Saat sampai sana, Yohan sudah berdiri di depan ruang ICU. Menatap pintu kaca dengan wajah menyedihkan. Karena merasa heran, Jane dan Juan berjalan cepat ke arah saudara tertua dan mendapati kalau Regan sudah berada di dalam ruangan walau sosoknya tidak begitu jelas terlihat dari luar. "Apa yang terjadi?" Tanya Jane memegang bahu Yohan dan sedikit tersentak setelah terlihat sedikit melamun. "Tidak terjadi apa-apa. Ayah sudah sadar, jadi Regan masuk terlebih dulu untuk menemuinya," jelas Yohan mendapatkan respon lega dari Juan dan yang lain."Jane, kau baik?" Lanjut Yohan setelah menyadari kalau Jane pasti terpukul karena masalah ini. "Aku baik-baik saja. Apakah aku boleh masuk?" "Tidak apa. Hanya jangan menimbulkan suara terlalu berisik. Kau akan di usir dari sana jika melakukan itu." "Iya." Pun Jane mengangguk, lantas masuk dengan pelan sesuai arahan dari Yohan. Sebenarnya di ruang ICU, hanya boleh satu orang saja yang berkunjung. Berhubung Regan meminta izin ke dokter yang me
Di rumah sakit, Regan keluar dari kamar ICU dengan wajah kusut. Tenaganya seakan habis, ekspresinya menyedihkan. Tatapannya turun ke bawah, sampai tubuhnya menabrak Yohan yang tadinya tepat di depan pintu. "Hei, kau kenapa?" Tanya Yohan mencekal lengan Regan."Ayah bagaimana?"Tatapan Regan naik ke atas, bersitatap dengan Yohan yang kini ada di depannya."Dia baik-baik saja. Kalian boleh masuk bergantian atau sekalian berdua juga tidak apa. Dimana Jane? Kenapa dia tidak masuk ke dalam?"Dahi Yohan mengkerut heran,"Apa maksudmu dia tidak masuk ke dalam? Mendengar ayah sudah melewati masa kritis, Jane masuk untuk menyusulmu."Ekspresi Regan berubah,"Apa maksudmu? Dia tidak ke dalam sama sekali. Kalau pun benar dia masuk, aku akan langsung tahu.""Dia sungguh masuk. Tanya Juan kalau kau tidak percaya."Juan menyahut,"Iya. Dia masuk saat melihat kau ada di dalam. Jane bahkan sampai menangis dan berkata kalau dia terharu melihat ayah siuman."Perasaan Regan mendadak tidak enak. Faktanya, di
Bibi memberikan ponselnya setelah Regan meminta nomor Emely. Tapi setelah dia menelfonnya, ternyata sama saja. Kedua nomor itu tidak aktif. "Sebenarnya apa yang sudah terjadi, Tuan Regan? Nomor Emely tidak aktif padahal dia baru saja menelfon saya.""Apa yang dia katakan padamu?""Dia berkata kalau sementara ini akan tinggal bersama dengan Nona Caty. Dia bilang kalau tidak perlu mengkhawatirkannya.""Sial!" Gumamnya lalu menggigit bibir bawahnya gemas."Beritahu aku kalau Emely menghubungimu lagi. Untuk sekarang, aku tidak bisa memberitahumu apa yang terjadi sebenarnya. Seperti yang dia bilang, kau tidak perlu mengkhawatirkan keadaannya. Dia bersama dengan istriku. Dia pasti baik-baik saja.""Baik, Tuan."Regan berdiri dengan lemas, lantas berjalan naik ke lantai dua. Menuju ke kamarnya yang terbuka sedikit. Saat dia masuk, bisa dia lihat dengan jelas kalau semua baju milik Jane tidak ada. Hanya baju yang di berikan ayahnya yang masih utuh di tempatnya. "Dia bahkan tidak membawa baju
"Dia sudah pergi meninggalkanku," jelas Regan. "Apa?!" Teriak Yohan dan Juan hampir bersamaan. "Apa maksudmu dia sudah pergi?" Tanya Yohan."Pergi meninggalkan rumah?""Iya. Dia pergi membawa semua bajunya. Ponselnya bahkan tidak aktif. Aku bingung, kenapa dia berpikiran sampai ke sana? Dia memutuskan segalanya sendiri.""Apa dia mendengar sesuatu yang membuatnya pergi?" Yohan bertanya lagi. Namun Regan hanya diam saja."Jadi benar dia mendengar sesuatu?" Ulang Yohan dan Regan mengalihkan tatapannya. "Memang apa yang di dengar Jane sampai membuatnya pergi dari rumah?" Timpal Juan. Regan menghela napas,"Dia mendengar soal ayah yang menginginkan kami berpisah. Ayah bahkan mengancam kalau tidak akan memaafkanku dan tidak mau sembuh jika aku tetap mempertahankan hubungan kami.""Gila," gumam Yohan."Lalu, apa keputusanmu, Regan? Kau akan tetap mempertahankan hubunganmu atau melepaskan Jane?""Jujur saja, aku bingung. Kau tahu bagaimana takutnya aku saat ayah pingsan? Segala ingatan buruk
"Dia adalah Easter, Pemilik dari E & A Grup." Yohan dan Juan tercengang saat nama itu di keluar dari mulut Roger. Bahkan Yohan kembali bertanya barangkali saja dia salah dengar,"Tunggu, siapa maksudmu?" "Seperti yang kau dengar, dia adalah Easter. Tuan Easter. Pemilik dan Direktur Utama E & A Grup." Juan mendekati Yohan, lantas membisik,"Bukankah Tuan Easter adalah ayah Alice?" Tanyanya namun Yohan tidak menjawab. Karena tidak percaya dengan ucapan Roger, dan lagi Tuan Easter adalah teman baik ayahnya, Yohan kembali mencengkeram kerah baju Roger,"Jangan mengada-ada. Dia adalah teman baik ayahku. Apa maksudmu menuduh dia sebagai pelaku yang menyebarkan rumor sampah itu, hah?! Di bayar berapa kau sampai menuduhnya?!" Roger menepis cekalan tangan Yohan dari kerahnya."Tidak ada keuntungan buatku berbohong untuk hal-hal seperti ini. Kau bertanya pelakunya, Aku sudah menjawabnya. Lantas, kau ingin aku mengaku yang bagaimana lagi?" Dari ekspresi wajah dan nada suaranya, Yohan dan Ju
Yohan dan Juan sampai ke rumah sakit tepat pukul 12 siang. Saat sudah sampai, dia tidak mendapati ayahnya di kamar ICU. Pun Yohan bertanya pada perawat yang ada di sana saat itu, dan dia menjawab kalau Tuan Abraham sudah di pindahkan ke kamar biasa, tepatnya kamar VIP. Setelah perawat itu memberi tahu letak kamar yang ia maksud, tak mengulur waktu bagi keduanya menuju ke sana. Mereka ingin segera memberitahu Regan semua kebenarannya. Jujur saja, saat sudah tahu kalau sifat sebenarnya Tuan Easter sebusuk itu, Yohan yang memang dari awal tidak begitu suka padanya, Dia semakin tidak suka saja. Entahlah, sejak dia mengenal Tuan Easter di masa kecilnya dulu, wajah orang itu seperti serigala yang menyembunyikan sifat aslinya. Kadang terlihat baik, tapi kadang terlihat licik. Seperti dugaannya, akhirnya orang itu menunjukkan sifat aslinya. "Kita harus cepat memberitahu Regan," gumam Yohan dan mendapatkan anggukan dari Juan. Saat keduanya masuk ke dalam kamar ayahnya, Yohan dan
"Brengsek!" Gumam Regan mengeratkan kedua tangannya. Bahkan dia tidak berani berteriak untuk mengumpat karena berada di rumah sakit. "Apa yang harus kita lakukan, Regan? Tidak mungkin kita bicara ke ayah. Kau tahu kalau keadaannya masih seperti itu. Aku yakin ayah akan kambuh lagi kalau dia tahu hal ini." Keduanya lantas diam. Regan juga bingung harus melakukan apa. Ingin sekali dia meninggalkan tempat itu, dan menuju ke E & A sekarang dan menanyakan apa maksud dia melakukan hal memalukan ini padanya. "Menurutmu, apa dia juga yang menyuruh Alan untuk mengganggu Jane?" Ucap Yohan tiba-tiba. Mendadak mata Regan terbuka lebar. Benar juga. Alan pernah berkata kalau ada orang yang membantunya. Tapi dia tidak bisa mengatakannya. Mengingat bagaimana dia mempunyai kuasa, bisa jadi kalau Tuan Easter lah pelaku yang menyuruh Alan. "Kenapa tiba-tiba kau punya pikiran semacam itu?" Tanya Regan penasaran. "Lantas siapa lagi orangnya? Dia bisa membayar orang dengan mudah dan jelas dia oran
Besok malamnya, acara makan malam di adakan sesuai rencana. Semua hidangan bahkan sudah tertata rapi di meja makan. Walaupun sebenarnya malas, Yohan dan Juan sudah datang sejak sore, itupun karena paksaan dari Regan yang menyuruh mereka untuk datang lebih awal. Senyum Tuan Abraham tersungging sejak pagi. Dia merasa bahagia dan lega karena keadaan mulai membaik. Apalagi dia akan makan malam dengan teman baik serta Alice setelah sekian lamanya. Sebelum kedua orang itu datang, Yohan dan Regan menyempatkan diri untuk bicara di ruang bilyard. Mereka bermain sebentar sambil meneguk bir. "Apa tidak apa-apa mengadakan pesta ini saat kau baru saja kehilangan Jane? Aku rasa idemu kali ini kurang tepat, Regan.""Aku tidak akan menganggap ini sebagai pesta. Hanya saja aku perlu mendatangkan paman Easter dan Alice ke rumah ini. Aku hanya akan menganggap kalau ini hanyalah acara makan malam biasa.""Untuk apa kau memanggil mereka ke sini, Regan?""Kau orang yang sangat peka, pasti sudah mengerti
Tiga tahun kemudian~ Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Waktu berlalu begitu cepat. Kehidupan berjalan seperti biasanya, kebiasaan juga tetap terjadi di setiap harinya. Setelah mengetahui Jane hamil saat itu, keluarga Foster seakan si beri sebuah berkah tak terduga. Di samping saham MH meroket naik, nama Regan pun ikutan naik kembali. Berbanding terbalik dengan MH, E & A jatuh sesuai apa yang Regan katakan. Sahamnya anjlok, nama E & A pun juga ikut jelek. Banyak dari staf keluar dan tidak pernah kembali. Memilih masuk ke MH yang saat itu tengah membuka lowongan kerja. Tuan Easter di jatuhi hukuman tiga tahun penjara, tapi entah kenapa dia juga mengaku kalau dia adalah pelaku yang meneror Jane saat itu sehingga hukumannya menjadi lima tahun. Sengaja dia melakukannya karena sadar jika Regan mempunyai bukti lagi atas teror yang saat itu terjadi, bisa di pastikan kalau Alice akan di penjara juga. Mendapati ayahnya masuk penjara untuknya, Alice memilih p
Setelah sekian lamanya, kaki Jane menapak kembali ke rumah besar bercat putih yang dia tinggalkan dengan sengaja. Bujukan Regan kemarin yang menceritakan soal kesehatan ayah mertuanya membuat hati Jane tergerak. Tujuan utama dia pergi, di karenakan dia ingin Tuan Abraham bisa memulihkan kesehatannya. Namun, setelah mendengar kalau dia tidak baik-baik saja, tidak mungkin Jane membiarkannya. Dia pulang, ingin memastikan keadaannya seperti apa yang Regan katakan. Saat kakinya sudah di ambang pintu, Dia berhenti melangkah. Regan yang berada di dekatnya sampai heran,"Ada apa?" Tanyanya. "Tidak. Hanya saja aku merasa takut jika ayah masih marah padaku." Regan tersenyum tipis, menggenggam jemari Jane yang menggantung lantas mengecupnya."Percayalah padaku. Dia sudah sangat mengharapkanmu kembali. Bukan hanya aku, Juan, Yohan, apalagi ayah, merindukan dirimu, Jane." Jane menoleh kebelakangnya. Di sana berdiri Juan dan juga Emely yang kini tersenyum lebar. Bahkan Emely terlihat ingin
"Dia sedang mengandung. Jane, hamil anakmu, Kak Regan." Regan membisu, tubuhnya membeku. Dia terduduk kembali dengan badan yang gemetar hebat."Dia hamil? Kau yakin mendengar itu?" "Aku sangat yakin." "Istriku sedang hamil," ucapnya menutup mukanya. Regan menangis, tapi tidak dengan tangisan kesedihan. Namun dia sangat bahagia karena mendengar kabar baik itu. Walau di sisi lain dia sangat menyesali perbuatannya karena tidak segera mencarinya, tapi setelah mengetahui tempatnya sekarang, Dia lega. Pun, saat itu juga Regan langsung memesan dua tiket ke Virginia, untuknya dan untuk Juan. Sengaja Yohan tidak dia ajak karena sejak masalah terakhir itu, kesehatan ayahnya sedikit terganggu. Tuan Abraham berada di rumah dan Yohan berada di sana untuk menjaganya. Butuh waktu tidak begitu lama untuk sampai ke Virginia, apalagi lewat jalur udara. Hanya butuh 1 jam dan hanya naik taksi sebentar yang akhirnya mereka sampai di alamat yang Emely berikan. Saat kedua pria itu turun tak
"Nona, apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Emely tapi Jane hanya diam saja masih tidak percaya dengan keadaan yang terjadi setelah kepergiannya. "Apa maksudmu?" Lirik Jane mengubah suasana menjadi tidak enak. Emely terkesiap mendengar nada yang berbeda. Jane terdengar tidak suka. "Em...maksud saya, masalah anda sepertinya sudah selesai, Nona. Tuan Regan sangat hebat membalikkan situasi ini. Apakah anda tidak ingin kembali?"Jane menghela napas panjang, menatap ke arah luar jendela lagi."Aku yakin Regan pasti bisa menyelesaikan masalah yang menerpa kami. Kabar soal Tuan Easterlah yang ternyata dalang di balik artikel itu, tentunya membuat ku sedih. Aku sangat menyayangkan sikapnya itu yang berusaha menghancurkan pernikahan kami. Tapi, daripada bertanya bagaimana sekarang, Aku lebih memikirkan keadaan ayah. Dia pasti syok karena di khianati teman baiknya sendiri."Emely menunduk, dia diam saja takut dan segan. "...Aku masih tidak bisa kembali, Emely. Walau masalahku selesai,
"Alice, hubungi pengacara kita dan ceritakan apa yang terjadi padanya." Lanjutnya lantas pergi dari sana di dampingi oleh dua polisi. "Ayah! Tidak! Jangan pergi!" Teriaknya berusaha untuk memberontak dengan mencekal tangan ayahnya namun dengan cepat, Yohan menyahut lengannya dan menariknya kebelakang. Membuat cekalan tangan Alice pada ayahnya terlepas. "Jangan berbuat apapun atau kau akan menyesalinya," tekan Yohan menatap tajam Alice. Sedangkan Tuan Easter sudah turun lebih dulu. Regan hanya terdiam di tempatnya. Sama sekali enggan untuk bicara. Hanya menatap ke arah Alice dan Yohan yang saat ini sedang berseteru. Lagi-lagi Alice menghentakkan tangannya hingga terlepas."Kau yang akan menyesalinya karena berurusan denganku!" Balas Alice dengan mata merah dan sedikit bengkak. "Alice..." panggil Regan dan tatapan Alice teralihkan ke Regan."Aku memaafkanmu, dan berjanji akan menutup mulutku atas apa yang sudah kau lakukan pada Jane karena aku masih menganggapmu sebagai teman. Aku mo
"Maafkan saya, Nona. Tapi ada polisi di depan. Mereka mencari Presdir."Tuan Easter dan Alice kaget. Mereka saling berpandangan."Polisi?" Gumam mereka hampir bersamaan."Kau bilang apa barusan? Polisi?" Ulang Tuan Easter. "Iya, Presdir. Mereka mencari anda."Tuan Easter bingung sekaligus khawatir. Kenapa polisi datang mencari dirinya? Padahal dia tidak melakukan apa-apa.Begitu sekretarisnya keluar, dua orang polisi masuk ke dalam ruangan. Mereka berbadan tinggi tegap dan berpakaian biasa. "Tuan Easter?" Panggil salah satunya. "Iya. Saya Easter. Ada perlu apa kalian mencariku?""Bisakah anda ikut kami ke kantor polisi?""Apa? Kenapa aku harus ikut kalian kesana? Apa yang sudah aku lakukan?""Anda di laporkan atas tindakan pencemaran nama baik tanpa bukti. Silahkan ikut kami ke kantor polisi untuk di mintai keterangan."Alice terkejut bukan main, sedangkan Tuan Easter melotot tak percaya."Apa?! Siapa yang dengan lancang melaporkanku ke polisi, hah?! Dasar kurang ajar!" Teriaknya ma
Lusanya...Regan mengadakan jumpa pers setelah mempertimbangkan banyak hal. Dia sudah meminta izin pada ayahnya, dan Tuan Abraham pun tidak banyak berkomentar. Dia hanya diam namun tidak mencoba untuk melarang. Mungkin di dalam hatinya yang terdalam, Tuan Abraham tidak setuju dengan tindakan Regan yang akan mengungkap kejadian sebenarnya, tapi di sisi lain, Dia sudah terlanjur sakit hati dengan kelakuan teman dekatnya itu yang diam-diam ingin menikamnya dari belakang. Seakan baru saja mendapatkan berita besar, kala itu banyak wartawan yang hadir di sana. Bahkan tidak hanya Regan, ada Yohan dan Juan yang menemani. Regan tidak ragu sama sekali dan sangat yakin dengan tindakan yang akan dia lakukan. Pukul 12.30, semua sudah berkumpul. Sudah setengah jam yang lalu wartawan dari segala media sudah menunggu. Regan masuk di dampingi oleh seorang pengacara, juga Yohan di belakangnya. Melihat sosok Yohan, banyak wartawan saling bertatapan. Dia tak pernah melihat sosok asing yang kini menge
Pagi itu Regan tidak pergi bekerja. Dia sengaja meliburkan diri hanya untuk menemui Tuan Easter di perusahaan miliknya, yaitu E & A Grup.Dari awal datang, tak sekalipun Regan mengatakan apapun pada Alice. Niat ini juga tanpa sepengetahuan ayahnya. Namun dengan ucapannya semalam menunjukkan kalau ayahnya tidak akan melarang apa pun yang akan di lakukan oleh Regan. Entah itu masalah Jane, atau masalahnya dengan Tuan Easter.Melihat bagaimana ekspresi ayahnya semalam, Regan sangat yakin kalau dia sudah sangat kecewa pada temannya itu. Pun ayahnya tidak akan melarang jika seandainya dia tahu apa yang akan dilakukannya setelah ini."Apa Paman Easter ada di ruangannya?" Tanya Regan langsung saat dia berada di depan sekretaris. "Presdir ada di dalam, tapi sedang tidak bisa di ganggu. Kalau boleh tahu, anda siapa? Dan apa keperluan anda? Saya akan menjadwalkan pertemuan dengannya."Regan tidak menjawab, dia langsung saja melangkah ke arah ruangan Tuan Easter. "Anda mau kemana?! Tunggu, Tua
Di lain tempat, Tuan Easter menutup pintu mobilnya keras, lebih tepatnya membanting pintunya keras. Dia kesal setengah mati mendengar semua ucapan itu dari mulut Regan dan berpikir bagaimana caranya dia tahu kalau dialah orang yang memberi informasi pada reporter itu.Alice nampak sangat tenang. Padahal ayahnya sedang kalut luar biasa. Mereka masuk ke dalam rumah. Tuan Easter melepaskan kancing bagian atas kemejanya lantas duduk di sofa ruang tamu. "Ayah terlihat sangat khawatir," ucap Alice ikut duduk di seberang ayahnya. Kedua kakinya ia silangkan. Dia tersenyum saat melihat ayahnya seperti itu."Tentu saja aku khawatir. Berani-beraninya Regan mengatakan semua itu di depan Abraham. Dan lagi, Reporter sialan itu sudah mengkhianatiku. Sialan! Aku akan memberi pelajaran padanya.""Ayah, bukankah dia sudah tak lagi berada di apartemennya?""Apa? Bagaimana bisa kau tahu?""Aku hanya menebaknya. Kalau Regan sudah menemuinya, kemungkinan besar dia akan menghilang. Seperti halnya ayah Jane