Share

Part 61

Author: Ida Saidah
last update Last Updated: 2023-01-10 18:00:50

“Dek ... maaf. Mas benar-benar minta maaf. Mas tidak bermaksud menyakiti perasaan kamu. Tolong jangan menangis, Dek. Sini duduk di samping, Mas. Biar Mas hapus air mata kamu!” Mas kenzo mengulurkan tangannya.

“Nggak usah!”

“Astaghfirullahaladzim!” Dia mengusap wajah kasar.

Aku melipat tangan di depan dada. Menatap lurus ke arah tembok sambil menahan rasa yang berkecamuk di dalam dada. Sejujurnya aku sangat takut Mas Kenzo kenapa-kenapa karena memikirkan ucapanku.

Tapi, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku, tanpa mampu aku kontrol. Aku hanya ingin dia tahu, besarnya cinta di hatiku, tingginya harapanku tuk merajut asa bersamanya.

Aku menoleh menatap Mas kenzo, dan ternyata laki-laki berwajah tampan itu sedang memindai wajahku, hingga tanpa sengaja pandangan kami saling bertaut, Menyisakan debar aneh karena rasa rindu yang belum terobati.

“Dek, sini naik ke tempat tidur. Mas pengen peluk Adek. Mas kangen bang
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 62

    "Maaf, Mas. Saya tidak mau menjadi fitnah, kalau saya ikut dengan Mas Akmal!" tolakku secara halus."Loh, kan cuma beli asinan doang, Fit?" Mas Akmal mengernyitkan dahi."Tetap saja, Mas. Biar nanti Salim saja yang antar saya beli!""Hmmm ... Ya sudah, kalau begitu, aku antar kamu pulang.""Tidak usah, Mas. Saya masih mau menunggu Mas Kenzo di rumah sakit!"Aku lekas beranjak meninggalkan Mas Akmal, karena takut ada yang melihat kami sedang berduaan dan mengadu kepada suamiku.Tergopoh aku berjalan, hingga tanpa sengaja menabrak dada bidang seorang pria. Salim. Sejak kapan dia berdiri di sini. Apa dia melihat aku sedang mengobrol dengan Mas Akmal? "Mojok terus!" dengkus pria itu kesal."Saya nggak duduk di pojokkan kok. Tapi duduk di halte!" jawabku, membuat wajah Salim tambah terlihat marah. Salim menghampiri mobil Mas Akmal yang masih terparkir di tepi jalan, mengetuk kaca jendelan

    Last Updated : 2023-01-11
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 63

    Mentari pagi mulai menampakkan pendar jingganya, menerobos masuk melalui sela-sela tirai yang terbuka. Entah mengapa pagi ini badanku kembali lemas seperti tidak bertenaga. Perutku mual, kepalaku juga terasa berputar-putar seperti gasing.Mas Kenzo duduk di bersandar di atas dipan, sambil memegang tasbih dan berzikir."Hari ini kita pulang kan, Dek?" tanya Mas Kenzo sambil menoleh ke arahku."Iya, Mas!" Jawabku sembari memasukkan barang-barang kami ke dalam tas."Mas sudah kangen sama Quina!" Aku tersenyum.***Akmal duduk di dalam mobil sambil terus mengintai rumah Efita. Pria berhidung bangir itu selalu mengawasi mantan istrinya, karena dia masih sangat mencintai sang mantan. Dia tidak rela sang kekasih hati bahagia dengan pria lain. Dia ingin Efita kembali, bahkan jika harus melakukan hal yang dilarang agama sekalipun.Tidak lama kemudian, Efita berjalan menuju rumah ibu mertuany

    Last Updated : 2023-01-12
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 64

    “Apa diam-diam Bunda kamu masih ada hubungan dengan mantan suaminya?” Kenzo menatap Salim sambil berusaha menata perasaannya. Dalam hati, pria berjambang tipis itu juga selalu beristigfar, supaya emosinya tidak langsung meledak-ledak ketika berada di depan putranya.“Sepertinya tidak, Yah. Bunda itu ‘kan kemana-mana selalu sama saya. Jadi, saya jamin Bunda tidak pernah macam-macam di belakang Ayah!” bela Salim.“Mas Akmal juga bilang ke ayah, kalau Bunda kamu nikah sama Ayah itu hanya ingin hamil dari ayah, karena Mas Akmal ternyata mandul. Setelah itu dia bakalan ninggalin Ayah dan balikan lagi sama mantan suaminya. Hati Ayah sangat sakit mendengar semua itu, Lim!” “Ayah jangan mudah termakan omongan Om Akmal. Bunda itu orang baik. Bahkan ketika Ayah sakit juga Bunda dengan setia mendampingi Ayah. Dia terus menangisi Ayah karena tidak kunjung membuka mata. Bunda sangat takut kehilangan Ayah!”“Oh ya?”“Oh ya, oh ya?!” Salim mendengkus kesal. “Jadi Ayah masih meragukan istri Ayah s

    Last Updated : 2023-01-14
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 65

    Kenzo sedang duduk di depan televisi sambil merangkul pundak Efita dan mengelus perut datar istrinya. Ia berusaha melupakan semua ucapan Akmal dan lebih mempercayai istri serta anaknya. Dia mulai yakin kalau semua yang diucapkan Akmal hannyalah fitnah, Akmal hanya ingin membuat hubungannya dengan Efita hancur.Kalau memang Efita hanya ingin mengandung benihnya saja, mungkin saat Kenzo terbaring koma dia sudah pergi meninggalkan suaminya. Bahkan sekarang Efita terlihat lebih menyayangi Kenzo dan begitu memperhatikan kesehatannya.“Permisi, paket!” teriak seseorang dari balik pintu pagar.Efita bangkit dari duduknya, mengambil kerudung lalu mengenakannya dan keluar.“Kamu beli apaan, Mas? Ada ojek online anter paket ke rumah,” tanya Efita sembari membuka pintu.“Enggak, Dek!” Kenzo menggeleng.Ia lalu beranjak dari duduknya dan menghapiri sang istri.“Paket buat Ibu Efita Andriani!” kata driver oj

    Last Updated : 2023-01-15
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 66

    Kenzo membaca pesan dari Akmal sambil melirik sang istri yang sedang duduk sembari memakan buah alpukat."Dek, pinjem ponsel kamu boleh?" tanya Kenzo seraya mengambil ponsel milik Efita."Boleh, mau buat apaan, Mas?" Alis wanita berambut sebahu itu bertaut, karena tidak biasanya Kenzo meminjam gawai miliknya.Kenzo membuka aplikasi berwarna hijau milik si istri. Memeriksa satu persatu pesan yang keluar, hingga akhirnya menemukan chat yang sama persis seperti yang Akmal kirimkan padanya.'Jadi, dia benar-benar masih memiliki hubungan dengan mantan suaminya?' Kenzo bertanya kepada dirinya sendiri."Dek, kamu masih suka kirim pesan ke Mas Akmal?" Efita mengambil gawai yang ada di tangan suaminya dan melihat chat yang sedang Kenzo baca."Oh, jadi mulai sekarang kamu periksa-periksa ponsel aku. Baca chat-chat aku gitu?! Apa kamu sudah tidak percaya sama aku lagi, Mas?" "Mas cuma nanya, apa Adek masi

    Last Updated : 2023-01-15
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 67

    Kenzo memutar gagang pintu sambil mengucap salam. Efita langsung menghambur memeluknya, tanpa memedulikan Salim yang sedang berdiri di belakang sang suami."Mas, tadi ada Mas Akmal datang kesini," ucap Efita sambil mendongak menatap suaminya."Akmal, mau ngapain, Dek?" Air muka Kenzo langsung berubah mendengar nama Akmal disebut oleh istrinya."Nggak tahu, Mas. Dia mencahin kaca sebelah rumah sampai tangannya berdarah-darah.""Terus sekarang Akmalnya di mana?""Ke klinik dokter Maria. Aku langsung telepon dia karena nggak tahu harus ngapain. Aku mau keluar juga kan tadi Mas udah pesen sama aku supaya tidak keluar selama Mas lagi di musala. Jadi aku telepon dokter Maria supaya nolongin Mas Akmal!""Kamu memang istri yang sangat salihah, Dek!" Kenzo mencubit mesra pipi istrinya dan mendaratkan ciuman di pipi kanan serta kiri wanita itu."Ehem! Ehem! Ehem!"Salim berdeham sambil melipat tangan di de

    Last Updated : 2023-01-16
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 68

    POV DewiNamaku Dewi Madina. Nama yang indah bukan? Walaupun tidak seindah kehidupanku, karena sejak kecil aku sudah menjadi yang tersisih. Selalu dibanding-bandingkan dengan Kak Efita Kaka semata wayangku. Aku sudah ditinggal Bapak meninggal sejak masih bayi, dan hidup serba kekurangan. Emak tidak mau mencukupi kebutuhanku seperti orang tua lainnya. Emak malas, dia hanya bekerja sebagai petani kampung saja, tidak mau merantau ke luar negeri seperti para ibu-ibu pada umumnya. Alasannya selalu klasik. Tidak mau jauh dari anak-anak. Sejak kecil aku sudah sangat membenci Kak Efita, tetapi tidak bisa melawan dia karena tidak ada lagi yang memberiku uang jajan selain dia. Aku masih membutuhkan wanita itu, setidaknya sampai lulus kuliah nanti. Kak Efita itu wanita yang amat bodoh. Dia selalu bilang akan melakukan apa saja yang penting membuatku bahagia. Padahal aku sendiri sangat muak melihat tingkah dan kelakuannya yang sok lembut. "Wi, jangan main mulu dong bantuin Emak!" teriak Kak Fi

    Last Updated : 2023-01-17
  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 69

    Hingga puncaknya dia cekcok dan Mas Akmal lebih memilih aku dari pada dia. Aku benar-benar puas melihat Kak Efita terluka. Apalagi ketika dia akhirnya berpisah dengan Mas Akmal. Kini tinggal aku pasang perangkap supaya bisa memiliki pria berwajah teduh itu.Setelah Mas Akmal berpisah dengan Kak Fita, aku pikir bisa dengan mudah masuk di kehidupannya dia. Tapi ternyata sulit sekali. Apalagi Mas Akmal memergokiku sedang melakukan itu dengan Om Surya di sofa. Air mataku mengalir ketika dia dengan tatapan jijik memandangku. Dan benar saja, bukannya semakin mudah mendapatkan dia, Mas Akmal malah membawaku pulang ke Indramayu.Setelah menempuh perjalanan selama lima jam penuh dengan air mata, mobil yang aku tumpangi akhirnya berhenti juga di pekarangan rumah Emak. Ada banyak sekali orang di gubuk tua itu. Sepertinya ada yang meninggal. Hatiku terus berdoa, semoga ternyata Kak Fita yang mati karena merana lalu bunuh diri. Supaya aku makin leluasa merebut s

    Last Updated : 2023-01-18

Latest chapter

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 229 (Ending)

    Pukul tujuh malam, selepas melaksanakan shalat isya, Ridwan kembali datang dan meminta Dewi untuk menjadi pendamping hidupnya. Kali ini dia meminta wanita tersebut kepada sang kakak, dan Efita tetap saja menyerahkan semuanya kepada Dewi. "Sudah aku bilang kan, Mas. Aku ini bukan wanita sempurna. Kamu akan menyesal jika menikah denganku nanti. Apa kamu tidak berpikir sampai kesitu, Mas?" Dewi membuang muka menghindari tatapan Ridwan yang begitu menghanyutkan."Saya akan menerima segala kekurangan serta kelebihan kamu, Wi. Lillahi taala. Menikah itu ibadah. Kebahagiaan sepasang suami istri itu bukan hanya karena adanya anak. Tapi dengan saling percaya serta melengkapi, kita akan merasa hidup bahagia selamanya. Apalagi sudah ada Arjuna. Dia juga butuh figur seorang ayah, Wi. Kamu jangan egois!" desak Ridwan memberi keyakinan kepada wanita yang dia kagumi."Justru karena aku tidak mau dianggap egois, makanya menolak kamu, Mas." "Wi, tolong pertimban

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 228

    Keluarga besar Efita sudah bersiap-siap pergi ke kota Tegal untuk melangsungkan pernikahan Salman dengan putri sulung Gus Fauzan. Pernikahan yang rencananya akan diselenggarakan awal tahun, akan tetapi harus ditunda beberapa bulan karena Salman belum bisa mengambil cuti dan Nabila mendapat tugas dari kampusnya untuk melakukan kuliah kerja nyata di luar kota. Hal itulah yang membuat acara harus ditunda sementara, dan hari ini, dua insan manusia yang saling mencintai itu akan mengucap janji suci di depan Allah, menjadikan hubungan mereka menjadi halal serta diridhai Tuhan."Santai saja, nggak usah gemetar!" bisik Salim kepada sang adik ketika mereka sudah berada di masjid pesantren menunggu ijab qobul dimulai.Salman menerbitkan senyuman. Rasa grogi terlihat jelas di wajah pria berusia sudah genap dua puluh empat tahun itu, apalagi ketika pembawa acara memulai susunan acara.Keringat dingin terus saja membanjiri tubuhnya walaupun ruangan tempat dia akan meng

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 227

    "Maaf, Wi. Kamu yang tenang. Kalau kamu tidak mau menyerahkan Arjuna tidak apa-apa. Mas tidak memaksa. Tapi kalau suatu saat Mas ingin mengajaknya bermalam di rumah, tolong kamu izinkan ya? Biar dia juga deket dengan Papa Surya."Mendengar nama Surya, entah mengapa ada rasa seperti termas-remas di dada Dewi. Dia ingat betul ketika pria paruh baya itu merenggut dengan paksa kehormatannya, melakukannya berkali-kali hingga akhirnya dia mengandung dan kehilangan masa depan. Selain itu, dia juga harus menjadi duri dalam daging di kehidupan rumah tangga Efita, merobohkan benteng yang telah dibangun dengan kokoh hingga hancur lebur serta rata dengan tanah.Tanpa terasa dua bulir air bening lolos begitu saja dari sudut netra perempuan berusia dua puluh tiga tahun itu. Walaupun rasa benci terhadap Surya mendominasi di hati, akan tetapi dia begitu mencintai Arjuna. Apalagi Efita selalu memberinya wejangan, kalau anak adalah masa depan yang akan menjamin masa tua kita, j

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 226

    #POV AuthorEfita sedang duduk di teras sambil mengawasi Arjuna, Syabil dan Faza bermain pasir di taman depan rumah. Dia segera menoleh ke arah pintu ketika mendengar seseorang mengucap salam. Seulas senyum tergambar di bibir Akmal, sambil menatap wajah Efita yang tertutup cadar. Ada rasa rindu yang kian menggebu di dalam kalbu, karena sampai saat ini dia belum benar-benar bisa melupakan sang mantan. Cinta yang ditancapkan Efita di dinding hatinya terlalu dalam dan tidak mudah terhapuskan.Semakin dia mencoba, maka rasa itu kian terasa serta menyiksa."Kamu apa kabar, Fit?" tanya Akmal setelah dia dipersilahkan masuk oleh mantan istrinya."Alhamdulillah aku sehat. Mas Akmal sendiri bagaimana kabarnya, tumben mampir ke rumah, setelah beberapa tahun tidak pernah keliatan batang hidungnya?" "Aku pengen ketemu Juna, Fit."Efita menanggapi dengan ber oh ria. Dia kemudian memanggil keponakan kesayangannya itu dan menyuruh pr

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 225

    Setelah selesai memberikan keterangan kepada penyidik. Perawat serta polisi wanita yang mendampingi segera membawa Safina keluar dari ruangan tersebut karena harus segera kembali ke rumah sakit."Apa saya bisa bicara dengan Safina sebentar, Bu?" Ragu aku mengatakan hal itu, karena takut Safina kembali mengamuk jika aku mengajaknya berbicara."Silahkan, Pak." Kami pun berjalan menuju kursi panjang yang ada di teras kantor polisi, duduk di tempat tersebut dengan perasaan bersalah menyelimuti hati."Fin," panggilku pelan."Aku tahu apa yang ingin Mas Salim katakan sama aku," sahut Safina dengan suara parau. "Mas nggak usah khawatir. Aku tidak akan lagi mengganggu atau merepotkan Mas. Aku juga sudah ikhlas dengan pernikahan Mas dan Ning Azalia. Aku doakan, semoga kalian berdua hidup bahagia hingga maut yang memisahkan." Seulas senyum tercetak di bibir merah muda Safina walaupun aku lihat ada kabut di kedua sudut netranya.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 224

    "Kenapa liatin saya seperti itu?" tanya Fahri seraya menatap menghunus ke arahku.Aku mengangkat satu ujung bibir. Sepertinya Tejo dan Fahri begitu membenci diriku, padahal antara aku dan mereka berdua tidak pernah ada urusan apa-apa. Kenal saja baru-baru ini setelah aku menikah dengan Safina dan Azalia. Tapi, entah mengapa tatapan mereka terlihat penuh dengan kebencian kepadaku.Petugas menyuruh Fahri untuk duduk, menginterogasi dia menanyakan hubungan laki-laki tersebut dengan mantan istri, walaupun Fahri terus saja berbelit-belit memberikan keterangan, malah cenderung mengelak kalau dia tidak pernah melakukan pelecehan seksual terhadap SafinaHingga akhirnya seorang wanita berhijab ungu ditemani oleh seorang perawat juga dua orang polisi wanita datang, membuat Fahri serta Tejo tercengang. Gurat ketakutan tergambar jelas di wajah keduanya."Sa--Safina?" Bahkan Tejo sampai tergagap melihat kehadiran wanita yang sudah dia nodai tersebut.

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 223

    "Insya Allah saya bersedia, Mas," jawab si wanita dengan intonasi sangat lembut serta gemetar, dan semua orang yang ada ramai gemuruh mengucap hamdalah."Alhamdulillah, berarti Bunda mau nambah mantu lagi!" seloroh Bunda Efita terdengar bahagia."Ini kenapa ujung-ujungnya jadi kaya lamaran begini?" Azalia ikut menimpali. "Cie...Bila, akhirnya bisa menikah dengan sang pujaan hati!" ledek istriku seraya memeluk adik sepupunya."Jangan ledekin aku terus dong, Mbak Lia. Aku 'kan jadi malu!" Nabila memonyongkan bibir manja. Dia persis seperti istriku ketika sedang merajuk. Semoga saja sifatnya juga sama seperti Azalia. Penyayang, bijaksana dan menghormati serta menyangi Bunda Efita tentunya."Kapan akan diadakan lamaran secara resmi, Gus. Biar saya siapkan segala keperluannya?" Bunda Efita terlihat begitu bersemangat."Tidak usah ada acara lamaran lagi, Mbak Fita. Sebaiknya langsung dinikahkan saja. Toh, mereka sudah sama-sama d

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 222

    #Part menuju ending"Astaghfirullahaladzim!" teriak kami ketika tubuh Bu Veronika ambruk ke lantai.Kepanikan mulai terlihat di wajah Dokter Fatih ketika melihat sang ibu tidak sadarkan diri. Kedua mata laki-laki itu sudah dipenuhi kabut dan tidak lama kemudian buliran-buliran air bening mulai meluncur dari balik kelopaknya meninggalkan jejak lurus di pipi."Ibu, bangun, Bu. Ya Allah. Kenapa Ibu malah pingsan seperti ini, Bu?" Dia menepuk-nepuk pelan pipi ibunya."Angkat ibu kamu, Mas. Bawa dia ke kamar tamu atau direbahkan di sofa!" perintah bunda Efita dan segera dikerjakan oleh dokter berkacamata tebal tersebut.Azalia yang sejak tadi berdiri di ambang pintu berinisiatif mengambil minyak kayu putih lalu menggosokkannya ke pelipis serta dekat hidungnya.Tidak lama kemudian mata Bu Veronika terbuka. Dia memalingkan wajah ketika melihat sang anak yang sedang duduk di sebelahnya sambil menggenggam erat jari keriputnya. "

  • Kontrasepsi di Kamar Adikku    Part 221

    "Assalamualaikum!" Kami yang sedang duduk santai di teras menoleh secara serempak ketika mendengar suara Bu Veronika mengucap salam."Waalaikumussalam!" Ummi segera beranjak dari duduknya, berjalan menuju pintu garasi dan mempersilahkan ibunya Dokter Fatih untuk masuk.Kali ini Bu Veronika datang tidak hanya sendiri, tapi bersama anaknya yang meresahkan itu. Sepertinya dia menggunakan kesempatan dalam kesempitan. Berpura-pura ingin mengenal lebih jauh keluarga besarku, padahal sebenarnya ingin melihat istriku yang memang begitu cantik memesona dan siapa pun yang melihatnya pasti akan jatuh cinta.Dari balik kacamata tebalnya, terlihat sekali kedua bola mata Dokter Fatih membulat tanpa berkedip menatap ke dalam rumah. Aku menoleh berniat menyuruh Azalia masuk, tapi mataku dibuat memicing olehnya sebab yang sedang dia pandangi malah bukan istri, melainkan Bunda Efita. Sepertinya dokter genit tersebut terpesona dengan kecantikan wajah bunda yang tertutup niqo

DMCA.com Protection Status