Apa yang dikatakan Naven itu membuat langkah Nerissa yang mengayun saat berdansa, langsung terhenti.Ucapan Naven itu jelas membuatnya begitu terkejut sekali. Ribuan kali, dia meyakinkan diri jika hal ini tidak akan terjadi, tapi ternyata di luar prediksinya semua terjadi.Perlahan Nerissa melepaskan tangannya yang bertautan dengan tangan Naven. Tangan yang berada di bahu Naven pun dijauhkan. Melihat reaksi Nerissa membuat Naven terkejut. Dia pikir Nerissa akan suka dengan aksinya itu.“Sa ....”“Kenapa Pak Naven melakukan ini pada saya?” Naven merasa bingung dengan apa yang dikatakan oleh Nerissa.“Memang apa yang aku lakukan. Aku hanya mencintamu.”“Pak Naven tahu bukan jika ada kontrak pernikahan di antara kita. Bukankah harusnya Pak Naven tidak menggunakan perasaan.” Nerissa mencoba mengingatkan Naven. “Iya, aku tahu jika memang tidak seharusnya aku menggunakan perasaan. Tapi, perasaan itu datang begitu saja.” Naven sendiri tidak pernah menyangka jika perasaannya akan tumbuh s
“Ayo.” Kiki segera mengajak Ana untuk pergi dari restoran.“Mereka sudah selesai?” Ana tampak penasaran.“Iya.” Kiki hanya menjawab singkat.Mereka segera ke vila. Kiki harus mengantarkan Ana lebih dulu ke vila sebelum ke bar.“Pak Kiki tidak turun?” Ana yang melihat hanya dirinya sendiri yang turun pun merasa aneh.“Aku harus menemui Pak Naven dulu. Kamu masuk saja dan temani Bu Nerissa.” Kiki memberikan perintahnya.Ana sejujurnya bingung dengan apa yang terjadi. Dia bingung kenapa Naven sedang di luar dan Nerissa di vila sendiri. Apa yang sebenarnya terjadi?Namun, tak mau banyak bertanya Ana segera turun dari mobil. Kemudian masuk ke vila untuk menemui Nerissa.Kiki langsung bergegas ke bar untuk menemui Naven. Dia harus tahu apa yang terjadi sampai atasannya itu ke bar setelah makan malam romantis.Ana yang masuk ke vila segera menuju ke kamar Nerissa. Dia ingin tahu apa yang terjadi.Tepat di depan kamar Nerissa, Ana mengetuk pintu lebih dulu. Hingga beberapa saat kemudian Neris
Semalaman, Nerissa terus memikirkan Naven yang mabuk. Sehingga pagi ini, dia minta pihak vila untuk membuatkan teh herbal. Dengan membawa nampan yang berisi secangkir teh herbal, Nerissa pergi ke kamar Naven.Bersamaan dengan Nerissa yang hendak naik ke lantai atas, Kiki turun ke lantai bawah. Mereka berpapasan di anak tangga paling atas. Kiki melihat apa yang dibawa oleh Nerissa. Dia yakin jika Nerissa ingin menemui Naven untuk memberikan teh tersebut. “Bu Nerissa mau menemui Pak Naven?” tanya Kiki. “Iya, aku mau menemui Pak Naven untuk memberikan teh herbal.” “Maaf, Bu. Sebaiknya saya saja yang memberikan teh tersebut.” Kiki tahu pasti Naven akan marah jikaNaven sudah berpesan untuk jangan sampai Nerissa melihatnya bangun tidur dengan keadaan kacau setelah mabuk. Ada rasa sedih ketika Kiki meminta teh yang dibawanya. Namun, Kiki pasti melakukan itu atas permintaan Naven seperti semalam Naven tidak mau tidur sekamar dengannya. “Baiklah.” Nerissa akhirnya memberikan nampan ber
Pagi ini, Nerissa sudah mulai pada rutinitasnya. Sebelum berangkat, dia memilih untuk membuat coklat hangat.Sambil menikmati coklat hangat, pandangan Nerissa tertuju pada kamar Naven. Biasanya, Naven akan menikmati secangkir kopi sebelum berangkat, tapi pria itu tak kunjung keluar dari kamar.Tepat saat Kiki datang, Naven baru keluar. Dia hanya memberikan tas kerjanya pada Kiki dan berlalu begitu saja keluar. Tak ada satu patah kata pun yang diberikannya pada Nerissa.Sikap Naven itu benar-benar membuat Nerissa tidak nyaman. Namun, apa boleh buat. Ini sudah jadi konsekuensi yang harus diterima oleh Nerissa setelah meragukan cinta Naven.Mereka berangkat kerja tanpa berbicara sama sekali. Situasi ini benar-benar membuat Kiki tidak nyaman sekali. Namun, dia hanya bisa pasrah. Mengingat atasannya sedang melayangkan perang dingin. Sampai di kantor pun tak ada sepatah kata pun keluar dari mulut Naven. Sampai-sampai Nerissa tidak berani berpamitan pada Naven saat keluar dari lift. Biasa
Mendengar namanya dipanggil, Naven mengalihkan pandangannya. Dia cukup terkejut ketika melihat siapa yang memanggilnya. “Kamu sudah pulang dari luar negeri?” tanya Naven penasaran.“Sudah, baru kemarin.”Dya menatap wanita yang berada di samping Naven. Dilihatnya wanita itu cantik sekali. Dia menebak jika itu adalah istri Naven.“Ini istrimu?” tanya Dya“Iya, dia istriku.” Naven membenarkan ucapan sepupunya itu. Kemudian beralih pada Nerissa. “Sayang, kenalkan ini Dya-sepupuku.” Dia memperkenalkan sepupunya itu pada istrinya.Nerissa segera mengulurkan tangan. “Nerissa.”“Dya.” Dya menerima uluran tangan Nerissa. “Senang akhirnya bertemu denganmu. Maaf, waktu itu aku ke luar negeri, karena itu tidak datang ke pernikahan kalian.” Nerissa akhirnya tahu kenapa dia baru tahu wanita di depannya itu. Ternyata sewaktu pernikahan, dia tidak datang.“Senang bertemu denganmu juga. Tidak apa-apa.” Nerissa tersenyum.“Kami temui keluarga dulu.” Naven pun segera berpamitan dengan sepupunya itu.
Naven mengobrol dengan papa dan juga rekan bisnis sang papa. Mengobrol dengan orang-orang yang sudah ahli dalam bisnis, memang memberikan manfaat lebih untuknya.Saat sedang mengobrol, ponselnya berdering. Naven segera berpamitan untuk mengangkat sambungan telepon. Saat melihat layar ponselnya, dia melihat jika Kiki yang menghubungi.“Ada apa, Ki?”“Nona Evelyn di sini, Pak.”Kedua bola mata Naven membulat sempurna ketika mendengar apa yang dikatakan Kiki. Dia tidak menyangka jika Evelyn pulang dari luar negeri dan menghadiri acara pernikahan ini.“Cegah dia masuk. Aku akan keluar.”“Baik, Pak.”Naven segera mengayunkan langkahnya keluar. Tempat yang dituju adalah tempat parkir. Dia yakin jika Kiki di sana. Benar saja. Dari kejauhan, dia melihat Kiki yang sedang bersama Evelyn.Kiki yang melihat Naven menghampiri pun meminta Evelyn untuk masuk ke mobil. Karena Naven ingin bicara di dalam mobil.Evelyn segera masuk dan disusul oleh Naven kemudian. Saat Naven masuk, Evelyn langsung meme
“Ayo pulang.” Nerissa tidak menjawab, tapi justru berbalik dan mengayunkan langkahnya. Sikap Nerissa itu membuat Naven kesal. Sejak tadi dirinya sudah khawatir, tapi justru wanita itu seenaknya pergi. Dengan segera Naven mengejar Nerissa.“Aku tanya ke mana kamu, kenapa tidak menjawab?”Sayangnya, Nerissa memilih mengabaikan pertanyaan itu, dan terus mengayunkan langkahnya.Naven semakin kesal melihat sikap Nerissa itu. Dia benar-benar merasa jika Nerissa tidak menghargainya. Dengan segera dia mengejar lebih cepat Nerissa, dan menarik tangannya.Nerissa menatap Naven lekat ketika pria itu menarik tubuhnya. Dia berusaha untuk tidak menangis. Akan sangat lucu jika dia menangis karena melihat Naven bersama wanita lain.“Aku tanya kamu ke mana, tapi kamu justru pergi. Apa kamu tidak tahu jika aku khawatir saat mencarimu?” Naven meluapkan kekesalannya. Bukan karena Nerissa pernah menolaknya, dia kesal. Namun, memang dia benar-benar khawatir sekali tadi. Nerissa merasa lucu ketika Naven b
Naven menceritakan pada Kiki karena selama asistennya itu tahu semua kisah percintaannya. Asistennya juga yang selalu memberikan saran padanya.Kiki yang sedang meletakan minuman soda di atas meja pun seketika menghentikan aksinya itu. Dia cukup terkejut dengan apa yang didengarnya.“Lalu?” Kiki segera meletakan minuman soda, kemudian duduk di sofa. Dia ingin mendengar cerita Naven lebih detail.“Dia hanya tanya apakah itu kekasihku atau bukan?”“Pak Naven jawab apa?”“Aku tidak mau dia mengira aku pengemis cinta setelah ditolak olehnya. Karena itu aku jawab iya.”Kiki hanya bisa mengembuskan napasnya. Jawaban seperti itu pastinya akan memperkeruh keadaan.“Apa Pak Naven jawab seperti itu artinya Pak Naven tetap akan bersama Nona Evelyn dan melepaskan Bu Nerissa?” Kiki belum dapat kesimpulan apa-apa. Jadi harus menggali lebih dalam.“Bukan begitu.”“Lalu? Pak Naven mau tetap bersama Bu Nerissa dan meninggalkan Nona Evelyn.” Kiki membalik pertanyaan.“Aaahhh ….” Naven mengembuskan napa
“Sayang, cepat kita tidak boleh datang terlambat, apalagi kita adalah pendamping pengantin wanita.” Naven mengetuk pintu kamar mandi karena sang istri tidak kunjung keluar.Hari ini adalah hari pernikahan Dya dan Dave. Pesta pernikahan di adalah di pulau dewata. Keluarga turut hadir untuk menemani pernikahan Dya.Tadinya, Dya mau menunggu kuliahnya selesai, tetapi sang oma memaksa untuk segera Dya menikah agar oma tenang ketika Dya di luar negeri. Alhasil, akhirnya Dya pun menuruti.Mengingat Dya dan Dave saling mencintai, jadi tak ada masalah bagi mereka menikah kapan pun. Mungkin lebih cepat justru lebih baik.“Iya-iya, sebentar.” Nerissa segera keluar dari kamar mandi.“Ayo, semua sudah siap.” Naven segera mengayunkan langkah keluar dari kamar hotel sambil menggendong Naresh di dadanya.Nerissa mengekor sang suami di belakang. Sebenarnya, tadi ada yang ingin dikatakan oleh Nerissa, tetapi sepertinya, dia akan mengatakan pada suaminya nanti saja.Acara pesta pernikahan Dya dan Dave d
“Ki, pastikan pria itu mendapatkan hukuman yang setimpal. Aku tidak mau sampai dia bebas dengan mudah setelah apa yang dilakukan pada Nerissa!” Naven memberikan perintah pada Kiki untuk mengurus semuanya. Memastikan jika Harry akan mendapatkan ganjaran yang setimpal atas apa yang dilakukannya.“Baik, Pak. Saya akan pastikan jika Harry akan mendapatkan balasan setimpal atas apa yang dilakukannya.”“Baiklah, aku titip kantor beberapa hari padamu. Jika tidak ada urusan mendesak jangan hubungi aku.” Hari ini rencananya Naven dan Nerissa akan pergi ke pulau dewata untuk menikmati liburan. Sejujurnya kejutan yang akan diberikan Naven adalah mengajak Nerissa berlibur. Namun, ternyata semua berantakan karena ulah Harry.“Baik, Pak.” Kiki mengangguk. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Kiki segera keluar dari ruang kerja Naven.Setelah Kiki pergi, Naven segera keluar dari ruang kerjanya dan beralih ke kamarnya. Karena hari ini dia berangkat ke Bali, jadi dia tidak ke kantor dan memilih meminta
Harry langsung mempercepat langkahnya. Meraih tangan Nerissa.Nerissa yang ditarik Harry berusaha untuk melepaskan diri. Sayangnya, tangan Harry cukup kuat saat mencengkeram tangan Nerissa.“Kali ini kamu tidak akan bisa lari.”“Lepaskan aku.” Nerissa memukul Harry. Sayangnya, pukulan itu tak seberapa. Jadi tangan Nerissa masih terus dicengkeram. Karena tak bisa lepas dengan memukul, Nerissa beralih menggigit tangan Harry.“Achhh ….” Harry kesakitan ketika digigit, dengan segera dia melepaskan tangannya yang mencengkeram tangan Nerissa.Nerissa yang mendapatkan kesempatan itu segera berlari ke arah pintu.Harry yang melihat Nerissa berlari, segera mengejar. Dia menarik rambut Nerissa hingga Nerissa terjatuh. Tubuh Nerissa terjatuh ke lantai cukup keras. Hingga membuatnya kesakitan.Tak membuang waktu Kiki menarik kedua tangan Nerissa. Menyeret tubuh Nerissa dan membawa tubuh wanita itu ke tempat tidur.Nerissa terus meronta-ronta. “Tolong … tolong … tolong ….” Teriakan Nerissa terus b
Satu jam sebelumnya. Tepatnya saat Nerissa tengah berangkat, di tempat lain Arumi mengerutkan dahinya ketika melihat Harry sedang memesan kamar hotel dengan kartu debit miliknya.“Untuk apa dia memesan hotel?” Arumi pun bertanya-tanya akan hal itu.Sejenak Arumi teringat pertengkaran dengan Harry kemarin. Kemarin Harry masih berpikir untuk balas dendam atas apa yang dilakukan Nerissa. Sekuat tenaga Arumi mencegah itu. Memberitahu jika selama kehamilan dibantu oleh Nerissa. Sayangnya, Harry seolah tak peduli sama sekali dengan apa yang dikatakan oleh Arumi.“Jangan-jangan dia mau menjebak Nerissa.”Tak mau hal itu terjadi, Arumi segera menghubungi Nerissa. Sayangnya, ponsel Nerissa tak kunjung diangkat. Berulang kali dia mencoba menghubungi, tapi tidak kunjung diangkat.“Sa, ayo angkat.” Arumi benar-benar panik ketika Nerissa tidak kunjung mengangkat sambungan telepon.“Halo.”Akhirnya setelah sekian lama, sambungan telepon diangkat juga. “Sa. Ini aku Arumi.”“Maaf, Bu, Bu Nerissa tida
“Sebentar lagi ulang tahun pernikahan kita. Apa kamu akan memberikan kejutan padaku?” tanya Nerissa yang sedang memasangkan dasi pada sang suami.Usia pernikahan Nerissa dan Naven sudah memasuki dua tahun. Nerissa ingin setiap momen selalu mengesankan.Naven hanya tersenyum mendengar ucapan sang istri. “Jika kejutan diberitahu, namanya bukan kejutan.”Nerissa menekuk bibirnya. Ternyata sang suami tidak akan memberitahunya. Tetap mau merahasiakannya.Melihat sang istri yang menggemaskan, membuat Naven mendaratkan kecupan di bibir sang istri.“Tunggu saja kejutan dari aku.” Naven mengedipkan matanya.Nerissa tentu saja penasaran sekali dengan kejutan apa yang akan diberikan oleh sang suami. Namun, dia harus bersabar.Mereka segera keluar setelah rapi. Di luar sudah ada Naresh dengan babysitter. Selama di rumah memang ada babysitter yang menemani Nerissa merawat Navesh. Namun, hanya sekedar membantu saja. Karena semua masih dikerjakan oleh Nerissa sendiri.“Anak Papa.” Naven segera merai
Pesta berakhir juga. Kiki dan Ana segera kembali ke kamar hotel untuk beristirahat. Perasan Ana begitu berdebar karena menyadari jika setelah pernikahan usai, pastinya kini akan ada malam pertama.Saat masuk ke kamar, rasa berdebar itu semakin bertambah karena melihat kamar yang didekorasi untuk pengantin baru. Bunga-bunga yang berbentuk love di atas tempat tidur tampak begitu cantik. Aromanya semerbak menghiasi kamar.“Aku dulu atau kamu dulu yang mau membersihkan diri?” Kiki langsung bertanya ketika baru masuk ke kamar. Dia sendiri sebenarnya juga berdebar-debar. Jadi memilih untuk mengalihkan perhatian.“Kamu dulu saja. Aku masih mau membersihkan wajahku.”“Baiklah.”Kiki segera masuk ke kamar mandi, sedangkan Ana langsung membersihkan wajahnya yang masih memakai make up. Jantung Ana begitu berdegup kencang. Membayangkan apa yang akan terjadi nanti setelah ini.Setengah jam berlalu, akhirnya Kiki selesai juga. Pria itu keluar hanya memakai celana panjang saja dan membiarkan dadanya
Mendapati jawaban Ana itu, Kiki senang sekali. Ternyata tidak sia-sia dirinya membuat kejutan ini untuk Ana.Segera menyematkan cincin pada jemari Ana. Kemudian langsung berdiri. Sebuah kecupan pun diberikan oleh Kiki di dahi Ana.“Terima kasih sudah menerima aku.” Kiki benar-benar bahagia.“Sama-sama.” Ana mengulas senyuman.Beberapa saat kemudian petugas hotel datang. Mereka menyajikan makan di meja yang berada di balkon. Ternyata Kiki memesan makan di kamar hotel sekalian.“Sejak kapan kamu menyiapkan ini semua?” Ana masih belum menyangka jika Kiki akan mempersiapkan semua ini.“Aku mempersiapkan ini kemarin.”“Dapat ide dari mana kamu menyiapkan semua di kamar hotel?” Ana begitu penasaran.“Tidak dapat ide dari mana-mana. Aku merasa di sini akan lebih leluasa dan tidak dilihat oleh banyak orang.” Kiki merasa jika di restoran biasa, akan banyak orang di sana. Jadi sengaja dia menyiapkan ini semua di kamar hotel.“Dasar, aku sudah berpikir yang tidak-tidak, ternyata kamu hanya membe
Sepanjang jalan Ana memilih diam. Dia merasa tidak nyaman dengan apa yang dilakukan Kiki.“Kenapa diam saja?” tanya Kiki.“Aku kesal, kenapa kamu mengajak aku pulang. Mereka akan tahu jika kita ada hubungan jika seperti itu.” Ana meluapkan rasa kesalnya pada Kiki.“Aku sudah tidak mau menutupi semua. Ini sudah saatnya orang-orang tahu hubungan kita.” Kiki merasa jika yang dikatakan Dya ada benarnya. Semakin dirinya menyembunyikan hubungan dengan Ana. Orang-orang justru akan membuat Ana seperti pelakor yang merusak rumah tangganya.Ana merasa memang sudah saatnya hubungan mereka diketahui oleh semua orang. Apalagi tadi Ana melihat Dya sudah menggandeng pria lain. Namun, tetap saja ada rasa berdebar. Sedikit takut dengan tanggapan orang tentang hubungannya.“Aku sudah tidak mau sembunyi-sembunyi lagi. Aku mau semua orang tahu jika kita menjalin hubungan.”“Baiklah, biarkan semua orang tahu hubungan kita.” Ana pun setuju dengan apa yang dikatakan Kiki.****Pagi-pagi Kiki sudah datang ke
Ana tadinya hendak keluar dari bilik toilet. Namun, urung melakukannya ketika mendengar rekan-rekannya membicarakan dirinya. Namun, saat keluar, dia tidak menyangka jika akan bertemu dengan Dya.“Iya.” Ana mengangguk.“Kamu dengar apa yang mereka bicarakan tadi?” tanya Dya, walaupun sejujurnya Dya yakin jika Ana mendengar.“Dengar.” Ana mengangguk.“Kamu dan Kiki sudah menjalin hubungan?” Dya kembali menelisik, ingin tahu tentang apa yang terjadi pada Kiki dan Ana setelah perceraian mereka.“Kami sudah menjalin hubungan lagi setelah dua bulan perceraian kalian.” Ana mencoba menjelaskan, walaupun merasa tidak enak karena langsung menjalin hubungan dengan Kiki pasca bercerai.Mendengar itu sejujurnya Dya tidak masalah. Lagi pula Dya sudah move on. Mau Kiki menjalin hubungan lagi dengan Ana secepat apa pun, bukan masalah baginya. “Apa di kantor belum ada yang tahu perceraian kami?” Dya tampak penasaran lagi.“Belum. Kiki masih merahasiakan semua.”Dya merasa jika ada alasan yang dilak