Jarum jam sudah hampir menunjuk pukul sepuluh malam, dan belum ada tanda-tanda Mahesa pulang. Bahkan Indira sudah menghabiskan dua porsi panas spesial ayam KFC terhitung mulai dari kepulangan Olive tadi sore. Berulang kali Indira mencoba menghubungi Mahesa, tapi hanya voice mail yang menjawab. Sial! Mahesa kembali berulah!
Baru saja Indira hendak beranjak ke dapur untuk membuang bungkus sisa makanannya, saat dia mendengar suara panel pintu apartemen dibuka. Mahesa tersenyum menyapanya, setelah mengucapkan salam.
“Ke mana aja lo?”
“Aku ke rumah, ambil buku-buku aku buat bahan skripsi. Kemarin aku lupa, jadi hari ini aku balik lagi.”
Indira melihat dua tas berukuran sedang yang terlihat sangat berat di tangan Mahesa. Lalu membiarkan Mahesa menuju kamarnya untuk menyimpan bukunya. Tak berapa lama kemudian, Mahesa muncul di sebelah Indira dan membantunya mencuci piring. Indira membiarkan hal itu, lalu dirinya sendiri mengambil
Indira menatap tampilannya di depan cermin. Dirinya memastikan, bahwa make-up-nya sudah pantas untuk ke acara pertemuan Mahesa dan teman-temannya. Dia tidak mau terlihat seperti tante-tante genit dan berondongnya—meskipun usia mereka hanya terpaut lima tahun. Olive sengaja mengosongkan jadwal Indira akhir pekan ini, agar perempuan itu bisa mengawasi tingkah suaminya.Indira beranjak keluar kamar dan tertegun melihat Mahesa yang malah sibuk berkutat dengan laptopnya. Pria itu sepertinya semalam tidak tidur sama sekali.“Lo enggak tidur semalem?”“Hah?”Benar, kan? Mahesa seperti orang linglung dan hanya melongo menatap Indira yang sudah rapi.“Kamu mau ke mana?”“Siang ini, lo ada acara ketemuan sama temen-temen lo, kan?”“Kamu jadinya ikut?”Indira mengangguk. “Gih, buruan siap-siap sana.”Mahesa mengangguk, lalu melangkah menuju kamar
Indira baru saja membuka matanya saat melihat Mahesa sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Kemarin suaminya bilang, kalau hari ini dia akan ada di kampus seharian, jadi Mahesa sudah mewanti-wanti Indira agar tidak pergi dengan Adrian dulu.Mahesa menoleh kepada Indira yang terduduk dan menatapnya dalam diam di atas ranjang. Lalu tersenyum menyapa, “Pagi.”“Hm. Udah mau berangkat lo?”“Iya. Inget ya, hari ini jangan pergi dulu sama Adrian. Kalaupun memang terpaksa, bilang aja kamu mau me time, soalnya aku udah bilang ke mama juga kalau aku akan di kampus sampai sore.”Indira mengangguk mengerti.“Aku udah masakin sarapan buat kamu,” ujar Mahesa, lalu mengambil tas laptopnya, mengecup kepala Indira, lalu keluar kamar.Tunggu! Apa itu tadi? Mahesa mengecup kepalanya? Beraninya pria itu! Minta diberi pelajaran sepertinya! Indira melompat turun dari kasurnya, kemudian berlari mengejar Ma
Sialan! Gara-gara lamunan mesumnya, Indira baru bisa memejamkan mata menjelang subuh. Setiap kali dia menutup mata, di saat yang sama potongan lamunan mesumnya bersama Mahesa terus melintas. Bahkan pagi tadi dia sengaja melewatkan sarapan dan buru-buru berangkat, tapi suara mama dari dapur langsung menghentikan langkah masuk mobil Indira. Mama bersikeras agar dirinya berangkat diantar Mahesa saja, kebetulan memang Mahesa sudah siap berangkat. Dan sepanjang perjalanan, Mahesa tidak berhenti bertanya tentang Kesehatan Indira.“Kamu yakin enggak apa-apa? Kamu diem aja dari tadi.”Oh! Seandainya Mahesa tahu alasan Indira menjadi diam seperti sekarang ini—entahlah, Indira tidak bisa membayangkan, apakah suaminya akan bangga menjadi bahan mesum Indira, atau malah sebaliknya merasa jijik?Ketika sampai di kantor, Indira merasa ada yang aneh. Dilihatnya arloji di tangan kirinya yang sudah menunjuk pukul sembilan, tapi tidak ada seorang pun di lantai ya
Mahesa baru saja mengetik tiga paragraf di bab empat tugas akhirnya, saat ponselnya yang ada di sebelah nampan berisi bungkus cheeseburger bergetar. Setelah mengantar Indira bertemu dengan Adrian tadi, sebenarnya Mahesa tidak benar-benar pergi dari restoran cepat saji ini. Dirinya memutar arah kembali setir mobilnya dan memilih menghabiskan waktu menunggu Indira dengan mengerjakan tugas akhirnya di McD—seperti kebanyakan anak kuliah lainnya. Oh iya, Mahesa melihat layar ponselnya berkedip, tanda sebuah panggilan. “Ya, Ma?” Mahesa tidak punya pilihan lain selain berbohong saat ini. “Aku sama Indira mungkin pulang menjelang pagi. Iya, di sini Olive dan yang lainnya belum selesai pesta. Iya, Ma. Ok, aku akan jaga Indira baik-baik.” Setelah sambungan terputus, Mahesa masih menatap layar ponselnya. Menjaga Indira? Apa istrinya itu perlu dijaga? Bahkan saat ini, wanita itu ada di pelukan pria yang sangat dicintai dan mencintainya. “Kak Mahe
Indira menarik napas dalam-dalam sembari jemarinya memainkan cangkir teh di hadapannya. Mahesa menolak berbicara saat di rumah Tante Anin tadi, dengan alasan terlalu banyak orang, masuk akal memang. Terlalu beresiko kalau sampai ada orang yang tahu, tentang apa yang ingin Indira bicarakan saat ini. Hingga akhirnya, sepanjang pesta, keduanya kembali bersandiwara seperti biasa, dan kembali saling diam ketika perjalanan pulang.Setelah sampai di apartemen dan keduanya sudah membersihkan diri, Mahesa menarik kursi makan dan langsung duduk berhadapan dengan Indira.“Apa yang ingin kamu bicarakan?”Satu kalimat dari Mahesa. Tenang, tapi mampu membuat Indira kehilangan kata-kata. Memulai pembicaraan serius seperti ini, setelah tidak saling menyapa selama hampir seminggu, bukanlah perkara mudah.“Bisa enggak kita kayak dulu lagi? Anggap kejadian waktu di rumah mama, itu enggak pernah terjadi?”“Bukannya sekarang yang kita jala
“Sayang? Kamu mau pesen apa?”Adrian sibuk memilih menu makan malam yang ingin dipesannya melalui aplikasi go-food. Sore tadi, dia memutuskan untuk datang ke apartemen Indira. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu, tapi sepertinya Indira sedang banyak pikiran. Wanitanya sedari tadi tidak menjawab pertanyaan Adrian, dan malah sibuk menatap kosong pada layar teve yang sedang menayangkan acara jalan-jalan.“Dira?” Adrian sekali lagi memanggil.“Ya?”“Kamu ngelamunin apaan, sih?”“Enggak ada.” Indira berusaha menutupi kegugupannya. “Kenapa emangnya?”“Aku dari tadi nanya ke kamu. Kamu mau makan apa?”“Samain aja sama kamu.”“Ok.”Adrian lalu memesan dua porsi makanan dan minuman untuk teman mereka menonton film. Sembari menunggu, Adrian membantu Indira memastikan obat-obatan yang perlu dia bawa untuk persediaa
“It’s a wrap! Makasih ya, Dir.”Indira baru saja menyelesaikan pemotretan untuk produk minuman isotonik. Setelah tiga jam diguyur dengan air, akhirnya Indira bisa beristirahat di ruang ganti. Sedangkan Olive sedang sibuk memeriksa jadwal Indira selanjutnya. Selesai dari pemotretan, Indira harus kembali ke kantor untuk mengambil beberapa pakaian dan sepatu yang akan dia bawa ke Paris.“Dir, visa, tiket, apartemen di Paris, semuanya udah gue urus. Nanti pas lo nyampe, di bandara ada orang dari The Models yang bakal jemput lo dan nganter ke apartemen.” Olive membolak-balik lembar agendanya. “Lo udah nyimpen nomornya orang agensi sana, kan?”“Hm.”“Gue baru dapet izin dari Bu Hannah buat nyusulin lo dua minggu setelah lo berangkat. Tau sendiri kan si Mak Lampir itu, gue mesti ngurusin dia juga, karena manajernya yang ngundurin diri.”“Hm.”“Kalau bagasi
Indira merasakan dirinya tidak lagi berpijak di lantai kamarnya—entah di mana sekarang dia berada—ketika Mahesa memperdalam lumatannya. Mahesa terus mencecap dan melumat bibir Indira, diselingi dengan kecupan-kecupan kecil. Dan entah untuk berapa lama, Indira masih terpaku, tapi dia juga menikmati ciuman selamat pagi yang diberikan Mahesa.Masih belum melepaskan ciumannya, Mahesa menyelipkan tangannya di bawah lutut Indira. Mengangkat istrinya untuk dibawa duduk di pangkuannya. Sebelah tangan Indira yang terbebas, mengalung mesra di leher Mahesa. Begitu juga dengan tangan Mahesa yang mengelus punggung Indira, membuat tubuh keduanya semakin merapat. Sungguh pagi yang panas!Ketika Mahesa melepaskan ciumannya, pria itu tersenyum menatap Indira yang juga balas menatapnya. Seolah tanpa perlu kata, keduanya berbicara lewat tatapan. Dan entah apa yang mendorong Indira semakin mengetatkan pelukan tangannya di leher Mahesa, kemudian mendekatkan wajahnya untuk kemba
DELETE SCENE TERSEDIA GRATIS DI KARYAKARSA6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI KARYAKARSASILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI...Olive mengigiti kuku jarinya sejak lima menit yang lalu. Dirinya panik, khawatir, dan tidak tahu harus melakukan apa selain terus berusaha menghubungi Mahesa. Namun, entah mengapa sosok Mahesa yang biasanya langsung mengangkat telepon pada nada sambung ketiga, kini sulit sekali dihubungi.Olive bergantian menatap layar ponselnya dan Indira yang sedang memastikan bahwa mama sudah membawa paspornya. Ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir Olive membantu Mahesa untuk menyakinkan Indira, bahwa mereka layak mendapatkan kesempatan kedua, setelah hari berganti minggu dan Mahesa selalu gagal.“Ga! Lo di mana? Udah ketemu Mahesa? Buruan! Dira udah mau last call! Ya carilah! Tanya suster
DELETE SCENE TERSEDIA GRATIS DI KARYAKARSA6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI KARYAKARSASILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ...Mama perlahan menutup pintu, lalu mengusap air matanya. Berusaha keras tersenyum saat menatap Mahesa yang sedari tadi menunggu di luar bersama bapak.“Maaf, Mahesa. Dira enggak mau ketemu siapapun. Termasuk kamu.”“Tapi Ma—”Mama kembali menyeka pipinya. “Tolong mengerti, Sa.”“Apa kata dokter?”“Dira syok dan harus banyak istirahat.”Mahesa mengangguk mengerti.“Ya udah, Mama masuk dulu.”“Ma,” panggil Mahesa, menghentikan langkah Mama yang hendak menutup pintu. “Tolong sampaikan pada Indira … Saya cinta Indira.”Mendengar kalimat Mahesa, m
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. 6 Bab ekstra dan Spin Off tersedia di KARYAKARSA...Pagi itu, mama menemukan sesuatu yang berbeda pada diri putri semata wayangnya. Jika biasanya di pagi hari, mama masih mendapati Indira mengurung diri di dalam kamarnya, tidak untuk hari ini. Sedari pagi, Indira sudah sibuk bersama Bik Harsi di dapur membuat bubur.“Masih enggak ada rasanya ya, Bik? Kurang gurih?”“Gampang, Non. Tambahin santan aja. Bentar, Bibik beli di warung depan ya.”“Kamu masak buat siapa, Dir? Tumben banget?”“Mama?!”Indira buru-buru mematikan kompornya, lalu tersenyum pada mama.“Kenapa kaget gitu? Kamu masa
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. ..Pekarangan rumah itu masih tampak asri, bahkan sepertinya koleksi pohon buah dan bunga mama bertambah. Mama masih di sana, masih menjalankan rutinitas berkebunnya. Kali ini sedikit berbeda. Tidak ada papa yang menemaninya menyiram tanaman atau memilih membaca koran pagi di kursi santai teras.Mahesa mendorong pagar, lalu mengucapkan salam, dan—seperti dugaan Mahesa—mama tak mengacuhkannya seperti biasanya. Tidak apa, setidaknya mama tidak lagi melempar sendal ke wajahnya seperti saat di rumah sakit.“Mau apa kamu? Indira enggak ada di sini.”“Saya ke sini mau ketemu sama Mama.”Mama masih tak acuh, sibuk mematikan keran air, lalu duduk untuk mulai men
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. ..“Ah gila! Capek banget gue ngurusin si Mak Lampir!” keluh Olive yang tiba-tiba masuk ke kamar Indira dan melemparkan tubuhnya ke ranjang. “Ngapain lo, Dir?”“Baca laporan.”Olive mengubah posisinya menjadi miring menghadap Indira dengan sebelah tangannya sebagai tumpuan. Diperhatikannya sosok sahabatnya ini yang benar-benar berubah. Indira yang ada di hadapannya ini, bukan lagi Indira yang dulu selalu berbagi gosip dengannya, tertawa bersama, bahkan takut padanya. Indira yang sekarang, jauh lebih pendiam dan hanya tersenyum—itu pun dipaksakan—pada orang-orang tertentu saja.“Laporan mulu! Udah ada Raga sama Santi, kan?”“
6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI APLIKASI DAN WEBSITE KARYAKARSA. SILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ..“Kamu enggak nerima lamaran Adrian, kan?”“Apa ucapanku kemarin kurang jelas? Aku enggak mau ketemu apalagi ngomong sama kamu!” tegas Indira, lalu membereskan barang-barangnya, dan hendak beranjak. Namun, Mahesa sudah lebih dulu menghalangi langkahnya. “Kamu mau bikin aku jadi bahan gosip lagi? Kamu mau aku jadi bahan olokan orang-orang yang ada di sini? Lepasin, Sa!” desis Indira.“Indira, aku enggak bermaksud seperti itu. Kita bicara sekarang, ya?”Tanpa menunggu persetujuan Indira, Mahesa langsung menggandeng tangan Indira. Namun, pekikan kesakitan langsung membuat Mahesa berhenti dan menoleh. Dilihatnya Indira menunduk, menyentuh kakinya yang masih terbalut perban. Mahesa berjongkok untuk melihat kondisinya.“Masih sak
6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI APLIKASI DAN WEBSITE KARYAKARSA. SILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ..“Gimana, Ma?”Mama menoleh dan mendapati Adrian sudah berdiri di sebelahnya. Wanita itu tersenyum, lalu mengangguk ke arah Indira, memberi semangat pada putrinya yang sedang ikut menjalani terapi.“Udah kemajuan banget dua minggu ikut terapi. Kemarin dia udah enggak pake kruk.”“Syukurlah.”“Mama belum sempet ngucapin makasih sama kamu. Makasih ya, Ian.”“Buat apa, Ma?”“Kamu selalu ada buat Dira. Kapan pun dan di mana pun. Beruntung Dira punya kamu, Ian.”“Aku yang beruntung punya Dira, Ma.”Mama kembali melemparkan tatapannya pada putri semata wayangnya yang tengah tertawa bersama terapisnya. “Ian, kamu enggak berencana ngelamar Dira lagi? Apa orang tua kamu
6 bab ekstra dan Spin Off hanya tersedia di aplikasi / web KaryaKarsa. Silakan cari akun: Komorebi..Mahesa masih berdiri di sana. Menatap dua petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai dan membersihkan kamar mandi. Kamar itu sudah kosong, dan itu artinya Mahesa kembali kehilangan jejak Indira.Mahesa pikir, dia sudah cukup kuat menyiapkan hatinya saat bertemu kembali dengan Indira. Menyusun setiap kata maaf dan penjelasan yang akan diucapkannya. Namun, saat wanitanya itu menjerit histeris dan mengusirnya, semua hancur berantakan.Mahesa kira dirinya masih—meskipun sedikit—dicintai oleh Indira dan angin kebahagiaan yang diberikan Raga akan bertahan sedikit lebih lama, tapi nyatanya semua itu kembali direnggut paksa, karena kalimat Raga kala itu, tidak berakhir di sana.“Indira dan Adrian, hubungan mereka bukan seperti itu. Mereka bukan suami-istri. Mereka enggak p
Extra Part dan Spin Off hanya tersedia di apps / web KARYAKARSASilakan cari akun: Komorebi.Berkebun mungkin adalah salah satu cara mama untuk tidak terus larut dalam kesedihan setelah ditinggalkan papa. Seperti saat ini, beliau tengah menikmati udara sore yang masih hangat, sembari bersenandung, dan memotong cabang tanamannya yang mati. Secangkir teh hijau juga menjadi temannya menikmati kudapan saat tubuhnya perlu diistirahatkan.“Sore, Ma,” sapa Indira yang baru turun dari mobil dan langsung menghampiri mama untuk mencium kedua pipinya.“Kamu sore banget ke sininya? Nanti pulangnya enggak kemalaman?”“Aku mau nginep di sini malam ini, kan weekend.”“Tumben. Memangnya kamu enggak ada janji makan malam sama Adrian weekend ini? Udah lama banget dia enggak ke sini. Terakhir waktu kalian pergi sama Arya, kan?”Indira menghela napas lelah, lalu duduk di kursi teras