SEBUAH goa yang terdapat didataran tinggi negeri tibet. Tampak 2 sosok tubuh tengah memasukinya. Begitu sempitnya lorong goa tersebut hingga keduanya terpaksa harus berjalan menyamping. Yang berjalan paling depan adalah sosok seorang gadis dengan fostur tubuh tinggi semampai, mengenakan pakaian berwarna Putih beralur hitam yang membalut tubuh indahnya, wajahnya tampak tertutup oleh sebuah cadar putih, yang terlihat hanya sepasang matanya yang indah dan sebuah berlian merah terlihat diantara kedua alis matanya yang indah. Sementara itu dibelakangnya, terlihat pula berjalan sesosok seorang pemuda berparas tampan, mengenakan jubah biru dengan rambut terkuncir bak ekor kuda. Sementara itu sebilah pedang bergagang seekor naga tersampir dipunggungnya. Melihat raut wajah dan penampilannya, pemuda tampan ini tak lain adalah Bintang adanya.
Setelah cukup lama berjalan menyamping, akhirnya keduanya tiba juga ujung lorong goa batu tersebut. “Huupp...”. tiba-tiba saja sang ga
“Nenek memerintahkan agar kim bisa membantu kakak untuk menguasai jurus Leluhur yang hebat”. Ucap Putri Kim Si Hyang lagi.“Benar, kakak tidak mengerti tulisan yang tertera dikitab Leluhur ini”. Ucap Bintang polos. Hingga membuat Putri Kim Si Hyang tersenyum simpul mendengar kepolosan Bintang.“Baiklah kalau begitu ayo kita cari tempat yang enak untuk membahasnya kak Bintang”. Ucap Putri Kim Si Hyang lagi seraya berjalan mendahului Bintang. Bintang hanya mengikutinya dari belakang. Di lapangan pasir itu terdapat banyak batu besar yang bisa dijadikan sandaran atau tempat duduk, dan disinilah keduanya akhirnya duduk saling berhadapan.“Mana kitab itu kak?”Bintang mengeluakan kitab yang dimaksud oleh Putri Kim Si Hyang dan memberikannya.“Sebelumnya kim ingin mengatakan kepada kakak tentang kitab Leluhur ini, jurus Leluhur hanya ada 7 jurus, dimana setiap jurusn
Hari demi hari berjalan tanpa terasa, dua minggu berlalu sudah sejak Bintang berlatih bersama Putri Kim Si Hyang didalam goa batu tersebut. “Kaki Besi Melangkah...hyattt... wuutt...wuuttt....” terdengar sebuah teriakan keras terdengar dari dalam goa batu dimana ternyata keluar dari bibir seorang pemuda yang tengah berlatih ilmu kanuragan. Pemuda itu tak lain adalah Bintang adanya. Saat ini Bintang tengah menggunakan salah satu dari ketujuh jurus Leluhur yang dipelajarinya, yaitu jurus Kaki Besi Melangkah. Hentakan keras kaki kanan Bintang kepasir yang dibawahnya, membuat batu-batu yang ada disekitar tempat itu terangkat keudara, dan ; “Duarrr...duarr..duarr...duarr..duarr...” luar biasa apa yang terjadi berikutnya, batu-batu yang terangkat keudara itu langsung hancur berkeping-keping. Tak jauh dari Bintang yang tengah berlatih, sosok seorang gadis bercadar putih yang tak lain adalah Putri Kim Si Hyang tampak tengah duduk diatas sebu
“Kakak sudah berhasil menyempurnakan jurus kelima Liu-xue, jurus Kaki Besi Melangkah”. Ucap Bintang lagi hingga mengejutkan Putri Liu-xue. “Apa !! baru 2 minggu saja kakak sudah berhasil menguasai jurus Leluhur tingkat kelima”. Ucap Putri Liu-xue lagi seakan tak percaya seraya menatap kearah Bintang, yang ditatapnya hanya tersenyum. “Yap... secepatnya kakak akan menguasai 2 jurus yang tersisa dan setelah itu kakak akan memenangkan pertarungan terakhir”. Ucap Bintang lagi mantap hingga membuat Putri Liu-xue tersenyum mendengarnya. “Liu-xue selalu berdoa agar kakak yang akan memenangkan pertarungan terakhir”. Ucap Putri Liu-xue lagi seraya memeluk dada bidang Bintang. “Pasti Liu-xue, walau apapun yang terjadi kakak pasti akan memenangkan pertarungan terakhir. Takkan kakak biarkan Pangeran Kegelapan mendapatkan Liu-xue”. Ucap Bintang menatap. Sesaat wajah Putri Liu-xue berubah mendengar hal itu, diangkatnya wajahnya dan ditatapnya wajah
PAGI sudah datang sejak tadi. Dan ini dapat dilihat dari semburat cahaya yang masuk dari langit-langit goa dimana hampir selama 3 minggu ini Bintang berada didalamnya untuk berlatih jurus Leluhur yang dahsyat. “Duarr.... duar...duarrr...”. beberapa kali ledakan terjadi didanau kecil yang ada didalam sebuah goa batu. Ditengah-tengah danau tampak berdiri sesosok tubuh bertelanjang dada, hingga menampakkan ototnya yang kekar dan berisi. Didadanya terlihat sebuah rajah Bintang tarpatri. Melihat rajah Bintang, tentu kita sudah dapat menebak siapa adanya sosok pemuda yang sepertinya tengah berlatih ilmu kanuragan ini. Dia memang tak lain adalah Bintang adanya. Sementara itu ditepian danau, diatas bongkahan batu yang letakkanya cukup jauh dari tempat Bintang berlatih, tampak dua sosok gadis tengah duduk seraya memperhatikan Bintang yang tengah berlatih. Menilik kedua wajahnya, kedua gadis ini sama-sama berwajah cantik nan jelita. Kulitnya yang putih terbalut indah
HARI yang ditunggupun akhirnya tiba. Hari yang dinanti oleh banyak orang yang kini berada dinegeri tibet. Negeri kecil itu seakan menjadi lautan manusia yang datang dari segala penjuru bumi. Pertarungan terakhir yang akan mempertemukan Pangeran Kegelapan penguasa Istana Dewa akan berhadapan dengan pendekar muda dari tanah jawa yang bergelar Ksatria Pengembara sudah tersebar keseluruh penjuru dunia. Hingga kini semakin banyaklah orang-orang yang berdatangan ke negeri tibet untuk menyaksikan pertarungan terakhir tersebut. Dapat dibayangkan bagaimana lautan manusia mamadati negeri tibet yang kecil dan kini semuanya berkumpul di sekitar halaman Perguruan Kecapi Sakti yang luas, dimana sayembara pertarungan selama ini diadakan dihalaman tersebut. Suasana riuh membahana ditempat itu. Entah apa yang dibicarakan masing-masing orang. Tak sedikit yang bertaruh atas pertarungan yang akan terjadi. Suasana hening sejenak, saat sebuah rombongan memasuki halaman perguruan. Rombongan yang t
“Duarrr... duarrrr... duarrrr... duarrr... duarrr...” apa yang terjadi berikutnya sangat mengejutkan sekali. Tiba-tiba saja disekeling tubuh Bintang dan Pangeran Kegelapan terjadi beberapa ledakan beruntun yang cukup besar. Suasana yang tadi riuh dari para penonton tiba-tiba kembali terdiam karena dikejutkan oleh ledakan beruntun yang cukup dahsyat itu. Kini mereka baru menyadari kalau pertarungan yang sebenarnya sudah terjadi. Walau masih berdiri ditempatnya, Bintang dan Pangeran Kegelapan sudah saling mengadu tenaga dalam, inilah yang menyebabkan ledakan beruntun yang terjadi disekitar mereka. Rupanya baik Pangeran Kegelapan maupun Bintang sama-sama ingin menguji sejauh mana tenaga dalam yang dimiliki oleh lawan mereka, dan ;“Weessh... .weesshh...”. tiba-tiba saja kedua tangan Pangeran Kegelapan muncul dua cahaya yang berbeda warna, ditangan kanan Pangeran Kegelapan muncul seberkas cahaya merah membara yang langsung mengeluarkan hawa panas yang sang
Tinju Jalan Penguasa adalah jurus pertama dari jurus Leluhur dan saat ini akan dipergunakan oleh Bintang untuk menghadapi Pangeran Kegelapan.“Tiga Matahari Membuka Bukit Tai heaaa... wussh... wushh ... wushh”. tiga bola cahaya merah membara berkiblat kearah Bintang. Begitu mengerikan kalau mengenai tubuh Bintang.“Tinju Jalan Penguasa, heaaaa... Wuusshh... Wuusshh...”. Bintangpun tak tinggal diam, jurus Leluhur tingkat pertamapun dikerahkannya. Seketika saja terlihat wujud dua tinju raksasa muncul diudara dan langsung melesat menyongsong kearah tiga bola cahaya yang tercipta dari jurus Tiga Matahari Membuka Bukit Tai, dan ; “Buummm...”. satu ledakan keras terjadi, tapi serangan Bintang tidak berhenti disitu saja. Dengan kekuatan penuh, Bintang terlihat langsung menghantamkan Tinju Jalan Penguasa yang ada ditangan kanannya kearah pasir yang ada dib
Di arena pertarungan, terlihat sosok Pangeran Kegelapan terlempat hingga akhirnya tersungkur beberapa tombak jauhnya. Sesaat terlihat sosok Pangeran Kegelapan tak bergerak. Sementara itu sosok Bintang sendiri tak jauh berbeda keadaannya, tubuh Bintang tampak tenggelam hingga sebatas dada kedalam pasir, darah merembes deras dari bibirnya. Dengan susah payah Bintang keluar dari pasir yang menenggelamkan tubuhnya. Bintang menatap sosok Pangeran Kegelapan yang terlihat masih terkapar ditempatnya.Tiba-tiba saja sosok Pangeran Kegelapan yang terkapar terlihat mengeluarkan cahaya kuning keemasan, cahaya tersebut ternyata berasal dari baju zirah emas yang dikenakan oleh Pangeran Kegelapan. Cukup lama cahaya zirah emas itu berpedar hingga akhirnya sosok Pangeran Kegelapan kembali bangkit dari tempatnya. Terlihat darah segar menetes dibibir Pangeran Kegelapan. Tapi sepasang mata tajamnya terlihat menatap tajam kearah Bintang.Kedua tangan Pangeran Kegelapan terlihat langsung me
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu