raja, hamba hanya menjalankan kewajiban hamba sebagai sesama manusia untuk saling tolong menolong”. Ucap Bintang lagi merendah.“Tuan begitu rendah diri, hamba sungguh kagum kepada pribadi tuan, jika boleh hamba tahu, tuan Bintang dan nyonya ini berasal darimanakah?”. tanya Maharaja Harihara Raya lagi.“Hamba berasal dari tanah Jawa, negeri yang letaknya cukup jauh dari sini sedangkan istri hamba”. Bintang berhenti sejenak.“Nama hamba Kim Si Hyang, hamba dari dataran te
Malam semakin larut. Di kerajaan Wijayanagara, didalam sebuah kamar. Diatas sebuah peraduan indah yang alasnya terbuat dari sutra berwarna putih bersih. Begitu indah. Diatasnya dua sosok tubuh tengah saling duduk, yang satu adalah sosok seorang gadis berparas cantik nan jelita, kedua matanya terpejam, kedua tangannya terlihat bertaut didepan dada, sementara itu dibelakangnya seorang pemuda tampak tengah menempelkan kedua telapak tangannya pada punggung sang gadis. Melihat raut wajah keduanya, kita tentu dapat mengenali mereka. Mereka adalah Bintang dan Putri Kim Si Hyang sendiri. Saat ini Bintang memang tengah menyalurkan hawa murninya ketubuh Putri Kim Si Hyang untuk mengembalikan tenaga Putri Kim Si Hyang yang tadi terkuras sewaktu mengobati putri Ahisma Raya. Setelah dirasa cukup Bintang akhirnya menyudahi tindakannya. “Bagaimana keadaan adik sekarang?”. “Sudah lebih baik kak”. ucap Putri Kim Si Hyang lagi seraya merebahkan dirinya kepangkuan Bintang. Bintang hanya tersenyum meli
Wijayanagara adalah sebuah kerajaan besar yang berada di India Selatan yang berbasis di Dataran Tinggi Dekkan. Kekaisaran ini dinamai dari ibukotanya, Wijayanagara. Dalam kisah sebelumnya (Dendam & Asmara), dalam perjalanannya menuju ke Yunani, negeri para dewa, Bintang dan Putri Kim Si Hyang mampir ke India, saat itu Putri Ahisma Raya, puteri kerajaan Wijayanagara tengah menderita penyakit yang aneh, tapi berkat bantuan Bintang dan Putri Kim Si Hyang, Putri Ahisma Raya berhasil sembuh dari penyakitnya. Sudah hampir satu bulan Bintang dan Putri Kim Si Hyang berada di istana Wijayanagara.Saat ini di istana Wijayanagara tengah diadakan satu pesta besar untuk menyambut kesembuhan putri maharaja Harihara Raya. Putri Ahisma Raya. Baik didalam maupun diluar istana, perayaan dilangsungkan secara meriah. Untuk memperlihatkan kebahagiaannya, maharaja Harihara Raya memberikan jamuan besar kepada seluruh masyarakat kotaraja untuk bisa menikmati bersama kebahagiaan tersebut
Malam semakin larut, suasana kemeriahan sudah lama usai, keadaan kotaraja Wijayanagara sudah kembali senyap seperti biasa, beberapa orang prajurit terlihat sesekali berkeliling kota. Sementara itu di istana Wijayanagara, didalam sebuah kamar berukuran besar dan terkesan mewah. Dengan berbagai perlengkapan mewah didalamnya. Ditengah ruangan sebuah peraduan indah beralaskan sutra terlihat menghiasi kamar tersebut. Diatasnya terlihat dua sosok tubuh tengah terbaring lemas. Yang satu adalah sosok seorang pemuda yang sepertinya tengah tertidur lelap. Yang satunya lagi adalah sosok seorang wanita berparas cantik nan jelita yang tengah tertidur dengan memeluk dada bidang sang pemuda. Sebuah selimut besar tengah menutupi tubuh keduanya, tapi melihat dua onggok pakaian yang tergeletak dilantai, dapat dipastikan kalau kedua tubuh dibalik selimut tersebut tidaklah mengenakan pakaian selembar benangpun ditubuh mereka. Melihat raut wajah keduanya, kita tentu dapat mengenali mereka yang tak lain
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu