Tapi keheranan melanda semua awak kapal bahkan termasuk Bintang, secepat apapun kapal mereka, tetap saja terlihat kapal gerombolan Panji Tengkorak terlihat semakin mendekat.
Keheranan ini segera membuat Bintang menyadari apa yang terjadi, dengan cepat Bintang menjatuhkan pandangannya kearah bawah kapal. Alangkah terkejutnya Bintang saat melihat diantara kuatnya arus gelombang, Bintang dapat melihat dengan jelas ada ratusan bahkan ribuan ikan yang berenang didepan arus gelombang kapal mereka, inilah yang rupanya membuat laju kapal mereka terhambat.
Melihat Bintang yang mendongakkan kepalanya kebawah kapal, dengan serta mereka yang lain ikut-ikutan melakukan hal yang sama dan alangkah terkejutnya mereka melihat ribuan ikan terlihat berenang menahan gerak laju kapal mereka.
“Ini sihirr...”. terlihat Pertapa Lembah Naga mengeluarkan ucapan, hingga mengejutkan mereka semua yang ada ditempat itu.
“Awas, ada pusaran air didepan”. tiba-tib
Diantara riuhnya pertempuran yang terjadi, hanya sosok Bintang yang masih tidak terlalu ikut campur, sesekali Bintang melancarkan serangannya kearah gerombolan Panji Tengkorak yang menyerangnya terlebih dahulu. Tapi sejauh ini Bintang hanya terlihat mengamati gerakan kedua belah pihak yang masih bertempur sengit.Pertempuran berjalan tak seimbang, dimana jumlah gerombolan bajak laut Panji Tengkorak 2x lebih banyak dari awak kapal kerajaan karang sewu. Tapi semangat juang prajurit Karang Sewu diatas kapal tak kalah sengit, inilah yang membuat perlawanan diatas kapal itu berlangsung sengit.Diantara semua pertempuran yang terjadi, Bintang lebih tertarik memperhatikan pertarungan yang terjadi antara Pertapa Lembah Naga dan pemimpin Panji Tengkorak.Puluhan jurus sudah terlewati dan tidak ada tanda kalau salah seorang diantara mereka akan mengalah, memasuki jurus ke 44, Pertapa Lembah Naga terlihat melompat mundur.Begitu menapak dilantai kapal, Pertapa Lemba
Dan belum lagi raden Santang sempat bangkit dari jatuhnya, sebilah golok sudah menempel dilehernya. “Menyerahlah, atau kepalamu lepas dari tempatnya.”. rupanya sosok bertopeng tengkorak yang tadi telah mengalahkannya yang kini telah menempelkan mata goloknya dileher raden Santang. Darah terlihat merembes keluar dari mulut raden Santang.“Hentikan serangan!”. tiba-tiba terdengar suara keras dari sosok bertopeng tengkorak itu yang membuat pertempuran dikedua belah pihak terhenti.“Menyerahlah!”. kembali terdengar sosok bertopeng tengkorak berucap. Melihat sosok raden Santang yang tertawan, para awak kapal yang sebenarnya adalah prajurit kerajaan Karang Sewu itupun terpaksa mengakhiri perlawanan mereka. Dan dalam sekejap saja mereka semua kini sudah tertawan ditangan para bajak laut Panji Tengkorak.“Akkhhh....akhhhhh.”. kini kembali terdengar suara Pertapa Lembah Naga yang terlihat sangat menderita. Kedua sosok Perta
“Maaf kalau hamba harus memperlakukan tuan seperti ini.”. terdengar ucapan dari lelaki yang mengenakan topeng tengkorak itu berkata kepada Bintang. Walau diam Bintang sebenarnya heran mendengar ucapan sosok bertopeng tengkorak itu. Tapi perhatian Bintang kini beralih pada satu sosok tubuh yang tampak digotong masuk kedalam penjara.“Guru”“Pertapa.”. hampir bersamaan raden Santang dan Bintang langsung mendekat, begitu berada dekat disosok Pertapa Lembah Naga yang terlihat terluka parah akibat pertarungan dengan pemimpin Panji Tengkorak tadi. “Maaf raden”. ucap Bintang seraya langsung memeriksa keadaan Pertapa Lembah Naga.“Tuk...tuk...tuk.”. terlihat Bintang langsung menotok beberapa bagian ditubuh Pertapa Lembah Naga, sementara raden Santang hanya memperhatikannya dengan penuh seksama. Begitu selesai menotok beberapa jalan darah ditubuh Pertapa Lembah Naga, Bintang langsung menyalurkan hawa murninya ke
“Baik, hamba akan tinggal disini, tapi hamba punya satu permintaan”. Ucap Bintang.“Katakan saja tuan, bila hamba sanggup, pasti akan hamba lakukan”. ucap sikakek lagi mantap.“Hamba ingin tuan melepaskan kapal beserta awak kapal hamba, biarkan mereka kembali melanjutkan perjalanan”. Ucap Bintang. Sikakek terlihat terdiam, dan ;“Baik, permintaan tuan akan hamba kabulkan. Besok hamba akan melepaskan seluruh awak kapal dan kapal tuan”. ucap sikakek lagi dan Bintang dapat menarik napas lega mendengar hal itu.***Pagi akhirnya datang, sang mentari mulai menapakkan kakinya diufuk timur, sinarnya yang kuning keemasan memancar terang menerangi mayapada alam.Sementara itu di pesisir pantai tempat kediaman gerombolan bajak laut Panji Tengkorak, tepatnya didalam penjara dimana sosok raden Santang dan Pertapa Lembah Naga ditawan.“Sejak semalam Bintang belum pulang, apa yang terjadi”
Pagi datang menjelang, saat Bintang baru saja terbangun dari tidurnya. Sejenak Bintang memperhatikan keadaan disekitarnya dapat dilihatnya sebuah hidangan panas sudah tersaji tak jauh dari tempat tidurnya. Bintang tersenyum melihat hal itu. Beberapa hari berada di markas gerombolan bajak laut Panji Tengkorak, Bintang benar-benar merasakan dirinya bagaikan seorang raja, segala sesuatunya serba dilayani.Sejenak Bintang bangkit dari tempat tidurnya berjalan menuju kearah jendela kamarnya dan membukanya ; “Kreaakk..”. pintu jendela itu terbuka, sinar matahari memancar masuk kedalam ruangan itu, tapi bukan itu yang menarik perhatian Bintang, melainkan suara riuh yang datang dari arah luar yang kini menarik perhatian Bintang.Setelah mencuci wajahnya, Bintangpun segera beranjak keluar kamarnya untuk melihat apa yang terjadi diluar sehingga suaranya begitu riuh. Disudut pantai pulau tersebut terlihat puluhan bahkan ratusan orang tengah berlatih ilmu kanuragan, te
Sore datang menjelang, hamparan sinar mentari yang sudah memerah terlihat diufuk barat, angin bertiup perlahan meniup layar kecil rakit Bintang yang berlayar dilautan luas. Diatas rakit terlihat Bintang terduduk lesu.“Sial! Aku lupa menanyakan tadi kepada Panji kemana arah menuju negeri Malaya.”. gerutu Bintang, Bintang benar-benar baru menyadari kecerobohannya, kini Bintang terpaksa hanya harus mengikuti tiupan angin membawanya kemana Bintang tak tahu.Sejauh mata memandang hanya dataran laut yang terlihat disekelilingnya, untungnya Panji tadi telah memberikan bekal makanan yang cukup kepadanya.“Sepertinya malam ini aku akan menginap disini.”. desah Bintang pasrah dengan keadaan dirinya. Belum lagi Bintang menarik napas panjang, tiba – tiba ;“Duarr….pppyaarrr…..duarrr…. ppyarrrr….”.Di kejauhan terdengar 2 ledakan hebat yang tentu saja sangat mengejutkan Bintang, dengan serta
Sosok Panglima Sobeki memang sangat menyeramkan, tuuhnya yang tinggi besar ditambah wajahnya yang penuh brewok semakin membuat penampilannya semakin angker. Ditangannya tampak melingkar tameng besi yang menutupi tubuhnya sampai kelengan tangannya.“Ayo keluarkan jurus terhebatmu Laksamana Ho-Tian”. ucap Panglima Sobeki lagi seraya mengangkat kedua tangannya, mempersilahkan Laksamana Ho-Tian untuk menyerangnya terlebih dahulu.Laksamana Ho-Tian sendiri terlihat melirik kearah sosok Putri Yuan yang ada disebelahnya, ada kekhawatiran yang jelas terlihat diwajahnya, mungkin dia tak perduli dengan nyawa sendiri, tapi keselamatan Putri Yuan Ming Zhu yang sangat dikhawatirkannya saat ini.“Jangan khawatirkan diriku laksamana, aku masih bisa mengatasi ke-4 orang ini.”. terdengar suara lembut dari Putri Yuan yang seakan mengerti akan kekhawatiran Laksamana Ho-Tian tentang dirinya.Sementara itu Panglima Sobeki terlihat geram melihat Laksama
“Ha ha ha...! tangkap Putri Yuan Ming Zhu”. terdengar Panglima Sobeki memberi perintah. Laksamana Ho-Tian tak bisa berbuat apa-apa, karena saat ini luka dalam yang dideritanya cukup parah.“Tak ada senjata yang mampu menembus tubuhku Laksamana Ho-Tian. Dan sampaikan pesanku pada jendral ming untuk segera mengakhiri pemberontakannya kalau masih ingin melihat nyawa putrinya selamat.”. ucap Panglima Sobeki lagi seraya beranjak meninggalkan kapal Laksamana Ho-Tian. Jatuhnya Laksamana Ho-Tian dan Putri Yuan membuat perlawanan prajurit Laksamana Ho-Tianpun ikut terhenti. Belasan teman mereka tewas, yang tersisa hanya beberapa orang saja lagi.“Laksamana Ho.”. beberapa orang awak kapalnya terlihat segera membantu Laksamana Ho-Tian untuk bangkit berdiri, tapi ; “Huakkk.”. baru saja Laksamana Ho-Tian bangkit, tiba-tiba saja Laksamana Ho-Tian roboh setelah memuntahkan darah dari mulutnya. Sementara itu ke-4 kapal Panglima Sobeki su
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu