Nerissa benar-benar merasa sikap Naven itu semakin aneh. Lagi pula siapa pria yang mau melihat dirinya.“Cepat turun kalau sudah selesai.”“Iya, sebentar. Saya rapikan dulu make up yang Pak Naven hapus-hapus ini.” Nerissa memoles sedikit agar make up yang dipakai lebih rapi. Melihat Nerissa yang tak kunjung keluar dari kamar, akhirnya Naven pun membuka bajunya.“Pak Naven mau apa?” Apa yang dilakukan Naven itu membuat Nerissa terkejut.“Aku mau mandi.” Dengan enteng dia menjawab.“Tapi, kenapa harus buka baju di sini?” Nerissa melihat Naven dari pantulan cermin.“Karena kamu tidak keluar-keluar.” Naven meraih pengait di celana yang dipakai. Bersiap untuk dibuka.“Baik-baik, saya akan keluar.” Nerissa yang melihat Naven hendak membuka celana pun segera keluar. Tak mau sampai melihat Naven telanjang.Naven hanya tersenyum ketika melihat Nerissa yang kabur begitu saja. Dia sebenarnya tidak benar-benar akan membuka seluruh pakaiannya di depan Nerissa. Hanya menakut-nakuti Nerissa saja.S
Nerissa segera melakukan apa yang diminta oleh Naven. Membawa gaun itu ke ruang ganti. Dia tidak terlalu memerhatikan gaun yang diberikan Naven. Hanya main membawanya ke ruang ganti.Saat di ruang ganti, barulah Nerissa melihat gaun yang dipilih Naven seperti apa. Dengan segera, Nerissa memakainya.Gaun berwarna coklat susu dengan taburan kristal. Potongan kerak v dan berlengan panjang membuat tubuh Nerissa tertutup. Belahan yang sampai di paha membuat dia akan mudah untuk berjalan.Dari yang dilihat Nerissa di depan cermin, dia langsung suka dengan gaun itu. Tampak pas sekali dengan tubuhnya. Tidak terbuka, tapi tampak elegan.Dengan wajah berseri-seri Nerissa keluar dari kamar ganti. Di luar sudah ada Naven yang menunggu Nerissa di sana.Pertama kali melihat istrinya memakai gaun membuat Naven terperangah. Pria itu benar-benar tak berkedip melihat kecantikan sang istri.Tubuh Nerissa yang benar-benar langsing, membuat gaun itu tampak pas sekali dipakai. Lekuk tubuh Nerissa pun tampa
“Karena sudah menemani oma.”“Oh ….” Nerissa mengangguk-anggukkan kepalanya.Sejujurnya Naven ingin mengatakan hal lain. Namun, lidahnya seperti kelu. Seolah tak berani untuk mengatakan hal itu.Saat Mama Ruby dan Oma Clarisa sudah kembali, mereka menikmati makan bersama. Mereka semua menikmati makanan bersama.Usai makan mereka memutuskan untuk pulang. Mereka sudah lelah karena cukup sudah lama di mal.Sesampainya di rumah, Nerissa segera ke kamar. Merapikan belanjaannya tadi. Gaun yang dibelinya benar-benar sangat bagus. Jadi dia sangat senang sekali.“Sepertinya kamu senang gaun itu?” Naven yang melihat Nerissa memegangi gaun barunya, langsung bertanya.“Iya, ini bagus sekali. Tidak sabar memakainya.” Nerissa yang melipat kembali gaunnya dan memasukkannya ke dalam box.Naven sebenarnya juga tidak sabar untuk melihat secantik apa istrinya itu memakai gaun itu. Namun, takut juga istrinya jadi pusat perhatian.“Memang acaranya kapan, Pak?” Nerissa memastikan pada Naven lebih dulu.“Du
Nerissa yang melihat Naven tiba-tiba di depannya pun langsung terkejut. Sampai-sampai buru-buru naik ke permukaan untuk mengambil napas. Karena terkejut, dia tidak benar saat berpijak. Sampai-sampai membuat tubuhnya limbung.Dengan gerakan cepat, Naven langsung menangkap tubuh Nerisa. Membuat Nerissa langsung menatap ke arah Naven.Naven melihat wajah sang istri yang begitu cantik. Meskipun tanpa polesan make up. Wajah Nerissa sangat mulus dan tak ada noda sama sekali. Tentu saja itu membuat Naven mengagumi dalam diam.Tetesan air yang mengalir di wajah Nerissa pun membuat wajah tampak segar. Benar-benar tak menjadi pemandangan yang indah.“Kenapa Pak Naven tiba-tiba di depan saya?” Nerissa langsung melemparkan protesnya.Naven belum beralih dari memandangi wajah Nerissa. Masih memuja dalam hatinya, betapa cantik sang istri.“Pak Naven.” Nerissa yang tidak mendapati jawaban pun langsung memeluk lengan Naven.Barulah saat itu Naven tersadar ketika Nerissa memukulnya.“Kenapa?” tanya Na
Nerissa semakin panik ketika Naven memberikan perintah. Dia belum siap jika harus melakukan apa yang diminta oleh Naven. Dia takut dengan dirinya sendiri.Tak mau terpengaruh, akhirnya dia memutuskan untuk tidak membuka pintu kamar. Membiarkan Naven terus mengetuk pintu.Naven yang melihat Nerissa tidak membuka pintu pun memilih untuk membiarkan. Tak mau memaksa. Sekali pun Nerissa sudah berjanji.“Kita lihat, kapan kamu akan keluar.” Naven mau lihat seberapa lama Nerissa akan ada di kamar.Sambil menunggu Nerissa, Naven memilih untuk menonton televisi.Sayangnya, dua jam berlalu, Nerissa tidak kunjung keluar. Naven merasa jika Nerissa benar-benar sengaja sekali.“Padahal dia belum makan. Tapi, justru mengurung diri.”Naven takut jika sampai Nerissa sakit. Jika Nerissa sakit, pasti urusannya lebih panjang. Karena itu, Naven akhirnya memutuskan untuk pergi saja.Sebelum pergi, dia mengirim pesan pada Nerissa. Meminta Nerissa untuk keluar dan makan lebih dulu.Nerissa yang berada di kam
Nerissa sengaja keluar sedikit mepet waktu berangkat. Hal itu sengaja dilakukan agar tidak bersinggungan dengan Naven. Sengaja dia tidak sarapan juga agar tidak bertemu dengan Naven di meja makan.Saat keluar dari kamar, Nerissa melihat Naven sudah bersiap. Tidak hanya Naven saja di sana. Ada Kiki juga yang membawakan tas Naven.Tanpa berkata apa-apa, Naven keluar dari apartemen. Diikuti oleh Kiki di belakang.Melihat situasi itu membuat Nerissa merasa aneh dengan sikap Naven. Tidak biasa-biasanya pria itu diam saja. Apalagi setelah kemarin, dia telah menipunya.“Apa dia marah karena aku menghindar untuk dicium?” Nerissa mencoba bertanya-tanya pada dirinya sendiri. “Ach … mungkin dia hanya diam saja. Bukan karena itu.” Dia berusaha untuk menenangkan diri.Tak mau membuat Naven terlalu lama menunggu, akhirnya Nerissa langsung keluar dari apartemen. Mengekor di belakang Naven yang sudah cukup jauh.Sepanjang di jalan, Nerissa melihat Naven diam saja. Sebenarnya melihat Naven diam adalah
Nerissa yang keluar dari toilet pun dikejutkan dengan kehadiran Harry. Namun, dia menduga jika Harry sengaja menunggunya.“Ada apa?” Nerissa langsung bertanya tanpa basa-basi.“Aku hanya ingin menjelaskan jika aku bukan tidak tahu perubahan. Aku hanya tidak diberitahu.”Rasanya, Nerissa ingin tertawa mendengar ucapan Harry.“Untuk apa mereka sampai tidak mau memberitahumu?”“Jelas, karena mereka ingin menyingkirkan aku. Apalagi aku dekat denganmu.”Nerissa hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.Melihat reaksi Nerissa, Harry merasa jika Nerissa percaya padanya. Dia memang harus menyelamatkan posisinya dengan menjilat Nerissa.“Baiklah, aku paham.”Harry lega mendengar hal itu.“Sa, aku harap kamu bisa mengganti ketua team itu. Dia benar-benar tidak kompeten.”Nerissa mengangguk. Kemudian berlalu kembali ke meja di mana rekan kerjanya sedang makan.Mereka semua menikmati makan bersama. Nerissa tidak sama sekali membahas apa pun tentang apa yang dikatakan Harry tadi. Tak mau mengganggu ma
“Iya, saya akan keluar.”Nerissa tidak mau sampai melepaskan kesempatan itu. Apalagi dia ada rapat setelah ini.Dengan segera Nerissa keluar dari ruangan Naven. Langkahnya diayunkan buru-buru keluar dari ruangan Naven.Di dalam ruangan, Naven berusaha untuk menahan diri. Tadi dia sebenarnya tidak tahan dengan Nerissa. Ingin sekali mencium istrinya itu, tapi dia berusaha menahan diri agar bisa membedakan mana nafsu dan mana cinta.“Aku tidak yakin kuat.” Naven merasa ini akan sangat berat. Apalagi melihat Nerissa di depan mata.Di tempat lain, Nerissa kembali ke meja kerjanya. Berusaha fokus dulu dengan pekerjaannya. Tak mau sampai membuatnya mengabaikan tanggung jawabnya.“Kita rapat.” Sesaat setelah Nerissa duduk di kursinya, dia kembali berdiri lagi.Semua karyawan yang diminta rapat pun langsung ke ruang rapat.Nerissa memimpin rapat. Karena ada beberapa hal yang ingin disampaikan pada team yang sedang mengerjakan event.“Tadi saya sudah melihat persiapan event yang cukup baik. Say
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak