Home / Romansa / Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series / Salmon with garlic cream sauce

Share

Salmon with garlic cream sauce

Author: Maia Kasbah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Meski hanya beberapa saat Lana berkerja di kafe Kopi dan Lemon, tetapi karyawan kafe itu sudah terbiasa dengan keberadaan Lana, begitu pula dengan Alya. Ia merasa ada yang ganjil saat Lana tiba-tiba berhenti bekerja dengan alasan yang tidak masuk akal. Alya masih tidak bisa menerima keputusan Lana begitu saja. Pasti ada yang tidak beres. 

Memikirkan Lana membuat Alya tidak bersemangat. Tidak ada pekerjaan yang beres. Selama beberapa jam ia hanya menatap layar laptop sambil bertanya-tanya, kira-kira yang salah dengan Lana. Apakah Lana berkata jujur? Pulang kampung bukanlah hal kecil apalagi jika tidak ada niatan untuk kembali ke Jakarta sementara dari yang ia ketahui Lana masih berada pada tahun kedua di kampus. Paling tidak Lana membutuhkan waktu  dua tahun lagi untuk bisa keluar dari kampus dengan gelar kebanggaan sebagai seorang sarjana. Itupun jika tidak ada kendàla dengan kukiahnya.

Tak menemukan alasan untuk lebih bersemangat dalam menulis nov

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   Get Married

    Leo merasa hubungan dengan Alya berjalan dengan sangat mulus. Terlalu mulus hingga sulit untuk ia percayai hal itu terjadi. Ya, sekarang sudah hampir enam minggu sejak mereka resmi menjadi sepasang kekasih. Meski sepasang kekasih baginya sangat berbeda dengan konsep sepasang kekasih yang ada di benak Alya. Bagi Leo, sepasang kekasih berarti mereka akan melakukan make out sessions setiap kali bertemu, karena itulah yang biasanya ia lakukan dengan mantan kekasihnya sebelumnya. Sementara Alya? Ia memiliki konsep sendiri. Sepasang kekasih itu berarti sopir pribadi, teman makan, teman belanja, dan teman mengobrol. Sesuatu yang membuat Leo belakangan frustrasi. Sekarang saat mereka telah menjadi kekasih, ia malah tidak memiliki kesepatan untuk mencicipi bibir ranum Alya karena setiap kali ia hendak melakukannya Alya selalu saja memiliki cara untuk menghindar. Oh, betapa ia sangat menginginkan hal itu. Leo harus puas dengan pelukan ringan dan kecupan malu-malu dipipi.

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   Masih single

    Alya datang ke kediaman keluarga Dieter tepat setelah melakukan salat Zuhur di kafe. Mario mengantarnya dengan bermotor. Sebenarnya ia tidak suka menaiki kendaraan yang berisiko besar itu tetapi apa boleh buat, daripada menemukan dirinya dalam kemacetan kota pada jam-jam sibuk tentu saja menaiki motor trail adalah pilihan yang lebih masuk akal. Saat ia datang, beberapa saudara maupun kerabat keluarga itu sudah berada di sana, bersantai sambil bersenda gurau atau membantu pekerjaan di dapur yang mendadak sibuk. Ya, malam nanti akan diadakan pengajian untuk menyambut kehamilan menantu pertama dan satu-satunya di keluarga itu yang memasuki bulan ke tujuh, yang juga merupakan cucu kedua di keluarga itu, yang tidak lain adalah kehamilan kedua Rara. Keramaian yang disebabkan oleh teriakan anak-anak memenuhi setiap ruangan, mereka berlarian sambil saling berteriak dan tertawa. Sementara beberapa orang dewasa tampak tak terpengaruh oleh keributan itu, mereka mengobrol hangat di ruan

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   Hamza

    Alya merasa sangat lelah, setelah semalaman berguling-guling di atas kasur dengan mata terpejam namun pikiran menyala bak komputer dengan baterai seratus persen. Ia tidak tahu. Masih juga tidak tahu meski ia telah mencoba mencar jawaban semalaman. Bagaimana bisa? Hamza? Menyukainya? Itu konyol! Lalu... orangtua mereka? Alya menghempaskan tubuhnya kembali ke atas kasur dengan marah, mereka harus bicara. Sial. Ucapan Leo benar. Harusnya ia memang mendengarkan laki-laki itu. Sekarang bagaimana? Apa yang akan Leo lakukan jika ia tahu apa yang terjadi saat acara tujuh bulanan kehamilan Rara? Acara yang harusnya membuat Rara menjadi pusat perhatian malah beralih kepadanya ketika dengan tiba-tiba Hamza melamarnya di depan semua orang. Tanpa aba-aba. "Om, Tante, Ma, Pa, semuanya, Hamza mau ngomong sesuatu," kata Hamza menyapukan pandangannya kepada semua orang yang baru saja menyelesaikan acara pengajian. Alya hanya meilirik Hamza sekilas sebelum me

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   Marry me, please!

    Setelah mencoba menghubungi Hamza beberapa kali namun gagal. Akhirnya Alya memutuskan untuk menundanya hingga ia berada di kantor. "Hamza sorry, tapi lo kudu jelasin ke orangtua gue, orangtua lo... Kalau kemaren lo becanda doang," kata Alya. Mereka sudah bicara hampir lima menit yang terasa setahun bagi Alya karena ia ingin segera mengakhiri percakapan itu. Bukan berarti ia tak senang apalagi membenci. Hamza. Ia hanya tidak senang dengan kenyataan bahwa Hamza adalah orang yang membuat kekacauan itu. "Al, seperti yang gua bilang. Gua serius! Nggak becanda!" Tegas Hamza dengan penekanan khusus. Ia mulai panik. Apakah Alya akan menolak tanpa mempertimbangkannya? Ia tidak boleh menyerah begitu saja. Alya adalah satu-satunya kandidat yang ia miliki sebagai calon istri dan ibu anak-anaknya. Menantu yang pasti ditunggu-tunggu oleh keluarganya. Tak akan ada yang menolak Alya. Sejauh ini Alya adalah pilihan terbaiknya. Bagaimanapun ia harus memperjuangkan Alya.

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   A Lost Boy

    "Kenapa gua ngerasa lo ceria banget hari ini, Man?" tanya Haidar. Ia mengunjungi Leo di ruangannya untuk melihat hasil kerja Leo dalam menyelesaikan tugasnya sebagai arsitek yang bertanggung jawab atas desain rumah klien mereka. "Why? I can't smile, can't I?" jawab Leo datar. Haidar terkekeh, "Well, its pretty rare, don't blame me. Anyway, gua juga ada kabar bagus buat lo," kata Haidar yang menyadari Leo memang pelit dalam membagi senyumannya. "Soal?" Leo tak begitu berminat, tetapi mungkin kabar itu ada hubunganya dengan Alya, apakah Alya sudah memberitahu Haidar soal lamarannya? "Lo masih inget sepupu gua, Al? Alya?" Haidar mengalihkan pandangannya dari layar komputer di depannya. "Btw, kapan lo nyelesain gambar blueprintnya?" tanpa menunggu jawaban ia kembali bertanya. "Yeah?" "Blueprint? Blueprint?" "Kemaren." "Oh, cak

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   You are not good enough!

    Leo masih memikirkan ucapan Haidar. Apakah ia terlihat sangat bahagia? Rasa-rasanya tidak. Ia hanya merasa geli saat Alya memamerkan cincin pemberiannya. Apakah Alya juga tak sabar ingin memberitahu dunia bahwa ia sudah sold off? Mungkin saja. Bukankah perempuan selalu bersikap demikian? Mereka dengan mudah mengeskpresikan apa yang mereka rasakan, berbeda sekali dengannya yang memiliki banyak pertimbangan. Ya, pada dasarnya Leo memang pribadi yang tertutup. Ia lebih suka menyimpan apapun yang ia rasakan untuk dirinya sendiri, kalaupun terpaksa ia membutuhkan orang lain untuk melepaskan rasa frustasi atau apapun yang terjadi padanya, ia lebih memilih untuk mengunjungi dokter. "Sayang, apa kamu sudah memberitahu orangtuamu?" Tanyanya kepada Alya. Leo menelepon Alya segera setelah Haidar pergi dari ruangannya. "Ehm... " Leo menunggu, "Aku sudah memesan tempat di restoran Jepang, kamu bilang mereka menyukai

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   Pecan Salmon and Potatoes wadges

    "Bang?" "Gua tanya Al, darimana lo kenal Leo?" Tanya Haidar tegas, ia melirik Leo sekilas yang tampak sibuk dengan apapun yang ada di mejanya. Alya mendesah, "Bang, ini masalah, Al. Abang nggak perlu tahu dimana Al kenal Leo!" Tegas Alya tidak menyukai cara berbicara Haidar yang terkesan memojokkannya. Demi Allah ia sudah besar. Ia bisa bergaul dengan siapa saja yang ia ingkan tanpa harus meminta ijin terlebh dahulu kepada Haidar atau siapapun. "Lo jangan main-main, Al. Gua kenal Leo. Dan lo sepupu gua, jadi please dengerin gua. Lo boleh sama siapa aja, tapi bukan Leo!" "Maksud Abang apa?" "Cincin yang lo pakek cincin Leo, 'kan?" Tanya Haidar datar. Ia sudah mengetahui kebenarannya, ia hanya butuhkan... Entahlah, ia berharap Alya mengelak. "Abang, kok, tahu?" Haidar merasa disambar petir. Ia sangat berharap Alya akan membantah ucapannya. Apa yang ia takutkan selama ini terjadi. "Gua temenan ama Leo udah lama," jawabnya da

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   Hamza pilihan terbaik

    Gerimis kembali datang saat Alya menutup pintu kafe, udara yang lembab menyambutnya, membuat kulit yang dibalut blouse khaki itu meremang. Alya melirik jam tangan perak di lengan kirinya sambil terus melangkah melintasi paving dan rumput yang berselang-seling, basah. Syukurlah tidak mengenang jika tidak sepatu putih itu akan meninggalkan ternoda. Udah enam jam lebih, gerutu Alya. Kesal kepada Leo yang kembali mengabaikan telepon dan pesan yang dikirim sejak siang tadi. Laki-laki itu sama perasanya seperti perempuan dan lebih kekanakan dari Khai, keponakan Alya. "Sudah mau pulang, Mbak?" Joni sekonyong-konyong muncul dengan payung hitam yang cukup besar untuk menampung mereka berdua. Alya memberi laki-laki yang juga masih single seperti dirinya itu senyum kecil, lelah dengan kejadian seharian itu. "Makasih, Jon. Sebenarnya nggak usah, gerimisnya kecil banget. Nggak bakalan basah," kata Alya tak memiliki pilihan lain selain menerima kebaikan Joni yang mem

Latest chapter

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Just be beautiful

    Sudah seminggu sejak pasangan pengantin baru itu pulang dari honeymoon di Eropa. Keduanya kembali beraktivitas normal. Alya menjalani harinya sebagai seorang penulis dan pemilik kafe. Tak ada yang banyak berubah, hanya saja ia harus menjadi lebih disiplin terutama soal kebersihan rumah. Seperti hari ini sang suami komplain lagi.Alya yang terbiasa hidup sendiri tidak pernah melakukan bersih-bersih rumah apalagi memasak. Ada asisten rumah tangga yang bertugas untuk membersihkan dan merapihkan rumah. Sementara tugas memasak Alya bergantung penuh kepada Reno. Dan tidak ada yang berubah. Kecuali kini ia tinggal berdua bersama sang suami di apartemen sang suami. Masih sama. Ia hanya menunpang tidur.Alya tak ingin menyewa asisten rumah tangga karena sudah menikah. Ia takut ada rahasia rumah tangganya yang bocor ke khalayak umum. Atau bahkan menimbulkan fitnah."Baby, kau tahu dimana kemeja navy milikku?" Tanya Leo keluar dari wardrobe hanya dengan memakai handuk yang dililitkan di pingga

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Lovely Afternoon Exercise

    Ketika mereka sudah tiba di hotel tujuan, tepatnya di kota London. Keduanya langsung lelap begitu pipi mereka menyentuh bantal. Mereka tidak sempat sarapan tetapi sempat membersihkan diri sebelum menikmati tidur pertama di hotel itu."Baby," bisik Leo sambil menepuk pelan pundak sang istri. "Hmmm," Alya hanya mengerang karena terganggu dengan suara Leo. Ia masih sangat lelah dan butuh tidur hingga beberapa jam ke depan. Ia selalu tidur tidak kurang dari delapan jam sehari. Sementara beberapa hari belakangan, bahkan sejak persiapan pesta pernikahan hingga kemarin waktu tidurnya berkurang drastis.Ia pikir setelah menikah bisa tidur dengan tenang, ternyata tidak semudah itu apalagi dengan keberadaan sang suami. Malam bukan lagi miliknya untuk dinikmati sendiri tapi harus rela dibagi dengan sang suami. Jadi jangan salahkan Alya jika ia sangat-sangat mengantuk, apalagi perjalanan panjang mereka yang sangat melelahkan."Ayo sayangku, wake up! Rise and shine!" Leo membuka selimut tebal ya

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Honeymoon

    Leo memesan tiket pesawat kelas kelas utama maskapai Qatar airways. Perjalanan yang panjang dan lama itu membuat Alya tidak nyaman bahkan cenderung gusar. Entah karena ia masih terpikir oleh ucapan Rara atau yang lain. Kenyataan lainnya, yang juga sangat ia sayangkan bahwa ia tak bisa memeluk sang suami sesuka hati apalagi hingga hatinya puas.Ia harus bertahan dengan berbaring di ranjang dadakan itu dan terpisah dari tubuh hangat Leo.Setelah menyadari sang istri tak bisa duduk dengan tenang Leo menawarkan diri untuk membantu Alya agar bisa tidur.Meski awalnya menolak akhirnya Alya menerima tawaran menggiurkan itu. Mereka berbagi kursi. Atau lebih tepatnya, Leo mendekap Alya di kursi bisnis mereka. Alya tidur sepanjang perjalanan hanya beberapa kali saja ia membuka mata untuk mencari posisi yang paling nyaman di pelukan sang suami.Kini, ia benar-benar bisa tidur dengan pulas dan tentu saya puas.Entah seperti apa nantinya, ia mengira tak akan bisa tidur selain dalam pelukan sang

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Honeymoon on progres. Stay still!

    Siang itu akhirnya, Alya hanya menemukan Rara dan sang suami, Iman saat turun untuk makan siang. Menurut pengakuan Rara, mereka berdua, ia dan sang suami akan tinggal di resort selama tiga hari ke depan. Berdua saja. Mereka telah memutuskan untuk menelantarkan satu-satunya putra mereka saat ini untuk kesenangan mereka sendiri. Alya tidak habis pikir, bagaimana bisa Rara memilih berlibur berdua saja dengan sang suami sementara Khai masih terlalu kecil untuk ditinggal sendirian? "Lo yakin Khai nggak apa-apa sendirian dengan baby sitter?" Alya bertanya dengan serius. Rara menyesap jus kiwinya dengan santai sambil melirik Alya sekilas. "Percayalah sama gue, Al. Itu adalah keputusan terbaik, bukan cuma buat gue sama suami tapi buat Khai juga. Gue udah enek sama Khai, sesekali gue pengen berduaan sama suami gue aja!" "Gila lo, ya! Lo tega banget ninggalin anak buat seneng-seneng sama suami?" Alya melotot tak percaya. "Gue nggak percaya bang Iman tega ninggalin anaknya cuma buat senengin

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Misi Membuat Bayi

    Leo mengerjap sekali. Lalu dua kali hingga ketiga kali sebelum sepasang matanya terbuka demgan sempurna. Ia merasa jauh lebih bugar, lebih bersemangat dan entahlah. Ia merasa berbeda pagi ini. Kegelapan menyambutnya. Rupanya hari masih gelap. Leo tersenyum begitu mengingat kejadian beberapa jam yang lalu. Untuk pertama kalinya akhirnya ia bisa memadu kasih dengan istri tercinta tanpa ada gangguan maupun penghalang. Mereka berhasil menyatu bukan hanya dalam janji suci pernikahan melainkan menyatukan jiwa. Leo awalnya tak mengerti mengapa Haidar berubah drastis setelah menikah, namun sekarang ia bisa memahaminya. Karena ia sendiri juga merasa dirinya telah berubah. Entah perubahan seperti apa persisnya. Tetapi tentu saja hal itu adalah sesuatu yang baik. Senyumnya makin lebar ketika mendapati sang istri yang merangkulnya begitu erat dalam tidur seolah ia adalah sebuah guling kesayangannya. Hampir separuh tubuh Alya berada diatas tubuh Leo. Ia menyandarkan kepalanya tepat di jan

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Kiss on Progress, Do Not Disturb!

    "Was it good?" Tanya Leo sambil menyuapi Alya sepotong cheesecake. Mereka sudah tiba di kamar hotel. Ranjang mereka dihiasi mawar merah yang membentuk hati, sayangnya hal itu sia-sia. Tetapi Alya cukup tersentuh dengan usaha sang suami untuk membuat malam mereka romantis. Alya duduk bersila di atas ranjang lembut berwarna putih itu, mengangguk puas, sambil tersenyum disaat mulutnya penuh dengan hidangan legit itu. Alya baru saja menghabiskan semangkuk yogurt dan segelas air putih. "Coba saja, ini sangat enak dan lembut. Mmm..." Ucap Alya setelah makanan di mulutnya lenyap, ia kembali membuka mulutnya. Leo mengangguk puas, "Kau yakin tidak ingin makan yang lain?" Tanya Leo seraya mengangkat garpu ke mulut sang istri. "Tidak. Ini saja sudah cukup. Mmm..." Alya mengerang kegirangan. Makanan manis membuat moodnya membaik seketika. "Can I try?" Tanya Leo lembut, menatap lekat mata sang istri yang berbinar-binar. Lalu pandangan turun ke arah bibir Alya yang sibuk mengunyah dengan an

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Your Words my Command, Mam!

    Tiga Bulan Kemudian "Aaalll!!!" Rara dengan histeris memeluk Alya yang tengah tenggelam dalam lamunannya. Di benaknya, Alya memutar ulang semua kejadian sejak pertama kali ia melihat Leo di kafenya hingga detik ini. Saat ia menunggu di ruang tunggu pengantin. Di hotel saudaranya di pulau Bali. Proses Ijab kabul sudah dilaksanakan di Jakarta Jumat lalu, dan resepsi dilakasanakan dua kali. Pertama di Jakarta yang bersifat terbuka. Ada lebih dari seribu tamu undangan. Alya sendiri tidak tahu siapa saja tamu di pesta pernikahannya itu. Ia hanya mengenal beberapa wajah, tidak lebih dari dua seratus orang. Mereka adalah sahabat, rekan kerja, karyawan di kafenya, dan beberapa teman sekolah termasuk juga teman kuliah. Selebihnya adalah orang asing, tamu dari kedua keluarga besar yang menyatu itu. Dan sekarang, seminggu setelah pesta di Jakarta mereka, Leo dan keluarganya lebih tepatnya, mengadakan pesta kedua yang bersifat lebih private. Hanya keluarga, sahabat dan kerabat dekat yang diun

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: It's Done Deal!

    Sejak saat itu, Alya selalu menemukan dirinya bersama Leo. Tidak, bukan berarti mereka berkencan atau semacamnya. Sama sekali tidak. Hanya saja. Entah bagaimana, mereka selalu bertemu. Baik itu saat acara keluarga, atau hanya Leo yang sedang mengunjungi kafe untuk makan, acara kumpul-kumpul dengan saudara sepupunya. Alya menemukan laki-laki itu selalu ada di mana-mana dan menghantuinya. Awalnya Alya hanya berani melempar senyum sopan yang kurang tulus, tetapi kemudian mereka saling mengirim pesan meski hanya sekali dalam sehari. Itu pun, karena laki-laki bernama Leonardo itu sering menerornya melalui pesan-pesan singkat. Tak lama, kurang dari tiga bulan, Leo mulai berani mengajaknya pergi makan malam. Bukan di kafe miliknya, bukan juga di restoran mahal dengan suasana romantis, bukan juga di hotel dengan masakan kebarat-baratan, bukan pula restoran jepang. Dan tentu saja bukan warung tenda, meski sebenarnya Alya tak akan keberatan jika Leo yang mengajak. Sayangnya, tidak. Leo

  • Kopi dan Lemon: Wanted Husband Series   S2: Morning, Sunshine

    Lima tahun yang lalu... Sejak mimpi aneh itu, Alya tidak lagi berani untuk tidur setelah Ashar atau maghrib. Jika sangat mengantuk, Alya akan memaksakan diri untuk membantu Reno di dapur alias memata-matai Reno. Atau Alya akan meluangkan waktu sekitar satu jam untuk tidur siang setelah jam makan siang berakhir. Namun, Alya paling tidak berani menunjukkan wajahnya saat jam-jam sarapan, makan siang atau makan malam. Ia akan berdiam diri, di ruangan kecil yang terletak di lantai dua, ditemani oleh laptop miliknya dan cemilan khusus yang disiapkan Reno. Setelah, dengan cerobohnya ia mengundang laki-laki asing untuk bekerja di kafe dan bahkan memimpikannya, Alya dengan jiwa pengecutnya berharap laki-laki itu tak akan pernah datang lagi ke kafenya. Ia terlalu malu, lebih dari itu ia sangat cemas. Cemas dengan mimpinya. Selama seminggu pertama sejak hari itu, hari Alya berbicara dengan laki-laki tampan berkunjung ke dalam mimpinya, Alya selalu datang terlambat. Ia baru akan tiba di kaf

DMCA.com Protection Status