Malam itu ditempat peristirahat Bintang yang bergabung bersama Partai Butong. Di sudut ruangan Bintang terlihat tenggelam di alam tapa bratanya, pertarungan tadi siang benar-benar telah membuat Bintang harus menguras tenaga dalamnya, bahkan sampai menderita luka dalam. Sementara itu tak jauh dari Bintang, sosok Pendekar Tio dan pendeta Thio dan beberapa orang murid Partai Butong lainnya terlihat tengah berdiskusi.
“Sebenarnya yang menjadi perhatianku adalah sosok pendekar muda yang mengatakan dirinya Utusan Kegelapan dari negeri para dewa, sejauh ini kulihat dia dapat memenangkan pertarungan dengan sangat mudah sekali”. Ucap pendeta Thio lagi. Sesaat terlihat pendeta Thio mengalihkan pandangannya kearah Bintang yang masih tenggelam dialam tapa bratanya.
“Tapi aku menaruh harapan besar kepada Bintang untuk memenangkan sayembara ini, aku merasa Bintang belum mengeluarkan seluruh kemampuannya dalam pertempuran sebelumnya”. Ucap pendeta Thio lagi. S
Tujuh hari berlalu dengan cepat, hari yang dinantikan pun tiba. Hari dimana sayembara arena pertarungan akan kembali dimulai. Puluhan ribu manusia melimpah ruah memenuhi halaman Perguruan Kecapi Sakti. Suasana riuh gemuruh membahana memecah suasana. Begitu ramai, begitu meriah.Suasana riuh gemuruh itu tiba-tiba hening saat rombongan kehormatan dari Perguruan Kecapi Sakti menaiki panggung kehormatan yang ada diujung arena, Bae Jeon, orang kepercayaan Nenek Yun Si-u terlihat maju kedepan.“Baik, hari ini yang akan memulai pertarungan pertama adalah Tuan Yukimura dari aliran sakti jepang melawan Ksatria Pengembara”. Sorak sorai penonton langsung membahana begitu mendengar nama kedua pendekar besar itu disebut. Mendengar namanya disebut, Bintangpun segera maju masuk kedalam arena pertarungan, setelah menjura hormat kepada pendeta Thio dan Pendekar Tio, Bintang segera melangkah masuk kedalam arena pertarungan. Dari arah yang berlawanan, seorang laki-laki berpar
“Hyatttt”. Yukimura menebaskan pedang samurainya yang sudah merah membara kearah tubuh Bintang yang masih berada di udara.“Bintang !”. hampir bersamaan sosok Pendekar Tio dan pendeta Thio bangkit dari tempatnya duduk melihat bahaya yang akan mengenai Bintang.“Wusshhh”. Tapi yang terjadi berikutnya sangat mengejutkan sekali, pedang samurai yang sudah merah membara milik Yukimura yang sudah siap menebas putus tubuh Bintang, tiba-tiba saja hanya menebas angin, sosok Bintang tiba-tiba saja sudah lenyap dari pandangannya, hal ini bukan saja mengejutkan Yukimura tapi juga semua orang yang ada ditempat itu, belum lagi hilang rasa terkejut Yukimura, tiba-tiba saja satu desiran angin kencang datang dari arah sebelah kanannya, Yukimura segera menahan dengan pedang samurai ditangannya walaupun tanpa melihat.“Deegggg”. Suara berbenturan terdengar dan 2 sosok tubuh sama-sama terlempar deras kebelakang, setelah saling bersalt
Malam kembali datang saat rombongan para pendekar dari belahan penjuru dunia beristirahat ditempat peristirahatan mereka yang telah disediakan oleh Perguruan Kecapi Sakti. Rombongan Partai Butong termasuk salah satu diantaranya. Saat ini Bintang tengah berbincang membahas pertarungannya tadi siang kepada pendeta Thio gurunya dan Pendekar Tio, kakak seperguruannya.“Kemenanganmu tadi siang benar-benar sangat luar biasa Bintang”. Puji Pendekar Tio lagi“Ah biasa saja kak tio, kemenangan kakak juga sangat luar biasa”“Bintang, ada hal yang ingin aku tanyakan padamu mengenai pertarunganmu siang tadi ?”. ucap pendeta Thio“Apa itu guru ?”“Pertama, seingatku dulu kau memiliki sebuah pedang yang begitu lentur yang pernah kau gunakan untuk menghadapi salah satu Jenderal Yuan, tapi sekarang pedang yang kulihat dipunggung bukanlah pedang yang sama ?”.“Apa yang guru katakan memang bena
Matahari sudah mulai tergelincir diufuk barat. Puluhan bahkan ratusan ribu orang sudah memadati halaman luas yang diPerguruan Kecapi Sakti. Hanya sebuah tali tambang yang melingkar mengeliling saja yang memisahkan para penonton dari arena pertarungan. 2 sosok tubuh sudah saling berdiri berhadapan di tengah-tengah arena pertarungan.Di sisi sebelah kanan, tampak berdiri seorang laki-laki berperawakan kekar berwajah jantan dengan rahang kokoh dan alis tebal. Dengan kumis tebal yang melintang gagah dibawah hidungnya. Perawakannya yang kekar semakin terlihat tegar dengan potongan rambut yang berdiri lurus. Dadanya terlihat begitu bidang berotot, hal ini terlihat jelas karena sosok lelaki tersebut tidak mengenakan pakaian dibagian atasnya untuk menutupi dadanya yang kekar dan berotot. Dia hanya mengenakan celana ketat yang menutupi bagian bawah tubuhnya. Siapakah lelaki ini ? Ong Lao Guai. Demikianlah nama sosok lelaki kekar dan berotot ini. Sosok pendekar yang begitu amat ditakut
“Baiklah kalau begitu, jangan salahkan hamba kalau tuan tewas ditangan hamba”. Ucap Ong Lao Guai lagi dengan penuh percaya diri. “Hyatt...wuuttt”. kembali Ong Lao Guai melancarkan serangan Tendangan Penghancur Langitnya. Sementara itu ditempatnya Bintang tampak masih berdiri menanti serangan Ong Lao Guai. Semakin dekat semakin terlihat kalau Ong Lao Guai benar-benar mengerahkan seluruh tenaga dalamnya dalam serangan kali ini, ini dapat terlihat dari hembusan angin kencang yang terjadi mengiringi serangan Ong Lao Guai kearah Bintang.Semua melihat dengan penuh perasaan yang berdebar, dimana saat serangan itu sudah semakin dekat, Bintang masih tetap berdiri tegar ditempatnya, Ong Lao Guai sendiri tersenyum melihat hal itu, dapat dipastikan kalau sebentar lagi kemenangan akan ada dipihaknya.“Hyattt..wuushh...wuusshhh”. saat serangan Ong Lao Guai semakin mendekat, tiba-tiba saja Bintang melompat dan selagi diudara, Bintang mela
Malam berjalan cepat, sebagian orang sudah terlelap dialam mimpinya. Sementara itu sebagian lagi terlihat tidak bisa memejamkan matanya, ada banyak pikiran yang menganggu. Angin berhembus kencang malam itu, menerbangkan setiap debu pasir yang terhampar luas di negeri Tibet.Sementara itu disebuah kamar besar, kamar yang disediakan oleh Perguruan Kecapi Sakti untuk rombongan dari Partai Butong (Wudang). “Besok kalian akan menjalani pertarungan yang sulit”. Terdengar ucapan dari seorang kakek tua yang wajahnya terlihat begitu tenang dan penuh wibawa. Dia adalah pendeta Thio sam hong, ketua Partai Butong yang terkenal. Dihadapan pendeta Thio, terlihat duduk sosok Pendekar Tio dan Bintang.“Tio, lawanmu besok adalah Xiang Wu Hen... Xiang Wu Hen menguasai kungfu Xiang Yu (Halilintar Ungu), selama ini Xiang Wu Hen selalu dengan mudah memenangkan pertarungannya, kungfu Xiang Yu (Halilintar Ungu) miliknya bukannya tanpa tertandingi, seingatk
Matahari sudah mulai menapak hari, sinarnya tidak lagi terasa hangat dikulit, tapi mulai terasa menyengat dikulit. “Hyattt... hyattttt...wusshh...weessshhh”. di arena pertarungan dihalaman perguruan kecapi satu, sebuah pertarungan hebat tengah terjadi. Pertarungan dari dua pendekar sakti yang sama-sama memiliki kemampuan yang luar biasa.Yang bertarung adalah sosok Pendekar Tio yang sudah mengerahkan kungfu Yang atau yang lebih dikenal dengan Kungfu Matahari, sesekali Pendekar Tio tampak juga menggunakan Ilmu Memindah Langit dan Bumi. Kungfu terhebat di partai Aliran Ming. Dengan kedua jurus ini, Pendekar Tio mampu menghadapi Xiang Wu Hen yang memiliki kungfu Halilintar Ungu yang luar biasa hebatnya.Puluhan jurus sudah terlewati, Pendekar Tio maupun Xiang Wu Hen terlihat sama-sama unggul dalam jurus masing-masing, hanya saja terlihat jurus 9 matahari yang digunakan oleh Tio buki tidak begitu banyak berarti, karena setiap pukulan
“Serrrr..hyattt...duarrr”. tepat disaat pukulan Xiang Wu Hen hampir mengenai sasaran, tiba-tiba saja sebuah bayangan biru berkelebat menyambar tubuh Pendekar Tio buki, hingga pukulan Xiang Wu Hen hanya menghantam tempat kosong yang langsung menimbulkan ledakan yang cukup besar, padang pasir dimana tempat Tio buki tadi berada terlihat berlobang cukup besar.Betapa geramnya Xiang Wu Hen melihat lawannya berhasil lolos dari serangannya, tepatnya bukan lolos, tapi telah diselamatkan oleh seseorang. Xiang Wu Hen segera berbalik dan kini dirinya dapat melihat sesosok tubuh yang cukup dikenalnya telah berdiri menghadapnya, sementara itu terlihat sosok Tio buki yang masih terkapar lemah dibelakangnya.“Ksatria Pengembara, berani sekali kau mencampuri pertarunganku”. Ucap Xiang Wu en geram.“Maaf kalau hamba ikut campur, tapi hamba tidak bisa melihat ada orang yang menyerang lawannya yang sudah tidak berdaya”. Ucap Bintang lagi y
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu