Saat matahari mulai berada condong diufuk barat, barulah Bintang dan kakek Benua tiba dikaki Bukit Bayangan, sesaat Bintang menghentikan langkahnya, kakek Benua yang ada disebelahnya ikut menghentikan langkah dan berpaling kearah Bintang dengan tatapan heran.
“Rasanya sudah lama sekali aku meninggalkan tempat ini guru”. ucap Bintang seraya terlihat menghirup dalam-dalam udara yang ada ditempat itu.
“Yah, tempat ini memang tidak berubah, ayo cepat....nanti keburu malam”. ucap kakek Benua lagi seraya berkelebat mendahului Bintang, Bintang segera ikut berkelebat mengejar. Tak lama kemudian keduanya sudah berada dipuncak Bukit Bayangan dimana sebuah bangunan tua dan besar terlihat dipuncak Bukit Bayangan, tapi Bintang terkejut saat melihat sosok-sosok yang berdiri dipintu gerbang bangunan tersebut, dan yang mengejutkan Bintang karena dia mengenali betul sosok-sosok yang tengah berdiri menantinya tersebut.
“Bunda”. ucap Bintang langsung menjatuhkan dirinya dikaki
“Kakek Benua yang memberitahukannya beberapa hari yang lalu, makanya bunda telah mempersiapkan semuanya, bunda juga tahu kedatanganmu kali ini juga untuk meminta restu bunda sebelum ananda terjun kedunia persilatan.”. ucap wanita lembut itu lagi seraya bergerak mendekati tempat pembaringannya, dari bawah tempat pembaringan, wanita lembut ini tampak mengeluarkan sesuatu yang membawanya kearah Bintang, Bintang hanya menantinya dengan sabar. Dan tak lama kemudian Bintang dapat melihat seperangkat pakaian dengan jubah biru diatasnya. “Hampir setahun ini bunda membuat pakaian ini untuk ananda, bunda harap bisa cocok denganmu ananda”. ucap wanita lembut itu lagi seraya memperlihatkan seperangkat pakaian itu kepada Bintang. “Bagus sekali bunda” ucap Bintang gembira melihat baju barunya tersebut. “Ayo dicoba sekarang ananda, bunda ingin melihatnya” “Baik bunda.”. ucap Bintang lagi seraya mulai mengenakan pakaian tersebut, ternyata bukan hanya pakaian, tapi ju
Matahari sudah beranjak dari tempatnya sejak tadi, sinarnya yang menerangi alam jagat raya ini tidak lagi terasa menghangatkan kulit, tapi sudah mulai terasa menyengat kulit. Sementara itu didesa nelayan yang terdapat pesisir utara tanah jawa, tampak sebuah pemandangan indah, hamparan pantai dengan panorama yang begitu menyejukkan dan menentramkan hati bila melihatnya. Beberapa perahu nelayan tampak tengah berlabuh didaratan. Pemandangan indah inilah yang rupanya menarik hasrat seorang pemuda berparas tampan dengan mengenakan pakaian putih berjubah biru, rambutnya yang cukup panjang terlihat terkuncir rapi seperti ekor kuda, sebilah pedang tampak tersampir dipunggungnya, sorot matanya terlihat begitu tajam dan mantap memandang kearah lautan luas yang membentang dihadapannya. Bila menilik penampilan dan raut wajahnya, pemuda berparas tampan ini tak bukan adalah Bintang adanya, tapi sayangnya sebuah tanda bekas luka memanjang tampak membekas dipipi kanannya yang sedikit mengur
“Jangan ada yang ikut campur kalau masih ingin hidup”. ucap para begal-begal tersebut lagi seraya menempelkan golok-golok mereka dileher-leher pada pemuda tersebut, sehingga kini mereka hanya dapat melihat kepala desa mereka harus terdesak hebat oleh serangan-serangan ke-10 lawannya. Tapi walaupun begitu, pak tua itu terlihat masih mempu untuk membuat beberapa orang penyerangnya harus terjungkal terkena serangannya, tapi ; Breettt! Bretttt! Beberapa kali pakaian lelaki tua itu terkena sabetan golok, tapi untung saja pak itu masih mampu bergerak cepat menghindar, karena jika tidak tentu saat ini tubuhnya sudah bersimbah darah. Bettt! Dassshhh! Pada satu kesempatan, lelaki itu berhasil merampas salah satu golok lawannya hingga kini dengan golok ditangannya, lelaki tua itu sedikit mengurangi desakan-desakan para penyerangnya. Rupanya lelaki tua ini cukup mahir dalam memainkan golok ditangannya, hingga kini ke-7 lawannya yang masih tersisa cukup kesulitan
“Aku tidak tahu siapa kau anak muda, tapi aku senang bisa berurusan denganmu”. ucap sikepala begal lagi tertawa seraya kembali menaiki punggung kudanya dan dengan sekali perintah saja seluruh anak buahnya sudah mulai mengikutinya meninggalkan tempat itu. Sepeninggalan Gerombolan Begal Golok Iblis, Bintang kembali berbalik mendekati sikepala desa yang kini sudah didekati pula oleh beberapa penduduk desa. “Bagaimana keadaanmu ki, apakah sudah baikan?”. “Sudah raden, tapi raden tidak perlu berbuat begitu, kami lebih rela mati daripada harus tunduk dibawah perintah begal-begal keparat itu”. ucap sikepala desa nelayan lagi. “Benar raden, kami lebih baik mati daripada harus tunduk pada perintah mereka”. ucap para penduduk yang lain lagi, Bintang kembali tersenyum bijak mendengar hal itu. “Saya tahu ki, tidak ada satu orang manusiapun didunia ini yang mau diperintah oleh orang-orang seperti mereka, tapi semua itu saya lakukan agar tidak menimbulkan korban ya
“Jadi ini yang kalian inginkan.”. ucap Bintang lagi. “Ya, cepat serahkan semua uang itu maka kau boleh meninggalkan tempat ini dengan selamat”. ucap pemimpin Begal Golok Iblis lagi. “Boleh... boleh saja, aku akan menyerahkan seluruh uangku ini tapi dengan satu syarat.?”. “Syarat, cepat katakan syaratmu!” “Keempat kantong uangku ini ingin kutukarkan dengan nyawamu, bagaimana?”. ucap Bintang tiba-tiba hingga sangat mengejutkan semua mereka yang ada ditempat itu, terlebih pemimpin Begal Golok Iblis sendiri. Beberapa saat kemudian terdengarlah tawa pemimpin Begal Golok Iblis ini yang langsung disusul oleh tawa para anak buahnya yang lain. “Ha ha ha! kau ingin nyawaku, boleh saja kalau kau sangg...”. ucap pemimpin Begal Golok Iblis belum selesai terucap, tiba-tiba saja sosok pemuda yang tadinya masih berada beberapa langkah didepannya kini sudah berada dihadapannya, bahkan ; Desss...!!! Satu tendangan cepat telah menghantam wajahnya
Weeeerrrr...! Weeeerrrr...! Pemimpin Begal Golok Iblis ini terlihat memutar golok ditangannya, sepertinya pemimpin begal ini memutuskan untuk segera mengeluarkan jurus pamungkasnya yang selama ini selalu membuat dirinya menang dalam setiap pertarungan. Ditempatnya kening Bintang tampak berkerut saat melihat pemimpin begal itu tampak duduk bersemedi ditempatnya, sementara itu golok ditangannya terlihat ditancapkannya ketanah. Dan kening Bintang semakin berkerut saat melihat golok yang tadi tertancap ditanah terlihat perlahan-lahan mulai mengawang diudara dan berputar-putar diatas kepala sang pemimpin begal. “Wuutt”. dan golok itu melesat dengan kecepatan tinggi, seperti sebuah busur anak panah yang terlepas dari busurnya. “Uttsss”. untung saja Bintang bergerak reflek menghindari serangan tersebut, tapi seperti memiliki mata, golok itu berhenti melesat dan berbalik kembali kearah Bintang dan kembali melesat dengan cepatnya dan kali ini Bintang kembali bergerak menghind
“Heiii!!”. tiba-tiba saja salah seorang diantara para begal itu berteriak saat melihat salah seorang wanita tawanan mereka terlihat mencoba melarikan diri dengan berenang keseberang sungai, tapi ; “Settt....akkhh”. belum lagi dia jauh berenang keseberang, sebuah golok melesat dengan cepat kearahnya dan langsung membuatnya terpekik sesaat lalu kemudian tewas dan tubuhnya hanyut terbawa arus sungai tersebut. Rupanya yang melakukan hal itu adalah ki Sawir sendiri yang kini terlihat berdiri. “Nasib kalian semua akan sama seperti wanita bodoh itu jika coba-coba untuk melarikan diri lagi”. ucap ki Sawir lagi hingga kontan saja para wajah-wajah wanita tersebut memucat. “Sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan kita, kita harus tiba dihutan rawingin sebelum malam.”. ucap ki Sawir lagi memerintahkan para anak buahnya untuk segera melanjutkan mereka dan perjalananpun akhirnya dilanjutkan. Dan akhirnya perjalanan merekapun mencapai batas hutan rawingin yang merupakan markas
“Randas, cepat kau bantu mereka”. “Baik guru.”. ucap Randas lagi seraya kembali masuk kedalam kancah pertarungan. Kini Bintang kembali harus dikeroyok oleh belasan orang anak buah Gerombolan Begal Hutan Waringin. “Ayo cepat bunuh pemuda itu ! siapapun yang bisa membunuhnya maka dia boleh memilih wanita manapun yang akan diantara mereka”. ucap ki Sawir lagi menjanjikan hadiah yang cukup menggiurkan bagi anak buahnya yang semakin bersemangat menyerang Bintang karena janji hadiah tersebut. “Kalian memang orang-orang yang tak perlu dikasihani”. ucap Bintang lagi dengan keras, dan bersamaan dengan itu, gerakan Bintangpun berubah, kalau tadi Bintang terus bergerak menghindari serangan setiap lawannya, tapi kini balik Bintang yang melancarkan serangannya, bahkan ; “Deeeessss....ddeeeesss...deeeesss.”. serangan gencar dan beruntun yang dilancarkan oleh Bintang langsung membuat beberapa orang dari anak buah ki Sawir terkapar ditanah, bahkan beberapa orang dian
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu