Pagi baru saja datang. Bahkan sinar mentaripun belum terlihat diufuk timur. Bahkan udara masih berhembus kencang pagi itu, masih terasa dingin menyejukkan kulit. “Panglima! Kami berhasil mendapatkannya”. sebuah suara keras membuat Putri Yuan Ming Zhu terbangun dari tidurnya. Dan alangkah terkejutnya sang putri saat dia tersadar kalau saat ini dia sudah berada diatas tandu dengan tangan terikat.
Ke-4 orang yang menggotongnya terlihat berjalan keluar dari goa. “Lepaskan! Lepaskan aku!”. Putri Yuan Ming Zhu hanya bisa berteriak tanpa bisa berbuat apa-apa, karena tangannya terikat, sementara kedua kakinya masih tidak bisa untuk digerakkan.
Begitu berada diluar, terlihatlah belasan orang prajurit telah menunggu, salah seorang diantaranya adalah Panglima Sobeki.
“Ha ha ha...! Akhirnya berhasil hamba dapatkan kembali sang putri”. ucap Panglima Sobeki tertawa keras, tapi ; “Serrrrrr”. satu bayangan biru berkelebat cepat, d
Putri Yuan Ming Zhu tak kuasa untuk melihat yang terjadi, kedua tangan menutupi wajahnya saat sesaat sebelum rantai itu menembus tubuh Bintang. “Trangg....tragggg.”. tapi sesaat sebelum rantai itu mengenai tubuh Bintang, tiba-tiba saja terdengar suara benturan senjata yang menimbulkan percikan bunga api. “Tranggg.....tranggg.”. kejap berikutnya kembali terdengar suara benturan senjata yang juga memercikan bunga api, apa yang terjadi berikutnya sungguh mengejutkan, keempat rantai yang tadi menyerang kearah Bintang tampak telah putus berantakan, kini semua perhatian kembali tertuju kearah Bintang, bahkan Putri Yuan Ming Zhu ikut kembali membuat kedua matanya dan ikut melihat kearah Bintang. Ditempatnya Bintang kini sudah berdiri, tapi ditangan Bintang tampak tergenggam sebilah pedang yang sebelumnya ada dipunggung Bintang. Rupanya dengan pedang inilah tadi Bintang memutuskan rantai yang mengikat kedua kakinya dan dengan gerakan cepat pula Bintang memapas putus
Panglima Sobeki sendiri kini tampak berbalik kearah Putri Yuan Ming Zhu. “Sepertinya tuan putri sudah tidak sabar ya, dulu keinginan hamba untuk menikmati tuan putri masih tertunda, tapi kali ini takkan ada yang menghalangi lagi.”. ucap Panglima Sobeki lagi seraya mendekat kearah Putri Yuan Ming Zhu.Wajah Putri Yuan Ming Zhu berubah pucat, masih teringat dipikirannya beberapa waktu yang lalu saat Panglima Sobeki mencoba untuk menjamah dirinya, saat itu untung saja Bintang sempat menolongnya. Semakin dekat sosok Panglima Sobeki kepadanya, semakin berubahlah pucat paras Putri Yuan Ming Zhu.“Pertarungan kita belum selesai.”. tiba-tiba saja sebuah suara membuat langkah Panglima Sobeki terhenti. Dan dia berbalik, benar saja, dibelakangnya telah berdiri sosok Bintang. Walau dari bibir Bintang mengeluarkan darah yang menandakan kalau Bintang telah menderita luka dalam, tapi Bintang masih mampu berdiri dengan tegap.“Baiklah kalau begitu,
Pagi baru saja datang, bahkan sang mentaripun belum menampakkan dirinya di ufuk timur, tapi semburat cahaya keemasannya sudah memancar terang.Harum semerbak ayam panggang tercium santer, cukup menyengat penciuman, dan hal inipulalah yang rupanya yang membuat sosok Putri Yuan Ming Zhu terbangun. Hidungnya yang indah dan mencung terlihat mengendus-endus harum semerbak yang mengusik penciuamannya. Sang putri jelita terlihat bangkit dari tempat tidurnya, pandangannya terlihat mencari-cari sumber asal bau-bauan tersebut. Sang putri tersenyum saat melihat tak jauh darinya seorang pemuda tengah memanggang seekor ayam diatas pemanggangan api.“Sudah bangun putri. Bagaimana keadaan kakinya, sudah lebih baik?”. ucap Bintang lembut kearahnya. Putri Yuan tersenyum kemudian melihat kearah kedua kakinya sendiri, kedua mata Putri Yuan terlihat berkerut.“Kakiku.”. ucap sang putri dengan wajah ceria saat merasakan kakinya sudah bisa kembali digerakkan,
Malam menyambut pesta kecil yang diadakan di kapal Laksamana Ho-Tian untuk menyambut kepulangan Putri Yuan Ming Zhu yang berhasil diselamatkan oleh Bintang.Malam itu Bintangpun menceritakan tentang bagaimana dia bisa menyelamatkan Putri Yuan Ming Zhu dari tangan Panglima Sobeki, sepanjang cerita, Laksamana Ho-Tian beserta para prajurit terdengar mendengarkannya dengan penuh seksama, ada kekaguman diwajah mereka mendengar cerita Bintang, tapi dengan penuh kerendahan hati Bintang tidak menceritakan tentang bagaimana dia berhasil mengalahkan Panglima Sobeki beserta pasukannya.“Begitu ceritanya laksamana, hamba berhasil membawa kabur tuan putri disaat penglima sobeki dan pasukannya lengah..”. ucap Bintang lagi.“Hmmm... Benar-benar suatu keberuntungan”. ucap Laksamana Ho-Tian lagi dengan wajah berbinar.“Yah. Suatu keberuntungan hamba bisa lolos... Ha ha ha...!”. ucap Bintang tertawa, Laksamana Ho-Tian dan para prajuritpu
Putri Yuan Ming Zhu sendiri terlihat melirik kearah Bintang yang saat itu juga tengah menatap kearahnya hingga beradu pandanglah keduanya, Bintang memang sangat mengagumi kecantikan dan keanggunan sosok Putri Yuan Ming Zhu dan Bintang tak mampu untuk menyembunyikan hal itu dari pandangannya. Tapi Putri Yuan Ming Zhu pun sebenarnya menyimpan perasaan yang sama kepada Bintang.Putri Yuan Ming Zhu terlihat memberikan tanda kepada Bintang untuk mengajaknya keluar, Bintang menganggukkan wajahnya dan mengikuti langkah Putri Yuan keluar. Diluar langit malam tampak membentang dengan luas. Bintang–bintangpun tampak bertaburan dengan terang menemani sang bulan malam itu.“Malam ini begitu indah ya kak”. ucap Putri Yuan lagi Bintang tak menjawab tapi ikut memandangkan pandanganya kearah langit.“Temani Yuan jalan-jalan dipantai yuk kak”. ucap Putri Yuan lagi, lagi-lagi Bintang tak menjawab, tapi menganggukkan wajahnya. Dan dengan ringan Bintan
Tersentuh hati Bintang melihat hal itu, dengan keberaniannya, Bintang mengangkat wajah Putri Yuan dan menatap kearahnya, dengan lembut pula Bintang menghapus air mata yang mengalir diwajah indah sang putri.“Nona Yuan jangan bersedih, besok kita kembali menemui ayah nona, dan hamba akan membantu untuk berjuang bersama mengusir tentara mongol dari negeri nona.”. ucap Bintang lagi mantap, ucapan Bintang kali ini cukup membuat wajah Putri Yuan Ming Zhu berubah, ditatapnya Bintang dengan tatapan penuh arti seakan ingin mencari kebenaran dari ucapan Bintang.“Kakak mau membantu kami melawan tirani Kaisar Shun-Ti.?”. tanya Putri Yuan lagi.“Yah. Asalkan nona Yuan mau berjanji satu hal pada hamba”. ucap Bintang lagi.“Katakan saja kakak, Yuan pasti akan menuruti apa kata kakak”. Ucap Putri Yuan lagi“Hamba ingin mulai sekarang nona Yuan jangan bersedih lagi apalagi sampai menangis”. ucap Bintang
Matahari baru saja menyinari alam, sinar kuning keemasan terlihat memancar dengan penuh keagungan, dikejauhan terdengar suara kokok ayam jantan berkumandang diiringi suara kicau burung yang saling bersahut-sahutan diantara dedahanan.Sebuah kapal tampak tersandar ditepian sebuah pantai, diatas geladak kapal terlihat sudah berdiri beberapa sosok tubuh. Sebagaimana dikisahkan dalam cerita sebelumnya (Gerombolan Bajak Laut Panji Tengkorak) dimana Bintang yang menerima perintah untuk ikut bersama raden santang untuk menjemput Ayu Larasati dinegeri Malaya, justru ditengah perjalanan kapal rombongan Bintang dicegat oleh gerombolan bajak laut Panji Tengkorak, setelah melepaskan rombongan raden santang beserta rombongannya, Bintang menggantikan kebebasan dirinya sebagai balasannya, tapi Panji Tengkorak justru membantu Bintang untuk melarikan diri dari pulau gerombolan bajak laut mereka.Di tengah perjalanan Bintang justru bertemu dengan Laksamana Ho-Tian yang saat itu
Dua sosok yang berada disebelah kanan, yang berada paling depan, sosok yang mengenakan pakaian layaknya seorang jenderal, dia bernama Jenderal Zeigan atau yang lebih dikenal sebagai si dewa api. Sesuai julukannya, sang jenderal ini terlihat memiliki rambut yang berwarna merah menyala.Di sebelahnya, juga duduk sesosok yang juga berpakaian sama dengannya, hanya saja yang berbeda adalah rambutnya, dimana sosok yang berada disebelah jenderal Zeigan ini memiliki rambut berwarna putih, seputih salju. Dia bernama jenderal Yinzhen atau yang lebih dikenal dengan sebutan si Dewa Salju.Lalu dua orang yang berada disebelah kiri, juga adalah dua jenderal kepercayaan Kaisar Shun-Ti, yang berada paling depan bernama Jenderal Tou Ba Gui atau yang lebih dikenal dengan sebutan si Dewa Badai Gurun dan yang terakhir adalah Jenderal Gong Oljeytu atau yang lebih dikenal dengan sebutan si Dewa Racun.Itulah nama ke-4 jenderal kebanggaan Kaisar Shun-Ti, bersama ke-4 jenderalnya, Kais
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu