“Seorang wanita. Berambut panjang pirang. Kulitnya sedikit sawo matang.” Naven mendapati ciri-ciri itu merasa jika itu bukan Nerissa. Sejenak dia memikirkan siapa wanita yang ciri-cirinya seperti itu. Setelah mencari kepingan memorinya, dia menemukan siapa wanita yang persis disebutkan. Pikirannya tertuju pada selingkuhan Harry. Dia merasa jika bisa saja wanita itu yang melakukannya. Terlebih lagi memiliki motif kuat untuk membuat karier Nerissa hancur. “Lalu, kamu membatalkan kontrak dengannya?” tanya Naven memastikan. “Jadi waktu itu dia datang dan langsung menyodorkan surat pembatalan kontrak. Karena aku pikir itu orang suruhanmu, aku tanda tangani begitu saja tanpa banyak bertanya.” Naven akhirnya tahu kenapa kontrak itu bisa ditandatangani. Evelyn mengira jika orang yang membawa berkas pembatalan kontrak adalah orang suruhannya, dan orang tersebut memanfaatkan celah itu untuk melancarkan aksinya. Ini memang sebuah kebetulan dan tentu saja menguntungkan orang yang berniat m
Acara berlangsung dengan lancar. Para pengunjung terhibur dengan kehadiran Evelyn Manda. Interaksi Evelyn dengan para pengunjung pun begitu baik, hingga menghidupkan suasana. Naven yang melihat dari kejauhan pun merasa lega. Tidak sia-sia membujuk Evelyn untuk kembali bekerja sama dengan Zorion. Walaupun harus menukar sebuah janji pada Evelyn. Dari kejauhan Naven juga melihat wajah Nerissa yang tampak bahagia. Tentu saja dia tidak melepaskan kesempatan itu. Dengan langkah angkuhnya dia menghampiri Nerissa. “Pak Naven.” Jelas kedatangan Naven membuat Nerissa terkejut. Nerissa tidak menyangka jika Naven ada di sana. Padahal pria itu pernah bilang tidak akan datang. “Sepertinya kamu harus berterima kasih padaku karena bisa membuat Evelyn ke sini.” Dua bola mata indah milik Nerissa membuat sempurna ketika mengetahui jika Naven yang membuat Evelyn datang.“Pak Naven yang membuat Evelyn ke sini?” tanya Nerissa memastikan. “Iya.” Nerissa terharu sekali. Akhirnya dia tahu sisi baik d
“Sekali lagi terima kasih sudah berkenan hadir. Semoga ini jadi kerja sama yang baik ke depan. Saya selaku perwakilan Zorion meminta maaf atas apa yang terjadi” Nerissa sedikit membungkukkan tubuhnya ketika meminta maaf pada Evelyn.“Sama-sama.” Evelyn tersenyum.Evelyn segera masuk ke mobilnya. Nerissa masih di depan lobi mal sampai mobil Evelyn pergi. Saat mobil Evelyn pergi, barulah Nerissa masuk ke mal lagi. Dia mencari keberadaan Arumi. Tentu saja dia tidak akan tinggal diam dengan wanita itu.“Na, apa Arumi masih ada di sini?” Nerissa bertanya pada Ana yang kebetulan dilihatnya.“Tidak, Sa. Sepertinya dia sudah kembali.”Nerissa yakin jika Arumi sedang menghindar darinya. Namun, tentu saja dia tidak akan diam saja. Besok saat di kantor, dia akan membuat perhitungan dengan Arumi.Melihat acara yang sudah sukses membuat Nerissa segera memutuskan untuk pulang. Tubuhnya perlu diistirahatkan setelah seharian bekerja dan mengurus event yang nyaris berantakan.Saat sampai di apartemen,
Harry terkejut dengan tawaran yang diberikan pada Arumi. Dia jelas takut kalau sampai Arumi menerima tawaran dari Nerissa itu. Jika sampai hal itu terjadi. Tamatlah sudah riwayatnya. Nerissa melihat jelas wajah Harry yang tampak panik. Dia menunggu Arumi mengungkap semua agar dia bisa sekaligus memberikan pelajaran pada Harry. Arumi menimbang tawaran yang diberikan Nerissa. Dia bingung harus menjawab apa. Dia tidak berani melihat ke arah Harry. Takut jika membuat curiga teman-temannya. “Saya melakukannya sendiri. Tanpa bantuan siapa-siapa. Saya minta nomor itu dari Pak Harry dan tidak memberitahu apa yang ingin saya lakukan.” Setelah menimbang, akhirnya Arumi memilih menanggung sendiri. Tak melibatkan Harry. Belum tentu jika dia mengungkap siapa yang membantu akan menguntungkan untuknya. Dia yakin jika pasti mereka akan mendapatkan hukuman atas apa yang dilakukan. Belum lagi rekan kerjanya akan membicarakannya terus menerus, dan itu membuat Arumi tidak sanggup. Lebih baik keluar
“Coba saja bangunkan dia dan tanya sendiri.” Naven merasa pertanyaan itu tak bisa ditanyakan padanya. Karena hanya Nerissa yang bisa menjawab. Dokter hanya bisa pasrah ketika diminta membangunkan istri Presdir tempatnya bekerja. “Bu Nerissa ....” Dokter mencoba memanggil Nerissa. Nerissa yang mulai sadar pun mencoba membuka mata. Hal pertama yang dilihatnya adalah sebuah ruangan yang asing baginya. Tentu saja itu membuatnya bertanya-tanya di mana dirinya berada. Saat melihat ke sekitar, dia mendapati jika ada suaminya di sana. Tak hanya suaminya ada seorang pria yang memakai jas putih. Nerissa yakin jika itu adalah seorang dokter.“Bu Nerissa, apa yang dirasakan?” tanya dokter ketika Nerissa baru saja membuka mata. Mendapati pertanyaan itu membuat Nerissa merasakan tubuhnya. “Pusing dan badan lemas.” Dengan lemas, Nerissa berusaha menjawab pertanyaan itu. “Kapan terakhir Bu Nerissa datang bulan?” Nerissa tampak berpikir ketika mendapati pertanyaan itu. “Minggu lalu.” Menden
Naven menelan salivanya ketika melihat pemandangan sang istri yang sedang tidur memunggunginya. Kemeja bagian belakang sang istri tersingkap dan memperlihatkan pinggang putihnya.Belum lagi posisi sang istri yang meringkuk, membuat rok pendek yang dipakai semakin ke atas.Naven memang tidak memberikan selimut di kamar, karena memang kamar hanya dipakai saat siang hari dan tidak perlu selimut.Melihat pemandangan tubuh Nerissa membuat Naven salah tingkah. Tubuhnya sedikit panas, meskipun pendingin ruangan berada di suhu paling dingin.Naven sering melihat wanita seksi, tapi entah kenapa dia merasa jika melihat Nerissa sedikit berbeda.Tubuh Nerissa yang meringkuk, membuat pandangan Naven segera beralih ke pendingin ruangan. Dilihatnya pendingin ruangan berada di suhu terendah. Mungkin karena Nerissa sedang sakit, pendingin ruangan terasa dingin.Tak mau melihat istrinya sakit, Naven langsung segera mematikan pendingin ruangan. Kemudian menghampiri sang istri untuk membangunkan“Nerissa
Nerissa memberikan tas pada Naven. Dia harus merapikan penampilannya. Dan, tidak bisa jika membawa tasnya. Naven yang diminta membawa tas Nerissa hanya terperangah. Bagaimana bisa seorang presdir diminta membawakan tas? Tapi, karena Nerissa langsung menyerahkan tasnya, terpaksa dia menerimanya begitu saja. Tepat saat itu juga lift terbuka. Mereka segera masuk ke lift, karena takut jika sampai lift tutup kembali. Di dalam lift, Nerissa mengambil ikat rambut yang berada di dalam tasnya. Kemudian mengikat rambutnya. Naven hanya bisa menelan salivanya ketika sang istri mengikat rambut. Kemeja yang terangkat membuat perut sang istri terlihat. Jelas itu adalah godaan yang benar-benar berat. Nerissa yang menyadari kemejanya terangkat, langsung buru-buru membetulkan kemejanya tersebut. Dia memasukkan kemejanya ke dalam roknya. Lagi dan lagi Naven hanya bisa pasrah ketika istrinya melakukan hal itu. Sang istri ibarat hidangan nikmat, tapi tak dapat dinikmati. Tentu saja membuatnya hany
Nerissa mengalihkan pandangan pada orang yang memanggilnya itu. Tampak seorang pria sedang berjalan ke arahnya. Dia mencoba mengingat siapa pria itu.Naven yang mendengar nama sang istri dipanggil langsung mengalihkan pandangan ke arah orang yang memanggil. Saat mengalihkan pandangan, dia mendapati seorang pria di sana. Tampak Naven begitu penasaran sekali. Siapa pria yang memanggil istrinya itu.“Ternyata benar kamu Nerissa.” Pria itu tidak menyangka bertemu Nerissa di restoran cepat saji. Nerissa masih berusaha mengingat siapa pria yang memanggilnya itu. Dia benar-benar tidak ingat. “Kamu siapa?” Nerissa yang tidak ingat pun memilih untuk bertanya. “Aku Evan, teman sekolahmu.” Nerissa berusaha untuk mengingat nama itu. “Evan Martin?” Dia mencoba menebak. “Iya, aku Evan Martin.” Pria itu membenarkan.Nerissa tampak terkejut ketika mengetahui jika pria di depannya itu adalah teman sekolahnya dulu. “Astaga, ternyata kamu Evan.” Nerissa tidak menyangka jika pria di depannya itu ad
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak