“Sudah-sudah. Jangan banyak tanya.” Nerissa langsung mendorong tubuh Ana untuk masuk ke kamar.Ana langsung diam. Dia paham jika pasti Nerissa dan Naven sedang bermesraan dengan Nerissa. Maklum karena masih terbilang pengantin baru.Nerissa yang masuk ke kamar segera mandi. Bergantian dengan Ana. Kepulangan Naven yang mendadak memang membuat Nerissa cukup terkejut. Namun, mau bagaimana lagi, karena sang suami sudah di rumah.Ana yang selesai mandi pun bersiap merapikan pakaiannya. Karena Naven sudah pulang, tentu saja itu membuatnya berpikir jika lebih baik jika pulang. “Na, kamu mau ke mana?” Nerissa merasa terkejut ketika melihat Ana merapikan pakaiannya.“Pak Naven sudah pulang. Jadi aku rasa jika tidak ada salahnya jika aku pulang.”Mendengar ucapan Ana, tentu saja Nerissa kecewa. Namun, Ana memang di sini untuk menemaninya saat Naven tidak ada. Jadi wajar jika Ana memilih untuk pulang.“Baiklah kalau begitu.” Nerissa mengangguk, tak menghalangi niat Ana untuk pulang.Nerissa dan
Saat mendengar suara tersedak, Nerissa dan Ana langsung mengalihkan pandangan pada Naven. Mereka saling pandang ketika melihat Naven tersedak.“Pak Naven tidak apa-apa?” Kiki panik ketika Naven tersedak. Dia tahu pasti apa yang membuat Naven tersedak.“Tidak.” Naven langsung menggeleng.Saat mendengar Naven tidak apa-apa, Nerissa pun langsung tenang. Dia kembali melihat postingan Evelyn itu.“Lihat ada orang di sini. Apakah dia kekasihnya?” Tiba-tiba Nerissa menemukan seseorang di slide foto terakhir.Naven membulatkan matanya ketika mendengar ucapan Nerissa itu. Jantungnya berdegup kencang, takut Nerissa menemukan foto dirinya di dalam foto Evelyn.“Ki, tolong antarkan Ana pulang. Ini sudah malam.” Akhirnya Naven mengambil jalan tengah untuk cepat meminta Ana pergi agar Nerissa tidak melihat foto Evelyn terlalu lama dan menemukan dirinya.“Baik, Pak.”“Hadiahnya ada di sana. Bawakan sekalian.” Naven mengarahkan ke sudut ruangan, di mana letak hadiah untuk Ana yang ingin diberikan.Ne
Bab 59 Naven langsung menelan salivanya ketika mendengar ucapan Nerissa itu. Sejenak dia ingat ucapan Nerissa tadi bersama Ana. Namun, tidak menyangka jika Nerissa memerhatikan baju pria yang berada di foto.Lebih bodohnya Naven dengan percaya dirinya memamerkan kemeja itu pada Nerissa. Jika sudah begini, tentu saja membuat Naven bingung harus apa. Dia belum siap jika Nerissa tahu siapa Evelyn sebenarnya.“Kamu tahu tas-tas branded itu banyak sekali ditiru. Pasti pria yang di foto itu meniru desain desainer yang membuat kemeja itu.” Bukan Naven namanya jika tidak bisa memberikan alasan dan tentu saja alasannya masuk akal.Nerissa merasa jika alasan Naven itu cukup masuk akal. Dia sering sekali lihat tas palsu beredar. Jadi wajar jika desain baju ditiru juga. Jadi dia percaya saja yang diucapkan oleh Naven.“Sayang sekali bayar mahal-mahal, tapi desainnya ditiru.” Nerissa merasa justru sayang pada uang yang dikeluarkan. Lebih baik membeli baju yang ditiru orang. Lebih baik desain umum
Langkah Nerissa langsung terhenti ketika mendengar suara Naven. Tak menyangka jika Naven belum tidur. “Baik, saya kembali.” Terpaksa Nerissa kembali ke sofa dan duduk di sana. Mata Nerissa semakin berat. Dia benar-benar sangat mengantuk sekali. Namun, dia belum bisa pergi sebelum Naven tidur. Sesekali dia menguap karena mengantuk. Rasanya dia ingin sekali segera pergi ke kamarnya untuk merebahkan tubuhnya. Sayangnya, dia harus sabar menunggu. “Pak Naven sudah tidur?” tanyanya. “Belum.”Mendengar jawaban itu, Nerissa hanya bisa pasrah. Dia kembali menunggu Naven. Karena mengantuk, Nerissa menyandarkan kepalanya ke punggung sofa. “Pak Naven sudah tidur?” Beberapa saat kemudian Nerissa bertanya. “Belum.” Mendapati jawaban itu membuat Nerissa lelah menunggu. Dia terus menguap. Karena terlalu nyaman bersandar di punggung sofa, lama-lama Nerissa memejamkan matanya. “Pak Naven sudah tidur?” Kembali Nerissa memastikan kembali. Suara Nerissa terdengar lirih karena sudah mengantuk.Ka
Mendapati larangan itu tentu saja membuat Nerissa bingung. Kenapa tiba-tiba sekali Naven melarangnya. Padahal dia sudah siap untuk pergi berenang.‘’Memang kenapa?”“Kita akan pergi.”“Pergi ke mana?” Nerissa tampak penasaran sekali.“Sudah jangan banyak bicara. Bersiaplah. Nanti kamu akan tahu.” Naven mengayunkan langkahnya ke kamarSebenarnya Naven hanya mengulur waktu. Karena dia sendiri juga sedang memikirkan ke mana dia akan pergi bersama Nerissa.Saat ditinggal begitu saja oleh Naven, Nerissa hanya bisa terdiam. Dia masih merasa aneh sekali dengan sikap Naven. Kenapa juga pria itu tiba-tiba sekali ingin mengajaknya pergi.“Dia benar-benar menyebalkan sekali!”Nerissa harus menahan geramnya ketika Naven harus menghalangi kesenangannya. Namun, dia tidak punya kuasa untuk menolak. Dengan langkah kesal, Nerissa segera kembali ke kamar. Bersiap untuk pergi dengan Naven.Di kamar mandi, Naven yang sedang menggosok rambutnya dengan sampo, memikirkan ke mana dia akan membawa Nerissa. Pa
Kini tinggal Nerissa sendiri bersama mertuanya. Tentu saja itu membuat Nerissa takut sekali. Apalagi teman-teman Mama Ruby terlihat orang-orang berkelas.“Jadi menantu Jeng Ruby ini kerja di mana?” Salah seorang teman bertanya.Mendengar pertanyaan itu, Nerissa tampak takut. Sebagai karyawan rendahan, pastinya itu sangat memalukan.“Dia kerja sebagai manajer pemasaran di perusahaan kami.” Mama Ruby mengulas senyum manisnya. “Mereka itu seperti saya dan suami yang bertemu di kantor.” Kali ini Mama Ruby tertawa ketika menceritakan hal itu.“Wah ... ternyata buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”“Benar-benar mereka memang menuruni kisah kami.” Mama Ruby tampak senang.Nerissa melihat Mama Ruby tampak bahagia sekali. Tentu saja membuat Nerissa tampak jauh lebih tenang.“Nerissa, belum ada tanda-tanda?” Teman Mama Ruby menatap Nerissa.“Tanda-tanda apa Tante?” Nerissa tampak bingung.“Tanda-tanda kehamilan?”Mendapati penjelasan itu membuat Nerissa bingung. Dia tidak tahu harus menjawab ap
Mendengar pertanyaan itu membuat dahi Naven berkerut dalam. Pikirannya melayang memikirkan siapa yang menghubungi. “Ini siapa?” Walaupun sudah bisa menebak, tapi Naven mau mendengar secara langsung. Saat Naven melemparkan pertanyaan itu, Nerissa menghentikan langkahnya. Entah kenapa dia merasa ikut penasaran ketika Naven bertanya siapa yang menghubungi. “Saya Evan Martin-teman Nerissa.” Benar dugaan Naven jika yang menghubungi adalah pria yang kala itu bertemu di restoran cepat saji. Pria itu ternyata benar-benar menghubungi Nerissa.“Ada perlu apa?” tanya Naven dengan ketus. “Apa bisa saya bicara dengan Nerissa?”Mendengar permintaan itu, Naven langsung menatap dengan tajam Nerissa. Dia sedikit kesal ketika pria di seberang sana ingin bicara dengan Nerissa. Tatapan Naven itu membuat Nerissa yakin jika sambungan telepon itu ada hubungannya dengan dirinya. Namun, tentang apa Nerissa tidak tahu.“Jika ada yang penting kamu bisa sampaikan padaku. Nerissa sedang sibuk.” Nerissa su
Naven yang sedang asyik menyesap bibir Nerissa tanpa sengaja menggigit bibir istrinya itu ketika didorong. Dengan segera dia bangkit dan menegakkan tubuhnya. Pria itu tampak santai. Padahal baru saja dia mencium Nerissa.“Kenapa Pak Naven mencium saya?” Nerissa langsung melemparkan protesnya ketika Naven dengan enaknya menciumnya tanpa permisi. “Itu hukuman untukmu.” Dengan tenang Naven menjawab.“Hukuman?” Dahi Nerissa berkerut dalam ketika mendengar jawaban itu. “Hukuman atas apa?” tanya Nerissa ingin tahu. “Hukuman karena kamu sudah mengambil ponselku dengan tanpa permisi. Jadi impas. Kamu mengambil ponselku tanpa permisi dan aku menciummu tanpa permisi.” Bukan Naven kalau tidak bisa mengelak dan membuat dirinya selalu benar. Dia punya beribu ide di kepalanya untuk hal-hal seperti ini. Nerissa hanya bisa terperangah ketika mendengar jawaban Naven itu. Benar-benar jawaban itu sangat konyol sekali. Tidak masuk akal. Mana ada pembalasan seperti itu.“Jika Pak Naven tidak suka sa
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak