Kiki membawa koper ke mobil. Dia sebenarnya tadi sedikit kesal dengan Ana yang memberikan perintah. Namun, saat Nerissa yang memberikan perintah. Tentu saja dia langsung melakukannya.Ana melihat perubahan Kiki yang cukup signifikan. Tentu saja itu membuatnya merasa begitu aneh sekali. Namun, Ana tidak mau berpikir macam-macam. Mengingat Nerissa adalah istri Presdir, mungkin Kiki hanya mau diperintah olehnya saja.Mereka bertiga segera ke tempat parkir. Kiki menaruh koper di bagasi belakang lebih dulu sebelum akhirnya melajukan mobilnya ke apartemen.Kiki membawakan koper sampai ke apartemen. Dia memastikan Nerissa sampai di apartemen dengan selamat.Saat masuk ke apartemen, Ana dibuat tercengang dengan apartemen yang ditempati Nerissa. Apartemen cukup besar. Berlipat-lipat kali besarnya dari apartemen yang ditempati.“Sa, kamu tinggal di apartemen sebagus dan sebesar ini?” Ana benar-benar tercengang sekali.Nerissa hanya tersenyum. Kemewahan ini tidak lama dinikmati, tentu saja tidak
Naven memerhatikan orang yang keluar dari kamar tersebut. Ternyata benar itu adalah Nerissa. Tentu saja itu membuat Naven tersenyum. Namun, alangkah terkejutnya ketika melihat Nerissa keluar dengan handuk di kepala. Sejenak dia ingat bagaimana leher putih Nerissa terpampang. Tentu saja itu membuat Naven was-was. Di apartemen tidak hanya Nerissa saja, tapi ada Kiki juga. Naven langsung menyalakan mode suara di CCTV. Ingin menegur Nerissa secara langsung. “Kenapa keluar dengan handuk seperti itu?” Di apartemen, Nerissa yang baru saja keluar dari kamar terkejut dengan suara seseorang. Dia melihat ke sekitar untuk mencari suara sumber suara. Nerissa celingak-celinguk mencari sumber suara. Sayangnya, tidak menemukan siapa-siapa.“Masuk dan keringkan rambutmu dulu!” Naven dari CCTV kembali berbicara. Saat mencari suara, Nerissa akhirnya menemukan jika ternyata suara itu berasal dari CCTV. Dia memikirkan siapa yang berbicara itu. “Apa kamu tidak dengar apa yang aku katakan?” “Pak Nave
Naven menikmati makan malam bersama Evelyn. Dia menyiapkan makan malam romantis untuk kekasihnya itu. Sebuket bunga pun disiapkan oleh Naven untuk Evelyn.“Terima kasih kamu sudah menyiapkan semuanya ini. Aku merasa beruntung sekali mendapatkanmu.” Evelyn tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang dirasakan. Dia begitu senang sekali dengan apa yang dilakukan Naven.‘’Untukmu memang harus spesial.” Naven mengulas senyum manisnya.“Rasanya tidak sabar menjadi istrimu dan selalu mendapatkan kejutan-kejutan ini.”Kata-kata yang keluar dari mulut Evelyn itu jelas membuat Naven tiba-tiba teringat akan Nerissa. Sebagai istri, Nerissa justru tidak mendapatkan hal-hal spesial ini.“Aku harap dua tahun berjalan dengan cepat. Agar kita bisa bersama.”“Iya.” Naven mengangguk.Pikiran Naven justru kembali terusik dengan Nerissa. Memikirkan apa yang dilakukan Nerissa bersama temannya.“Setelah ini aku akan sibuk syuting. Jadi aku benar-benar ingin menghabiskan waktu bersamamu.”Naven tahu jika keka
Nerissa dan Ana sedang menonton film bersama. Tadi Nerissa meminta Kiki untuk membelikan cemilan. Jadi kini mereka menonton sambil memakan cemilan.“Sepertinya aku salah jika menonton denganmu.” Ana tertawa ketika melihat adegan di dalam film.“Apa yang salah?” Nerissa tidak mengerti apa yang dikatakan oleh temannya itu.“Iya, karena kamu sudah pernah melakukannya.”Untuk sejenak Nerissa terdiam. Dia merasa bingung dengan ucapan temannya. Tentu saja yang dimaksud adalah hubungan suami-istri. Sejujurnya memang Nerissa belum pernah melakukan hubungan suami-istri. Dengan mantan suaminya maupun dengan Naven. “Katakan, bagaimana malam pertama dengan Pak Naven? Apa dia tahu jika kamu masih perawan?”Ana memang tahu tentang kisah masa lalu Nerissa. Namun, belakangan ini banyak hal yang tidak diceritakan pada Ana. Jadi kali ini Nerissa tidak tahu harus menjawab apa.“Iya, dia sangat terkejut ketika mengetahui aku masih perawan.” Terpaksa Nerissa berbohong karena tak mau membuat temannya itu
Nerissa cukup kecewa ketika tidak bisa olahraga pagi. Entah kemalangan apa yang menimpanya. Sampai-sampai kolam renang dan tempat gym sedang diperbaiki.“Bagaimana jika kita olahraga di sini saja? Kita lihat video dari internet saja.” Ana memberikan saran pada Nerissa. Mendapati saran dari Ana, membuat Nerissa merasa tidak ada salahnya jika berolahraga di rumah. Dia sudah memakai baju olahraga. Jadi tinggal olahraga saja.“Baiklah, ayo.” Nerissa menerima ide Ana.Kiki yang melihat dua wanita hendak berolahraga, merasa tidak nyaman. Pastinya dia tidak berani keluar jika masih ada di dalam apartemen.“Karena Bu Nerissa akan olahraga di sini, saya keluar saja.” Kiki langsung berinisiatif mengatakan pada Nerissa.Mendengar suara Kiki, membuat Nerissa menoleh. Dia merasa ada baiknya jika Kiki keluar. Karena dia akan lebih leluasa.“Iya, kamu keluar saja sana cari sarapan. Nanti jika aku selesai olahraga, aku akan mengabarimu.” Nerissa pun mengizinkan Kiki untuk pergi.Segera Kiki pergi
Naven segera membuka pintu. Namun, dia hanya membuka sedikit, kemudian menyembulkan kepalanya keluar.“Tunggu sebentar. Aku masih ganti baju.” Naven meminta Evlyn untuk menunggu lebih dulu.“Kamu sedang tidak pakai baju?” Evelyn menyeringai.Naven melihat ke arah tubuhnya. Sejak tadi dia memang hanya memakai handuk saja. Belum memakai baju.“Iya, jadi jangan masuk. Aku akan segera keluar.” Naven langsung menatap tajam. Dia takut sekali Evelyn masuk.“Baiklah.” Evelyn menekuk bibirnya kesal. Dia pikir bisa masuk ke kamar Naven saat pria itu tidak pakai baju, tapi ternyata Naven langsung melarang.Naven langsung segera menutup pintu. Tak mau sampai Evelyn masuk.Saat pintu ditutup, Naven melihat ke arah tubuhnya bagian bawah. Di balik handuk yang melilit tubuhnya, dia melihat sesuatu yang menonjol.“Astaga, kenapa juga begini?” Naven keheranan. Tak biasa-biasanya miliknya seperti ini.Terpaksa Naven menunggu sebentar agar miliknya itu tidur dulu. Barulah dia pakai baju dan keluar.Di w
Naven memikirkan apakah Nerissa memikirkan suara yang terdengar itu atau tidak? Dia merasa takut Nerissa berpikir yang tidak-tidak ketika mendengar suara itu.“Kamu kenapa? Kenapa tidak segera dimakan?” Evelyn melihat Naven yang memainkan makanannya dan tidak kunjung memakan makanannya.“Iya, aku makan.” Naven segera memasukkan makanan ke dalam mulutnya.“Kamu memikirkan apa sebenarnya?” Evelyn merasa jika pikiran Naven sedang tidak di sini. Entah apa yang dipikirkan oleh pria itu.“Aku tidak memikirkan apa-apa.” Naven mengelak. Dia segera memakan makanannya.Evelyn berusaha untuk tetap tenang dan biasa saja. Tak mau memikirkan apa yang sebenarnya dipikirkan Naven.“Setelah ini kita menyelam. Aku ingin melihat pemandangan bawah laut.” Evelyn tak sabar untuk menikmati bawah laut.“Iya, baiklah.” Naven mengganggu.Usai makan mereka segera ke pantai yang bisa menyelam. Merek menikmati melihat terumbu karang di sana.Sayangnya, Naven kembali tak fokus. Hingga naik ke permukaan lebih dulu.
“Apa perlu kita ke dokter?” Evelyn menatap Naven.Mendapati pertanyaan itu jelas membuat Naven bingung. Dia tidak benar-benar sakit. Hanya pikirannya memang sedang tidak baik-baik saja karena memikirkan Nerissa.“Tidak perlu, aku tidak apa-apa. Hanya butuh istirahat saja.” Naven menggeleng.“Tapi, sejak tadi kamu tidak enak badan terus.” Evelyn tampak memaksa.“Tidak apa-apa.” Naven berusaha meyakinkan Evelyn. Jika sampai dibawa ke dokter dan diberikan obat, yang ada dia akan minum obat tanpa sakit. “Baiklah, sebaiknya kamu istirahat. Kita tidak perlu jalan-jalan dan keluar malam. Aku takut udara malam justru membuatmu semakin sakit.” Ada guratan kekhawatiran dari raut wajah Evelyn. Baru kali ini Naven sakit.“Apa kamu tidak apa-apa jika tidak pergi jalan-jalan?” Naven memastikan kembali.“Iya, tidak apa-apa. Aku mengerti sekali kamu sedang tidak enak badan. Jadi tidak baik jika memaksakan.”“Atau kamu jalan saja dengan asistenmu. Aku akan di sini.”“Mana bisa aku tenang jika kamu di
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak