“Kamu mau ke mana?” Naven melihat jika Nerissa berbelok ketika dia berbelok ke mobilnya.“Saya mau ke mobil saya.” Nerissa menjawab dengan entengnya.Dahi Naven berkerut dalam. Merasa bingung dengan aksi Nerissa itu. “Kenapa harus naik mobil sendiri?” tanya Naven penasaran.“Iya, karena agar Harry mengira jika kita ada masalah setelah apa yang dia lakukan kemarin.”Naven masih tidak mengerti dengan apa yang dikatakan istrinya itu. “Untuk apa semua itu?” tanyamya.“Dengan dia melihat kita tampak bertengkar, dia akan senang. Setelah itu saya akan buat dia kecewa karena kita tidak bertengkar.”Naven hanya bisa menggeleng heran dan mengembusankan napas kasar. Ada-ada saja ide istrinya itu. “Terserah padamu saja.” Naven malas sekali berdebat dengan istrinya pagi-pagi seperti ini.“Baiklah.” Nerissa segera mengayunkan lagi langkahnya ke mobilnya.Di saat sang istri ke mobilnya, Naven memilih ke mobilnya. Tampak Kiki sudah menunggu di sana.“Bu Nerissa mau ke mana, Pak?” tanya Kiki penasaran
Arumi memasukkan baju ke dalam mesin cuci. Dia kesal sekali ketika harus mencuci baju milik Harry. Jika bukan karena dia dipecat dan belum punya uang, tidak mungkin dia mau disuruh seperti ini.Sejak dipecat Arumi memilih untuk tinggal di apartemen Harry karena harus berhemat. Dia pikir akan mudah mendapatkan pekerjaan, tetapi ternyata sesulit itu.Arumi adalah wanita karier. Jarang mengerjakan pekerjaan rumah, tapi saat seperti ini, dia harus melakukannya demi dapat tinggal di rumah Harry.Harry juga memanfaatkan keberadaan arumi. Dia memilih tidak melaundry baju lagi karena ada Arumi yang dapat mencucinya di rumah. Tidak memesan catering lagi, karena ada Arumi yang memasak.Suara ponsel yang terdengar, membuat Arumi yang sedang asyik dengan cuciannya segera ke ruang tamu untuk mengambil ponsel yang diletakkan di sana. Dia melihat jika Harry yang menghubungi.“Ada apa menghubungi aku?”“Aku sudah cerita bukan jika kemarin aku memancing Pak Naven. Hari ini aku melihat Nerissa dan Pak
Beberapa waktu sebelumnya …“Kamu naik mobil sendiri rupanya.”“Jangan bilang-bilang, aku sedang bertengkar dengan Pak Naven.” Nerissa berbisik, tetapi suaranya masih terdengar. Dia sengaja mengatakan itu karena tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada Harry.“Memang kenapa?” tanya Ana yang ingin tahu.“Ceritanya panjang. Lain kali saja aku akan cerita.” Nerissa tidak menjelaskan secara rinci. Dia memang hanya ingin memancing Harry saja.Lift terbuka, mereka berdua segera masuk ke lift. Mereka berdua sama-sama ke tempat parkir. Mengambil mobil mereka masing-masing.Sore ini Nerissa mengendarai mobilnya pulang. Sudah lama tidak menyetir, tentu saja itu membuatnya begitu senang. Namun, tiba-tiba kesenangan itu sirna ketika tiba-tiba saja mobilnya agak tersendat-sendat. Karena itu, dia langsung menepikan mobilnya.“Kenapa mobilku?”Nerissa mencoba menyalakan mobilnya, tapi sayangnya tidak bisa. Dia terus mencoba, tapi tetap saja tidak bisa.Ingin tahu apa yang terjadi, dia turun dari mobil
Naven sudah keliling kota untuk mencari keberadaan Nerissa. Namun, tidak ditemukan keberadaan istrinya itu. Waktu menunjukan jam dua belas malam. Dia sudah tidak tahu harus mencari istrinya itu di mana lagi.Dengan segera Naven menghubungi Kiki. Asistennya itu pasti tahu harus bagaiamana mencari Nerissa di tengah malam seperti ini. “Halo.” Suara Kiki terdengar parau. Pria itu sedang nyenyak-nyenyaknya tidur sampai suara ponselnya berdering, mengganggu tidurnya.“Ki, Nerissa hilang.”“Hilang.” Suara Kiki di seberang sana terdengar begitu terkejut. “Hilang bagaimana, Pak?” tanya Kiki di seberang sana.“Sudah cepat ke sini. Aku di depan kantor. Nanti aku akan ceritakan.”“Baik, Pak.”Akhirnya Naven menunggu Kiki di depan kantor. Dia benar-benar merasa begitu bingung ke mana harus mencari istrinya itu. Sudah bingung seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Satu jam kemudian, Kiki datang ke kantor. Dia melihat Naven duduk di lobi kantor sedang menunggunya.“Pak.” Kiki menyapa Naven.“
Pertanyaan itu pun menyadarkan Naven jika Ana tidak tahu kontrak pernikahan rahasia mereka. Jadi berpikir jika dia dan Nerissa memiliki pernikahan normal pada umumnya. “Iya, aku akan masuk.” Naven mengangguk.Naven segera mengayunkan langkah masuk ke kamar yang ditempat Nerissa. Tak lupa untuk menutup pintu kamar. Ana yang melihat Naven sudah masuk ke kamar pun segera memilih untuk masuk ke kamarnya. Sepertinya setelah ini dia harus cepat tidur. Karena besok dia harus bekerja pagi. Di dalam kamar, Naven melihat sang istri tidur dengan pulas. Tak mau mengganggu sang istri, Naven pun memilih untuk mendekat dengan perlahan. Saat di sisi tempat tidur, Naven melihat jika tempat tidur cukup kecil. Jika diisi mereka berdua, pastinya akan sempit. Naven pun melihat ke sekitar. Di kamar ini tidak ada sofa. Jadi mau tidak mau dia harus tidur di atas tempat tidur bersama Nerissa.Dengan perlahan, Naven naik ke atas tempat tidur. Dia benar-benar memastikan jika gerakannya tidak akan membangunk
Nerissa langsung berbalik untuk meninggalkan Naven. Tak mau tidur satu kamar bersama Naven.Naven dengan santainya justru langsung merebahkan tubuh. Tempat tidur sekarang jauh lebih luas. Jadi tentu saja membuatnya lebih nyaman.Nerissa segera membuka pintu. Sebelum membukanya sempurna, dia sempat menoleh ke belakang untyk melihat Naven. Alangkah terkejutnya melihat Naven yang justru menguasai semua tempat tidur. Seolah senang dengan kepergian.‘Dasar egois.’Tak mau melihat Naven, Nerissa segera keluar. Tempat yang dituju adalah tempat Ana. Dengan percaya diri, Nerissa membuka pintu kamar Ana dengan perlahan.Sayangnya, pintu kamar tertutup. Tentu saja itu membuat Nerissa terkejut. Tidak biasa-biasanya Ana mengunci pintunya.Sejenak Nerissa memikirkan jika Ana pasti sudah tidur dan tidak mau diganggu. Karena itu dia mengunci pintu kamar.Di saat seperti ini, Nerissa benar-benar bingung. Dia tidak tahu harus bagaimana. Jika kembali ke kamar, artinya dia harus tidur di ranjang bersama
Nerissa yang sedang tidur nyenyak merasakan sebuah tangan yang memeluknya, tapi karena dia begitu mengantuk, alhasil dia membiarkan. Makin lama pelukan itu makin erat. Tangan kokoh itu memeluk tepat di dua gundukan kenyal miliknya. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut. Buru-buru Nerissa membuka mata. Dilihatnya ada tangan pria yang sedang memegangi gundukan kenyal miliknya. Jelas itu adalah tangan Naven. Telapak tangan yang menempel pas membuat seluruh gundukan kenyal miliknya itu masuk ke dalam tangan. Lebih membuat Nerissa terkejut. Bagaimana bisa tangan menyusup lewat bawah tubuhnya dan dia tidak merasakan apa-apa. Alhasil dua tangan Naven pas memegang dua gundukan kenyal miliknya. Ini adalah kali pertama pria memegang area tubuhnya. Jadi tentu saja itu membuatnya takut sekali. Dengan segera, Nerissa menyingkirkan tangan itu. Dengan gerakan cepat pula, dia mendorong tubuh Naven undur. “Aaaacchhh .....”Namun, alangkah terkejutnya Nerissa ketika memegangi sesuatu yang t
“Memang kenapa, Pak?” Kiki menatap Naven dari pantulan kaca yang ada di atas dasbor. Ingin tahu ada angin apa pagi-pagi atasanya itu membahas kerang itu.“Tadi Nerissa teriak karena memegang itu. Makanya aku ingin tahu.” Dengan polosnya Naven bercerita. Dia masih bingung dengan sikap sang istri yang pagi-pagi aneh sekali. Bagaimana bisa membicarakan kerang saat di kamar.Kiki menahan tawanya ketika dengan polosnya atasannya itu bercerita. Kadang Kiki merasa atasannya terlalu sibuk dengan pekerjaan, sampai tidak tahu beberapa hal.“Sebaiknya Pak Naven nanti cari saja di internet agar lebih jelasnya.” Naven hanya melirik malas pada Kiki. Bisa-bisanya asistennya itu tidak mau memberitahu. Mobil akhirnya sampai di lobi. Mereka semua turun dan meminta petugas parkir untuk memarkirkan mobil mereka. Nerissa berjalan sedikit menjauh dari suaminya. Berjalan buru-buru lebih dulu agar tidak berjalan bersama Naven. Bayangan apa yang dipegangnya tadi masih menghiasi kepalanya. “Kamu masih mara
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak