Satu bulan berlalu sudah semenjak peristiwa besar yang menggemparkan seluruh dataran tegah, berita tentang tewasnya 3 Jenderal Kaisar Shun-Ti yang agung ditangan seorang pendekar dari negeri asing yang kini telah dikenal baik orang biasa maupun orang – orang rimba persilatan dengan nama Ksatria Pengembara.
Kini hampir semua orang, baik itu orang biasa maupun orang-orang rimba persilatan selalu membicarakan tentang peristiwa besar itu, bagaimana kehebatan Ksatria Pengembara dalam menghadapi 3 Jenderal besar Kaisar Shun-Ti. Hingga nama Ksatria Pengembara dengan cepat menyebar dari satu orang ke orang yang lain.
Pagi datang menghampar, sinar kuning keemasanpun sudah menyeburat muncul diufuk timur. Sementara itu di istana Yingtian, tepatnya didalam sebuah kamar, terlihat didepan sebuah meja rias, sesosok gadis berparas cantik nan jelita tengah menghias wajahnya. Sosoknya terlihat begitu anggun dan sangat mempesona bagi siapa saja yang melihatnya, dia tak lai
Tiga Bulan berlalu sudah semenjak peristiwa kematian 3 Jenderal Kaisar Shun-Ti yang agung ditangan Ksatria Pengembara dari negeri asing, sebagian orang sudah mulai melupakan kejadian itu, tapi sebagian yang lain masih mengingatnya, terutama dari kalangan para pendekar yang melihat secara langsung kejadian tersebut.Dari Yingtian, kita melompat ke ibukota kerajaan, dimana dinasti Yuan yang dipimpin oleh kaisar yang agung, Kaisar Shun-Ti. Da-Dou, demikianlah nama kota yang menjadi pusat kerajaan Kaisar Shun-Ti yang agung. Hari itu tampak berbeda dari hari-hari biasa, ibukota kerajaan, Da-Dou tampak berbeda, disepanjang jalan dihiasi dengan lampu-lampu nion khas masyarakat tiongkok, disepanjang jalan terlihat barisan masyarakat kota Da-Dou yang dipagar oleh para prajurit mongol.Dipintu gerbang benteng, terlihat barisan prajurit mongol yang juga bersenjatakan lengkap tengah bersiaga, seorang laki-laki berpakaian petinggi istana terlihat tengah menanti dipintu ger
Putri Liu-xue tampak menikmati pemandangan yang ada disekitarnya, walau dia tahu saat ini setiap orang tengah menatap kearahnya. Sesaat pandangan Putri Liu-xue juga tertuju pada sosok pemuda kumal yang dengan santainya duduk dipinggiran toko. Diantara semua pemandangan yang enak dilihat, hanya sosok pemuda kumal tersebut yang tidak enak dipandangan Putri Liu-xue. Tapi kemudian hal itu Cuma sekilas dan kemudian sang Putri bersama rombongannya sudah melewati tempat itu.Akhirnya rombongan itu tiba dipintu gerbang istana Da-Dou, dimana telah menunggu sosok lelaki bertubuh gemuk dengan wajah bulat, matanya terlihat sipit ditambah kumis dan janggut yang panjang yang menghiasi wajahnya. Sosok lelaki ini tampak mengenakan pakaian yang indah layaknya seorang bangsawan, ditambah lagi sebuah mahkota yang menghias dikepalanya, dialah Kaisar Shun-Ti yang agung, kaisar dinasti Yuan.Beberapa tombak dari pintu gerbang, ke-4 sosok tersebut segera turun dari kuda mereka, 4 orang praju
“Coba paman Oljeytu ceritakan, apa yang sebenarnya terjadi waktu itu”. ucap Putri Liu-xue lagi dengan penasaran, setelah mendengar penjelasan singkat dari Jenderal Gong Oljeytu tentang apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu saat 3 Jenderal mongol yang terkenal tewas ditangan seorang Ksatria Pengembara dari negeri asing.“Saat itu Jenderal Yinzhen berhasil mengalahkan Biksuni Meijui Shita ketua dari partai E’Mei, dan saat itulah pendekar asing itu ikut turun tangan, Jenderal Yinzhen bertarung dengan sangat hebat bahkan dia berhasil mendesak pendekar muda itu dengan Jurus Golok Saljunya, tapi tidak disangka ternyata pendekar muda itu bisa mengalahkan Jurus Golok Salju milik Jenderal Yinzhen, bahkan Jurus pedang yang digunakan oleh Jenderal Yinzhenpun tak mampu untuk mengalahkan Jurus pedang pendekar muda itu. Akhirnya Jenderal Yinzhen tewas ditangan pendekar muda itu”. ucap Jenderal Gong Oljeytu berhenti sesaat seraya menghela
Beberapa hari berlalu sudah semenjak datangnya rombongan Pangeran Chen datang ke Da-Dou. Siang itu terlihat Seorang gadis berkulit putih dan berparas cantik jelita, mengenakan pakaian putih berbalut rompi yang terbuat dari bulu hewan berwarna hijau, sebuah mahkota indah beruntai permata hijau tersampir dikeningnya yang indah, bibirnya tampak begitu merekah mempesona, dia tak lain adalah Putri Liu-xue tengah berjalan dengan santai menikmati keramaian kota Da-Dou.Keramaian kotaraja memang tengah mengusik bagi Putri Liu-xue yang menyukai kebebasan daripada harus berada di istana yang penuh dengan segala macam aturan yang mengekang kebebasannya. Sebuah kipas terlihat ada ditangan kanannya yang sesekali dikipasnya ketubuhnya.Tanpa disadari olehnya, disepanjang jalan dirinya telah menjadi pusat perhatian, sosok Putri Liu-xue telah mempersona bagi siapa saja yang melihatnya, hanya statusnya sebagai Putri Kaisar Shun-Ti yang agunglah yang membuat orang-orang harus berfikir r
Sore datang menjelang, mega merah sudah menghiasi ufuk barat, disebuah pinggiran hutan diluar kota Da-Dou. Sebuah kuil tua yang tampak begitu terawat, ini dapat diihat dari keadaannya, tumbuhan dan debu sudah menempel didinding kuil tersebut.“Ugghhh...”. terdengar erangan lembut keluar dari kuil tua tersebut. Kita lihat apa yang terjadi didalam kuil tersebut. Ternyata kuil tua ini bukan saja berantakan diluarnya, tapi didalamnya jauh lebih berantakan, patung-patung yang hancur terlihat berserakan disana sini. “Uugghhh...”. kembali terdengar sebuah erangan lembut yang ternyata berasal dari sebelah kiri dinding kuil tersebut. Suara erangan tersebut berasal dari seorang gadis berparas cantik nan jelita, mengenakan pakaian putih berbalut rompi yang terbuat dari bulu hewan berwarna hijau, sebuah mahkota indah beruntai permata hijau tersampir dikeningnya yang indah, dia tak lain adalah Putri Liu-xue. Putri Liu-xue terlihat seperti baru tersadar akan keadaan
Pagi datang, matahari baru saja menampakkan dirinya di ufuk timur, sinarnya kuning keemasan memancar terang menerangi mayapada yang maha luas ini. Burung-burungpun sudah berkicau nyaring dari dahan kedahan seakan ikut menyambut pagi yang datang hari ini.“Uhh...”. erangan lembut terdengar keluar dari bibir indah seorang gadis yang sepertinya baru saja terbangun dari tidurnya yang nyenyak, gadis itu tak lain adalah Putri Liu-xue. Sejenak Putri Liu-xue menggerakkan tubuhnya yang pegal-pegal, dan saat melihat keadaan disekitarnya, barulah Putri Liu-xue menyadari dimana dia berada saat ini.Begitu cepat menyadari keadaan dirinya, Putri Liu-xue dengan cepat mengedarkan pandangannya kesuatu tempat, dan wajah Putri Liu-xue berubah saat tak menemukan sosok pemuda kumal yang kemarin sudah menolongnya.Menyadari kesendiriannya ditempat itu, Putri Liu-xue segera bangkit dan berjalan keluar dari kuil tua tersebut, berjalan dan terus berjalan hingga tak jauh dari
Matahari belum lagi tinggi saat belasan orang laki-laki terlihat tengah menghadang sepasang muda-mudi didepan sebuah kuil tua yang ada dipinggiran hutan tak jauh dari kota Da-Dou. Sebagaimana diceritakan pada kisah sebelumnya, dimana Liufeng Ketua Partai Tapak Besi telah menghadang Putri Liu-xue dan Bobou.“Hutang nyawa harus dibayar dengan nyawa”. ucap Liufeng lagi hingga mengejutkan Putri Liu-xue.“Hutang nyawa. Sejak kapan aku berhutang nyawa pada kalian orang-orang dari Partai Tapak Besi”. ucap Putri Liu-xue lagi.“Huh! Tuan putri memang tidak punya hutang apa-apa, tapi ayah tuan putri Kaisar Shun-Ti yang agung yang punya hutang. Banyak saudara kami yang sudah mati karena kekejaman jenderal-jenderal mongol keparat tersebut”. ucap Liufeng lagi dengan nada geram“Terus apa hubungannya denganku, hutang kalian dengan ayahku, tagihlah kalau kalian mampu”. ucap Putri Liu-xue lagi tak kalah ke
“Apapun masalah kalian, tidak seharusnya kalian menggunakan cara licik seperti ini. Kalau memang kalian ada urusan dengan Kaisar Shun-Ti. Selesaikan saja langsung dengannya.”. ucap Bobou lagi seraya kembali menegak arak yang ada ditangannya.“Jangan memaksaku untuk menurunkan tangan keras kepadamu anak muda”. ucap Liufeng lagi kehabisan kata-katanya.“Hamba baru saja turun ke dunia persilatan, dan hamba masih sangat perlu pelajaran. Untuk itu maukah tuan memberikan sedikit pelajaran pada hamba”. ucap Bobou lagi dengan polosnya.Liufeng kembali menatap dengan tajam sosok pemuda kumal yang ada dihadapannya, melihat dari cara berdirinya, Liufeng jelas yakin kalau dia dengan mudah dapat mengalahkan pemuda tersebut.“Sudah ketua, kita tidak punya banyak waktu. Kita bereskan aja pemuda pemabuk ini. Biar cepat kita pergi dari sini”. ucap salah seorang murid Partai Tapak Besi lagi memperingatkan Liufeng. Me
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu