"Aku mau pergi bulan madu karena ada Ana atau tidak, itu bukan urusanmu!" Kiki menatap tajam ke arah Dya, suaranya mengeras bak baja. Dya membalas dengan sorot mata yang tak kalah tajam, suara gemetar namun penuh kekuatan."Tentu saja menjadi urusanku, Kiki! Aku istrimu, dan kamu tahu bahwa Ana itu mantanmu. Mana ada istri yang tidak merasa cemburu ketika suaminya nekat memilih tempat bulan madu hanya karena mantannya ada di sana?"Kemungkinan besar Kiki mengubah rencana menginap di Villa menjadi hotel setelah mengetahui Ana menginap di hotel. Dari sini saja sudah jelas kecurigaan Dya membuahkan hasil. Dya hanya ingin tahu kejujuran Kiki sampai mana. Ya, walau ia tahu pasti rasanya sakit sekali.Melihat Dya tersengal-sengal menahan emosi, Kiki tersenyum tipis. "Kamu ini selain cerewet ternyata, mau tahu urusan orang lain juga." "Jangan berkelit, Ki! Apa lagi alasanmu kalau bukan karena Ana?" Dya menuntut kejujuran, matanya berkaca-kaca, namun suaranya tegas dan memaksa. "Tolong,
Dya terlihat sangat senang karena Kiki mengajaknya makan malam. Dia benar-benar bahagia, duduk sesekali menatap Kiki yang ada di hadapannya sambil menikmati makanan tersaji di meja.Namun, ketenangan Dya tak berlaku lama karena kembali terusik saat melihat Ana di restoran itu. Dia sampai menegakkan badan, lalu memandang Kiki yang terlihat tenang. Dia tak menyangka jika Ana juga muncul di sana.Dya terlihat sangat geram, tidak mungkin jika Ana dan mereka kebetulan berada di hotel yang sama. Dia lalu menatap curiga ke Kiki, rasa kesal kembali menguasai hatinya karena Kiki secara sengaja menginap di kamar yang sama dengan Ana.“Apa kamu sengaja memesan kamar di hotel ini karena tahu jika Ana juga menginap di sini?” tanya Dya dengan emosi meluap tapi suaranya sedikit ditahan agar tidak terlalu keras.Kiki tak menjawab pertanyaan Dya, bahkan menatap wanita itu pun tidak.“Lebih baik cepat makan makananmu sebelum dingin,” ucap Kiki tak acuh.“Apa susahnya menjawab? Kamu merencanakan semua i
Melihat Ana yang membuka pintu, Kiki langsung menarik tengkuk Ana dan mendaratkan bibirnya di bibir Ana. Langkahnya diayunkan maju dan mendorong tubuh Ana masuk ke kamar hotel. Kiki segera menutup pintu dengan kakinya. Kiki menyesap bibir Ana dengan sangat rakus, seolah sedang melampiaskan amarah dan rasa rindunya. Tindakan Kiki yang begitu tiba-tiba itu membuat Ana terkejut. Untuk sesaat dia tidak sadar. Namun, saat tersadar, dia langsung mendorong tubuh Kiki. Sayangnya, kekuatan Ana tidak bisa menghalaunya. Apalagi Kiki merengkuh pinggang Kiki dengan kencang. Hingga membuatnya kesulitan melepaskan diri.Kiki terus saja mencium Ana. Tak peduli dengan penolakan yang dilakukan Ana padanya. Ana yang kesal pun akhirnya menginjak Kaki Kiki. Hingga akhirnya Kiki yang tersadar, langsung melepaskan ciuman itu. Ana menarik napas sedalam-dalamnya. Dicium Kiki membuatnya tak bisa bernapas. Hingga terasa dadanya sesak. Saat lepas dari Kiki, Ana langsung melayangkan tamparan pada Kiki. Mela
Yang diharapkan Ana, tapi yang datang justru Dya. Tentu saja itu membuatnya benar-benar kesal. Dan, lagi Dya datang di saat yang tidak tepat. Perasaannya sedang tidak enak. Jadi kehadiran Dya sangat mengganggu sekali.“Ada apa kamu ke sini?” tanya Kiki penuh selidik. Tanpa menjawab apa-apa. Dya langsung menarik tengkuk Kiki kemudian mendaratkan bibirnya di bibir Kiki secara paksa.Tak hanya mencium, Dya bahkan mendorong Kiki hingga masuk kamar dan menutup pintu dengan kakinya. Kiki sangat terkejut karena Dya terus melangkah yang membuatnya mundur, Kiki berusaha melepas paksa ciuman Dya sampai akhirnya terlepas. Sayangnya, saat mendorong, bibir Kiki jadi tergigit. Kiki sampai meringis kesakitan. Karena sakit, refleks Kiki kemudian mendorong tubuh Dya sampai jatuh ke tempat tidur.Kiki mengusap bibirnya yang kesakitan, lalu memandang Dya yang ada di tempat tidur. Dia merasa Dya benar-benar sudah gila“Apa maksudmu? Kenapa tiba-tiba datang dan menciumku?!” amuk Kiki geram lalu me
Dengan mudah Dya melepaskan pengait bra yang dipakainya. Tinggal melepaskannya. Tangannya langsung bergerak maju untuk meraih tali bra yang berada di pundaknya. Melihat aksi Dya yang membuka pengait bra itu membuat Kiki membulatkan matanya. Istrinya memang cukup gila. Dengan gerakan cepat Kiki mendorong tubuh Dya ke tempat tidur. Tubuh Dya langsung terhempas ke tempat tidur sebelum dirinya sempat menurunkan tali bra-nya. Saat tubuhnya jatuh ke tempat tidur, bra yang dipakai Dya masih terpasang menutupi dadanya, meskipun sedikit bergeser, tapi tak memperlihatkan isi dadanya sepenuhnya.Kiki menatap nanar pada Dya. Perasaannya campur aduk kali ini. Kesal, marah, dan jijik bercampur jadi satu. Namun, yang dilakukan tubuhnya berbeda dengan apa yang ada di pikirannya.Perlahan Kiki mendekat ke arah Dya. Membungkukkan tubuhnya. Tangannya bertumpu ke tempat tidur dan berada di samping lengan Dya. Dya menarik senyumnya saat Kiki mendekat ke arahnya. Artinya apa yang dilakukan sudah dapa
Ana cukup terkejut mendengar ucapan Dya, tapi tentunya dia mengerti kenapa Dya sampai meminta hal itu. Namun, selama ini bukan dirinya yang berusaha mendekati Kiki, tapi pria itu yang masih terus berusaha untuk tetap bersamanya, meski Ana sudah berulang kali mengingatkan.“Aku sudah berusaha menjauh, tapi--” Ana ingin menjelaskan tapi Dya memotong cepat.“Tapi, Kiki yang masih mengejarmu, begitu ‘kan yang mau kamu katakan? Kamu pikir aku percaya? Aku yakin kamu masih mengharapkannya.” Dya memotong cepat karena emosinya meluap.Dya tersenyum miring penuh kekecewaan lalu kembali bicara. “Setidaknya kalau kamu bisa bersikap tegas, dia takkan mengejarmu lagi.”Ana benar-benar mencoba bersabar menghadapi Dya, hingga mencoba menasihati.“Berusahalah lebih keras mendekatinya, aku yakin Kiki bisa luluh kepadamu,” ucap Ana yang malah memberi dukungannya bukannya melarang atau marah karena Dya sudah merebut Kiki darinya.Dya malah geram mendengar ucapan Ana, seolah Ana hanya sedang meledeknya k
Bulan madu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Semua berantakan. Tak ada kemesraan, tak ada perhatian, dan tak ada belaian kasih sayang.Tentu saja hanya pulang dengan penuh kekesalan. Tak ada kebahagiaan sama sekali. Setelah sampai di apartemen pun, Kiki dan Dya memilih masuk ke kamar masing-masing. Tak ada yang keluar hingga pagi hari. Paginya pun mereka memilih untuk pergi sendiri-sendiri. Tak ada yang bertegur sapa. Dya masih kesal dengan Kiki yang membuat bulan madu mereka berantakan, tapi lebih kesal lagi adalah dengan Ana karena wanita itu ada di sana saat bulan madu. Kekesalan Dya pun terbawa sampai ke kantor. Saat di kantor, Dya melihat Ana dengan sinis. Padahal pagi ini ada rapat untuk proyek event baru dan mereka harus berinteraksi. “Dya, aku mau kamu handle event ini. Pastikan jika semua sudah sesuai dengan prosedur.” Ana memberikan perintah. Tak ada jawaban dari Dya. Wanita itu hanya diam saja. Mengabaikan Ana.“Dya, Bu Ana bicara padamu!” Seorang teman menyeng
Sudah nyaris seminggu Kiki dan Dya saling tidak bertegur sapa. Suasana di antara mereka semakin dingin. Semakin Dya diam, Kiki justru semakin senang, karena dengan begitu dia tidak perlu bersusah payah untuk berdrama. Seperti pagi ini, mereka berangkat dengan mobil sendiri-sendiri. Namun, entah kenapa pagi ini mereka bisa sampai bersamaan. Dya berjalan lebih dulu, sedangkan Kiki berjalan tak jauh di belakang Dya. Mereka menuju ke lift yang ada di lantai basement. “Dya, kenapa kamu tidak berangkat bersama Pak Kiki saja jika kalian sampainya bersamaan?” Seorang teman akhirnya menggoda. Dya menoleh ke belakang di mana Kiki berada. Sebenarnya Dya sadar jika pasti akan ada pertanyaan seperti ini dari teman-temannya, dan tak mungkin terus menghindar. “Kalian tahu bukan jika suamiku sibuk menemani Presdir kapan pun. Jadi kalau aku bawa mobil sendiri, aku tidak harus tergantung.” Dya terpaksa memberikan alasan itu. Kiki yang berhenti di depan lift pun mendengar jawaban Dya itu, tapi ti
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak