“Sekar”. sapa Bintang dengan lembut dan tersenyum. Tapi justru tatapan kesal yang diterima oleh Bintang.
“Aku akan pulang sendiri malam ini, kakang pergi saja menemui wanita itu”. belum lagi tatapan kesal itu dimengerti oleh Bintang, Sekar justru melontarkan ucapan pedas kepadanya.
“Sekar tunggu !!”. Bintang menarik tangan Sekarwangi untuk menahan gerakannya yang ingin melangkah pergi, lalu Bintang sendiri segera melangkah kehadapan Sekarwangi yang saat itu terlihat tidak mau menatap kearahnya.
“Aku tidak akan pergi menemuinya malam ini Sekar”. ucap Bintang lagi lembut dan ini cukup membuat wajah Sekarwangi terangkat menatap kearahnya.
“Ka...kakang tidak akan pergi.....”
“Bukankah aku sudah berjanji padamu untuk tidak menemuinya lagi, dan aku takkan pernah mengingkari janjiku itu”. ucap Bintang lagi seakan ingin lebih meyakinkan Sekarwangi.
“Dan sekarang jangan ngambek dulu ya”. ucap Bintang lagi bergurau hingga membuat Sekarwangi ters
Akhirnya Desah harum nafas Sekarwangi yang terasa membelai wajahnya membuat pertahanan Bintang jebol juga, Bintang tak dapat lagi menahan hasrat birahinya, apalagi selama ini Bintang memang begitu mengagumi sosok tubuh Sekarwangi yang begitu padat berisi, begitu montok untuk ukuran seorang gadis muda belia sepertinya.“Gllarrrr.....uffffhhhh”. seiring dengan terdengarnya suara guntur menggelegar, seiring itu pula terdengar desahan tertahan dibibir Sekarwangi saat Bintang mulai menyentuh bibirnya dengan hangat dan dengan lembut Bintang mulai melumatnya penuh kenikmatan.Berdesir seluruh darah yang ada didalam tubuh Sekarwangi saat Bintang melumat lembut bibirnya, ini adalah pertama kalinya Sekarwangi merasakan ciuman dari seorang laki-laki, dan entah karena dorongan sifat kewanitaannya atau karena apa, terlihat Sekarwangi mulai membalas lumatan Bintang dengan lumatan hangat bibirnya, merasakan lumatan balasan dari Sekarwangi membuat Bintang semakin membalas lumatan itu bahkan kedua tang
“Tidak ada orang dirumah kang”. ucap Sekarwangi lagi seraya mengangkat kedua bahunya. “Mungkin bopo dan kakangmu sedang keluar Sekar” “Yah, mungkin saja kang, tapi sudah sore begini kenapa belum pulang”. ucap Sekarwangi lagi. “Sebaiknya kita tunggu saja Sekar”. Sekarwangi hanya tampak mengangguk dengan tersenyum. Mentaripun akhirnya tenggalam diiringi dengan munculnya sang rembulan di angkasa, disusul dengan bermunculannya satu demi satu bintang-bintang diangkasa hingga semakin menambah indahnya malam itu. Sementara disebuah kamar, terlihat sosok seorang pemuda yang baru saja merebahkan dirinya dipembaringan lembut yang ada dikamar tersebut. Melihat raut wajahnya dia tak lain adalah Bintang. Setelah menunggu sekian lama rupanya sesepuh Sigila Tuak dan kakak seperguruan Sekarwangi yang bernama Buntal itu belum juga muncul. Oleh karena itulah Bintang memutuskan untuk menginap untuk semalam sekedar menemani Sekarwangi ditempat itu. Dan ma
Bahkan saat Nyai Kembangsari mendekatkan wajahnya dan melumat dengan lembut Bibir Bintang, barulah Bintang tersadar akan keadaannya, begitu tersadar Bintang dengan cepat melepaskan lumatan bibirnya dengan mendorong lembut kedua pundak Nyai Kembangsari menjauh. “Bb...benarkah ini kau Nyai....?”. ucap Bintang seakan tak percaya, ditanya seperti itu wanita yang dikenal Bintang dengan sebutan Nyai Kembangsari itu hanya tampak tersenyum. “Kenapa kakang, apakah kakang tidak percaya dengan pandangan kakang” “Tapi nyaikan sudah...” “Sudah mati maksud kakang”. sambung Nyai Kembangsari lagi cepat dan tersenyum. Tapi Bintang tak dapat menjawab pertanyaan itu. “Aku memang sudah mati kang, saat ini hanya besarnya cintaku kepada kakanglah yang membuatku masih bisa menemui kakang walaupun dialam mimpi”. “Aa...alam mimpi”. ulang Bintang lagi terkejut. “Benar kakang, saat ini kakang sedang bermimpi, dan aku sangat merindukanmu kakang, aku sanga
“Dia adalah wanita yang dulunya sangat aku cintai Sekar”. tapi sebelum langkahnya menjauh, terdengar suara Bintang diarah belakangnya, hal ini membuat langkah Sekarwangi terhenti dan berpaling kearah Bintang yang terlihat tertunduk. Sekarwangi dapat melihat bagaimana perubahan wajah sedih diwajah Bintang, entah kenapa Sekarwangi merasakan perasaan bersalah dihatinya, perlahan kembali didekatinya Bintang dan kembali duduk dihadapan Bintang. “Dulu aku dan dia memang memiliki hubungan yang sangat dekat Sekarwangi, bahkan kami sudah merencanakan untuk menikah”. jelas Bintang lagi. “Ta...tapi kenapa kakang menyebutnya dengan sebutan Nyai, bukankah”. Sekarwangi tak melanjutkan ucapannya karena biasanya kalau sebutan Nyai itu untuk wanita yang sudah berumur. “Ya, usianya memang jauh lebih tua dariku Sekar, tapi mungkin disitulah yang membuatku begitu amat mencintainya, dia adalah wanita yang bisa membuatku bahagia Sekar.....tapi sayang sebelum semua itu terwujud, dia telah lebih dulu menin
Fajar baru saja menyingsing saat sosok seorang pemuda tampak tengah berlatih ilmu kanuragan disebuah dataran padang rumput yang membentang luas diatas sebuah lembah yang tampak dipenuhi dengan tumbuhan bambu. Dan diantara lebatnya pohon-pohon bambu satu kelebatan bayangan putih berkelebat cepat menaiki lembah itu. Dari gerakannya yang begitu cepat dapat dipastikan kalau sosok bayangan putih itu pastilah memiliki ilmu kanuragan yang tidak rendah, hal ini jelas terlihat dari ilmu peringan tubuh yang dimilikinya. Kelebatan bayangan putih itu terhenti saat langkahnya tiba didepan sebuah bangunan besar yang ada dipuncak lembah tersebut. Dan barulah dapat terlihat sosok utuh dari sosok bayangan putih tersebut. Sosok seorang pemuda yang bertubuh gemuk, rambutnya terlihat terurai panjang dengan ikat kepala merah, tapi yang paling menarik dari sosok pemuda itu adalah sesuatu yang ada ditangannya kanannya yaitu tampak sebuah Bumbung Tuak yang sesekali ditegaknya kemulutnya, sebagian wajahnya te
“Kang Buntal hentikan!!” untunglah sebelum semuanya terjadi, sebuah suara keras terdengar membahana ditempat itu, suara yang membuat pemuda bertubuh gemuk itu menghentikan serangannya dengan tiba-tiba dan langsung bersalto kebelakang untuk menarik kembali serangannya. Begitu dia sudah kembali berdiri diatas kedua kakinya, raut wajahnya segera beralih kearah sosok gadis yang tadi berteriak kepadanya, sosok gadis bertopeng perak yang tak lain adalah Sekarwangi. “Kenapa kau hentikan seranganku adik, aku masih sanggup untuk menghajarnya”. ucap pemuda itu lagi yang disebut Sekarwangi dengan sebutan Buntal. “Dia bukan musuhku kang”. ucap Sekarwangi lagi hingga membuat raut wajah pemuda bernama Buntal ini berubah. Sementara itu Bintang sendiri sudah cukup mengetahui saat Sekarwangi menyebutnya dengan sebutan Buntal. Beberapa waktu yang lalu Sekarwangi pernah menceritakan tentang kakak seperguruannya yang bernama Buntal yang juga tinggal di Lembah Bambu. “Lalu apa yang kalian lakukan tadi
Lembah Bambu terlihat berdiri dengan anggunnya, terlihat jelas dikejauhan, sejauh mata memandang hanya pohon-pohon bambu yang terlihat tumbuh lebat dilembah itu, nama Lembah Bambu sudah cukup dikenal oleh masyarakat awam terlebih oleh orang-orang dunia persilatan, karena siapa yang tak kenal dengan majikan Lembah Bambu yang namanya begitu tersohor di delapan penjuru angin, SIGILA TUAK. Sebuah nama tua yang begitu disegani lawan maupun kawan. Bahkan nama Sigila Tuak dianggap sejajar dengan nama-nama besar seperti 3 Datuk dan sesepuh Raja Penidur yang saat ini menjadi tokoh yang tak terkalahkan didunia persilatan khususnya ditanah Jawa. Kebesaran nama Sigila Tuak pulalah yang membuat nama Lembah Bambu begitu terkenal di rimba persilatan, hingga tak sembarang orang yang berani menjejakkan kakinya dilembah itu kalau benar-benar tidak memiliki urusan yang penting dengan Sigila Tuak, karena Sigila Tuak paling tidak suka tempatnya dirambah atau didatangi oleh orang. Sementa
Bintang tak menunggu lama, jarak yang harus ditempuh ke Lembah Obat cukup jauh perjalanannya, karena itu dengan untuk mempersingkat perjalanannya Bintang menggunakan aji Mambang Bayunya. Tapi tentu saja saat melewati beberapa desa Bintang harus kembali berjalan seperti biasanya. Dua hari sudah berlalu semenjak Bintang meninggalkan Lembah Bambu dan selama 2 hari itu pula Bintang beberapa kali berpapasan dengan orang-orang dari Perkumpulan Pengemis yang ternyata saat ini memang tengah ada dimana-mana, hal inilah yang membuat keyakinan Bintang semakin bertambah kalau memang ada sesuatu yang tengah terjadi saat ini di Perkumpulan Pengemis. Dan hari ini langkah Bintang tiba disebuah desa yang terlihat cukup ramai penduduknya. Dan seperti desa-desa sebelumnya yang telah dilewatinya, kali inipun Bintangpun dapat melihat betapa banyaknya para pengemis yang ada didesa itu. Langkah Bintang terhenti saat tiba didepan sebuah warung yang terlihat cukup ramai pengunjungnya.
Bintang yang melihat kekuatan puncak yang telah dikerahkan oleh Datuk Malenggang Dilangit, segera ikut menghimpun tenaganya. Uap tipis putih terlhat keluar dari tubuh Bintang, uap putih yang mengeluarkan hawa dingin yang sangat menyengat.Dari uap tipis itu, terlihat membentuk sebuah bayangan diatas kepala Bintang, bayangan seekor naga berwarna putih tercipta.“Ledakan besar, khhaaaa!”Tiba-tiba saja sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah diselimuti magma lahar panas langsung berlari kearah Bintang.Buumm! Buumm! Buumm! Buumm!Di setiap langkah Datuk Malenggang Dilangit terdengar suara ledakan-ledakan akibat tapak magma panas Datuk Malenggang Dilangit yang menjejak tanah, bagaikan seekor banteng ganas, sosok Datuk Malenggang Dilangit yang sudah berubah menjadi monster magma lahar terus berlari kearah Bintang. Beberapa tombak dihadapan Bintang, monster magma Datuk Malenggang Dilangit melompat dan ;Wuussshhh!M
Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Ledakan-ledakan dahsyat dan beruntun terjadi diudara hingga terasa menggetarkan alam. Tinju-tinju magma bertemu dengan taburan Bintang-bintang putih kecil yang terang milik Bintang.Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr! Dhuarr!Baik Bintang maupun Datuk Malenggang Dilangit terus melepaskan serangan dahsyatnya, hingga ledakan demi ledakan terus terjadi membahana ditempat itu, dalam sekejap saja, pohon-pohon yang ada dipulau itu langsung berterbangan dan bertumbangan entah kemana, tempat itu langsung luluh lantah dibuat oleh ledakan dahsyat oleh serangan Bintang dan Datuk Malenggang Dilangit.Saat Bintang berhasil turun kebawah, pulau itu sudah terbakar setengahnya akibat ledakan yang tadi terjadi, wajah Bintang kembali berubah saat melihat Datuk Malenggang Dilangit terlihat menghimpun tenaganya, magma lahar panas terlihat berkumpul ditelapak tangan Datuk Malenggang Dilangit.Bintang yang melihat hal itu segera ikut mengumpulkan haw
SEBUAH pulau kosong tak berpenghuni dipilih oleh Bintang untuk menjadi tempat pertarungannya dengan Datuk Malenggang Dilangit. Kini kedua-duanya sudah saling berdiri berhadapan, Bintang kini sudah kembali ke sosoknya semula, demikian pula Datuk Malenggang Dilangit yang kini sudah berdiri diatas tanah tempatnya berpijak. Kedua-duanya saling berhadapan dengan tatapan tajam.Wweerrrr..!Tanpa banyak bicara, sosok Datuk Malenggang Dilangit tiba-tiba saja mengeluarkan magma lahar panas dari sekujur tubuhnya, terutama dibagian kedua tangan, kedua kaki dan kepala. Sedangkan sebagian besar tubuhnya belum berubah menjadi magma lahar panas.Bintang yang melihat hal itupun tak tinggal diam, dan ;Blesshhhh...!Tiba-tiba saja tubuh Bintang telah diliputi energi putih keperakan, rambut Bintangpun telah berubah menjadi berwarna putih keperakan dengan balur-balur keemasan yang mengeluarkan hawa dingin. Rupanya Bintang langsung menggunakan wujud Pangeran Bulan
Wuusshhh!Tombak melesat dengan sangat cepat dan kuat kearah Datuk Malenggang Dilangit.Blepp!Kembali tombak yang dilemparkan oleh Sutan Rajo Alam hangus terbakar begitu menyentuh sosok Datuk Malenggang Dilangit.“Cepat ungsikan paduka rajo” teriak Datuk Rajo Dilangit memperingatkan para pejabat istana yang berdiri bersama Paduka Ananggawarman.“Tidak, aku takkan lari!” ucap Paduka Ananggawarman dengan keras hati hingga membuat Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam hanya menarik nafas panjang melihat kekerasan hati Paduka Ananggawarman.Sementara itu magma lahar panas terus semakin banyak menjalar menutupi halaman istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dan Sutan Rajo Alam terlihat tengah memikirkan rencana untuk mengatasi hal itu, waktu yang sempat dan mendesak membuat keduanya sedikit khawatir dengan keadaan yang terjadi, hingga ;“Datuak Malenggang Di
Istana Nagari Batuah terlihat begitu sibuk dengan segala macam aktivitasnya, karena hari ini adalah janji yang ditetapkan oleh Datuak Malenggang Dilangit terhadap wilayah Nagari Batuah, dengan dipimpin oleh Datuk Rajo Dilangit, Paduka Ananggawarman berniat untuk melawan Datuk Malenggang Dilangit dengan segenap kekuatan istana Nagari Batuah, para hulubalang, panglima dan pejabat istana Nagari Batuahpun memberikan tanda kesiapan mereka berjuang hidup atau mati demi mempertahankan kedaulatan istana Nagari Batuah.Datuk Rajo Dilangit dipercaya oleh Paduka Ananggawarman untuk memimpin seluruh pasukan yang ada di istana Nagari Batuah dan Datuk Rajo Dilangit menerimanya untuk menjalankan taktik yang akan digunakan untuk melawan amukan Datuk Malenggang Dilangit. Seluruh masyarakat kotaraja Nagari Batuah sudah diungsikan demi keselamatan mereka. Paduka Ananggawarman menolak untuk ikut me
Pagi itu di Istana Bunian, panglima Kitty yang tiba-tiba saja datang menghadap, disaat Bintang dan Ratu Bunian tengah bercengkrama mesra berdua. “Sembah hormat hamba paduka, ratu” ucap panglima Kitty berlutut dihadapan keduanya. Ratu Bunian terlihat mengangkat tangannya sebagai tanda menerima hormat panglima Kitty. “Ada apa Kitty?” “Ampun ratu, Datuak Malenggang Dilangit sudah muncul kembali” ucap Kitty lagi hingga membuat wajah Ratu Bunian berubah pucat. Bintang yang ada didekatnya mulai tertarik mendengarnya. “Untung saja kita cepat memindahkan Negeri Bunian jauh dari gunung marapi. Kalau tidak, Datuak Malenggang Dilangit pasti sudah datang kemari” ucap Ratu Bunian lagi. Panglima Kitty terlihat mengangguk-anggukkan kepalanya. “Dimana Datuak Malenggang Dilangit muncul Kitty?” tanya Bintang cepat hingga membuat Ratu Bunian dan panglima Kitty memandang kearah Bintang. “Ampun paduka, Datuak Malenggang Dilangit mengacau di istana Nagari Batuah” “Istana Nagari Batuah?!” ulang Bintan
“Maafkan kelancangan ambo datuak” ucap Datuk Rajo Dilangit lagi. Entah apa maksud Datuk Rajo Dilangit yang tiba-tiba saja berjongkok. Perlahan sosok Datuk Rajo Dilangit mulai berubah menjadi seekor harimau loreng yang sangat besar, 2x ukuran harimau dewasa, sama besarnya dengan harimau putih jelmaan Datuk Malenggang Dilangit.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Dua harimau besar ini saling mengaum dengan dahsyat, begitu dahsyatnya banyak para prajurit yang ada ditempat itu jatuh terduduk karena lemas lututnya.Grraaauuummm!Grraaauuummm!Kembali kedua harimau besar ini saling mengaum, tapi kali ini disertai dengan sama-sama saling menerkam kedepan.Kembali terjadi dua pertarungan raja rimba yang sama-sama berwujud besar. Saling terkam, saling cakar dan saling gigit, dilakukan oleh kedua harimau berbeda warna ini. Kali ini harimau belang jelmaan Datuk Rajo Dilangit mampu memberikan perlawanan sen
Sekarang Datuk Malenggang Dilangit telah dikeroyok oleh dua pengguna harimau dan macan kumbang, tapi bukannya terdesak, Datuk Malenggang Dilangit justru tertawa-tawa senang melayani serangan keduanya.“Hahaha.. sudah lama aku tidak bertarung sesenang ini” ucap Datuk Malenggang Dilangit lagi.Sebenarnya jurus-jurus harimau putih milik Datuk Malenggang Dilangit tidaklah jauh berada diatas jurus harimau singgalang milik Wijaya dan jurus macan kumbang milik Panglima Kumbang, hanya saja perbedaan kekuatan dan pengalaman yang membuat Datuk Malenggang Dilangit lebih unggul.Memasuki jurus ke 88, Wijaya dan Panglima Kumbang terlihat sama-sama melompat mundur kebelakang.Graaauumm!Ggrraaamm!Tiba-tiba saja Wijaya dan Panglima Kumbang terdengar mengaum. Sosok Wijaya sendiri yang sudah berjongkok merangkak tiba-tiba saja berubah wujud menjadi seekor harimau belang kuning dewasa, sedangkan sosok Panglima Kumbang y
Wusshhh!Seperti melempar karung saja, Datuk Malenggang Dilangit dengan ringannya melemparkan sosok Rajo mudo Basa kehadapan Paduka Ananggawarman.Tapp!Sesosok tubuh tampak langsung bergerak didepan Paduka Ananggawarman dan langsung menangkap tubuh Rajo mudo Basa yang dilemparkan oleh Datuk Malenggang Dilangit. Rupanya dia adalah Panglima Kumbang.“Rajo mudo, anakku” ucap Panglima Kumbang dengan wajah berubah yang melihat keadaan Rajo mudo Basa yang babak belur. Panglima Kumbang dengan cepat memeriksa keadaan putranya tersebut. Walaupun babak belur, Panglima Kumbang masih dapat merasakan tanda-tanda kehidupan ditubuh Rajo mudo Basa walaupun sangat lemah sekali. Panglima Kumbang segera memerintahkan beberapa prajurit untuk membawa sosok Rajo mudo Basa.“Apa yang datuak lakukan pada putra hamba?” tanya Panglima Kumbang lagi. Nada suara Panglima Kumbang sedikit meninggi.“Putramu, siapa kau?&rdqu