Selamat membaca!
.
.
Sudah hampir setengah jam Indira menatap pantulan dirinya di cermin. Setengah jam yang lalu, sejak dirinya membuka mata, mendapati sprei ranjangnya berantakan, rambutnya bak surai singa, dan yang paling penting Mahesa masih mendengkur pelan di sebelahnya. Oh, jangan lupakan kenyataan bahwa tubuh keduanya dalam keadaan polos! Rona merah di wajahnya belum juga hilang, bahkan mungkin semakin kentara setiap kali mengingat apa yang semalam sudah dia lakukan bersama Mahesa.
Semalam, Mahesa begitu memujanya. Memperlakukan Indira bak boneka porselen yang rapuh, tapi tak lama kemudian Mahesa menyadari bahwa istrinya tidak serapuh itu. Bahkan, jika tidak mengingat kondisi lelah Mahesa setelah empat hari berturut-turut bertugas di rumah sakit, mungkin Indira masih bergerak di atasnya hingga menjelang subuh.
Indira spontan merapatkan kimononya saat pintu kamar mandi terbuka dan Mahesa
Selamat membaca! . . . Bisa dibaca juga di aplikasi Karyakarsa ya! . Mahesa akan dengan senang hati menyerahkan apapun yang dimilikinya, sebagai ganti dirinya bisa melompat ke masa dua bulan yang akan datang! Masa di mana dia sudah menyelesaikan koas di stase anak. Namun, tentu saja itu hanya mimpi di siang bolong! Bahkan Mahesa pun gagal menyuap Al untuk bertukar stase! Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di rumah sakit yang sama dengan Adrian, pria yang selama beberapa bulan ini dihindarinya. Mahesa menganggap, dia tidak punya urusan lagi dengan Adrian. Tapi Tuhan memang senang bercanda dengan hidupnya, mempertemukannya dengan Adrian sebagai dokter muda – konsulen. “Kamu masak banyak banget?” tanya Indira yang menghampiri Mahesa dengan muka bantalnya. “Buat makan siang sekalian.” “Kenapa? Aku bisa
Selamat membaca! . . “Gue enggak bisa ngomong apa-apa, Sa,” ucap Raga, lalu meneguk es teh manisnya. “Tapi kalau lo emang sayang sama Dira, setelah semua perkara kontrak—Anjing! Kenapa lo baru cerita sekarang, sih?” Saat ini keduanya sedang berada di warmindo yang berada tidak jauh dari rumah Raga. Di tengah kekalutannya, entah mengapa laju motor Mahesa akhirnya berhenti di depan rumah Raga, kawannya yang sudah hampir dilupakannya. “Ga, please. Itu udah berlalu, gue sama Indira udah enggak terikat kontrak lagi. Kita udah resmi.” “Gue pikir cerita kayak gini cuma ada di sinetron yang sering ditonton sama emak gue. Nyatanya, temen gue sendiri malahan jadi pelakunya.” “Dibilangin enggak usah dibahas lagi, masih aja ngebahas lo!” “Sorry, nyampe mana tadi gue? O iya, kalau gue nih, Sa … ini gue lho. Kalau gue ada di posisi kayak lo, gue akan lakuin apapun b
SELAMAT MEMBACA!...“Aku baru aja balik ke kosannya Raga. Kamu udah makan? Mau aku pesenin? Gimana meeting sama Pramita? Syukurlah. Belum tahu, mungkin minggu depan baru balik. Iya, aku juga kangen sama kamu.”Mahesa menutup ponselnya dan melemparkannya asal ke kasur. Tubuhnya terbaring lelah dengan sebelah lengan yang menutup matanya.“Lo pinter banget dramanya.”“Jangan mulai, Ga.”“Lo yakin mau ngelakuin ini?”“Yakin.”“Yakin bakal bikin Indira bahagia?”“Yakin. Pelan-pelan gue bakal jauhin dia. Lo udah telepon temen lo?”“Udah. Kapanpun lo siap, dia juga siap.”“Lo ngomong apa aja ke dia?”“Gue enggak ngomong apa-apa. Dia anaknya enggak kepo. Selama bayarannya oke, dia enggak masalah.”
SELAMAT MEMBACA! TERSEDIA JUGA DI APLIKASI KARYAKARSA DENGAN HARGA 20K AJA!..Olive menginjak pedal rem tepat di depan mulut gang di tengah pemukiman padat. Setelah adu mulut berikut dengan ancaman hukum, akhirnya Olive berhasil memaksa Raga untuk memberitahu di mana tepatnya lokasi kosannya. Olive segera menepikan mobil Indira, mematikan mesinnya, lalu turun. Jangan tanya seberapa marahnya Olive saat ini, mengingat apa yang terjadi pada sahabatnya yang masih saja melamun di kursinya.“Dir, ayo! Kita mesti selesaiin ini sekarang!” ajaknya. “Apalagi yang mesti lo takutin. Bagusan ketahuan sekarang kalau emang suami lo enggak cinta sama lo, daripada nanti-nanti.”Indira tidak punya alasan untuk menolak ajakan Olive. Keduanya masuk ke gang sempit menuju kosan Raga. Semakin dekat jaraknya untuk menemui kenyataan pahit, semakin erat pula genggaman tangan Indira pada jemari Oliv
Indira pikir, Mahesa adalah yang terbaik baginya, yang terakhir bagi kisah cintanya, tapi pada kenyataannya pria itu tidak jauh beda dengan Adrian. Indira benar-benar tidak mengenal Mahesa yang membisikan kalimat menjijikan di telinganya, karena Mahesa yang dia kenal sangat menghargai dirinya. Mahesa yang Indira kenal adalah Mahesa yang tanpa pamrih akan mengantar pulang wanita mabuk karena patah hati yang baru pertama kali ditemuinya, tanpa berniat sedikitpun menyentuhnya. Mahesa itu, kini sudah tidak ada. Semua peristiwa menyedihkan yang terjadi beberapa waktu lalu, hanya menyisakan Indira yang meringkuk di kasur, menangisi hidupnya, dan akhirnya terlelap.Indira baru terbangun, saat langit menghitam. Dering ponselnya yang terus berulang, membuat Indira terpaksa meraihnya, lalu menekan tombol jawab. Namun, panggilan dari mama sudah terlebih dulu mati. Indira menoleh ke sisi lain ranjang, tatapnya sendu mengingat biasanya Mahesa akan ada di sana dengan suara dengkurnya, atau
Indira terbangun saat jam di meja belajar Mahesa menunjuk pukul enam pagi. Hal pertama yang dilakukan adalah menghela napas beratnya, begitu ingatannya kembali pada mimpi yang semalam terjadi. Semua begitu indah, menyenangkan, dan membuat hati Indira menghangat, hanya satu yang kurang, itu semua tidaklah nyata. Mahesa yang semalam memeluknya erat di dalam mimpi, kini tidak ada lagi di sebelahnya. Namun, bagi sebagian diri Indira, semalam terasa begitu nyata!Kepala Indira masih sedikit pening, tapi beruntung suhu tubuhnya sepertinya sudah turun. Indira turun dari ranjang menuju dapur. Namun, langkahnya terhenti saat melihat pemandangan yang ada di dapurnya. Pria itu sedang mondar-mandir memasak, lalu mencuci peralatan, dan menghidangkan masakan di atas meja makan.Adrian berdiri di sana dengan senyum lebarnya.“Halo, Dira.”Indira melirik kembali ke pintu kamar Mahesa, lalu sesegera mungkin berlari menujunya, tapi Adrian sudah lebih dulu melom
“Mahesa, gimana koas kamu?”“Lancar, Pa.”Papa meletakkan sendok makanan penutupnya, kemudian mencondongkan tubuhnya ke arah menantunya itu, sembari melirik ke sana ke mari, memastikan bahwa istri dan anaknya belum kembali dari toilet.“Kamu ada masalah sama Dira?”Es krim di dalam mulut Mahesa mendadak membuat giginya ngilu, karena mendengar pertanyaan papa. Apa terlalu kentara sikapnya dan Indira di depan kedua orang tuanya selama makan malam tadi?“Kok Papa nanya gitu?”Papa tersenyum, kemudian kembali menarik diri dan mengambil serbet untuk mengelap mulutnya.“Papa ini papanya Dira, Sa. Selebar apapun Dira tersenyum, Papa tahu kalau dia sedang pura-pura.” Papa membenahi duduknya, kemudian mengambil napas sebelum kembali berucap, “Mau lihat ikan, Sa?”“Ya?”Mengabaikan kebingungan Mahesa, papa beranjak dari kursi, lalu melangkah menuju
Susu cokelat di meja makan yang semula diseduh panas, kini sudah dingin, tak tersentuh sejak satu jam lalu tersaji. Sang pemilik mengabaikannya begitu saja, dan lebih memilih untuk termenung memandangi kamar belajar yang semalam masih berisi tumpukan buku kedokteran, kini kosong. Hanya menyisakan kasur dan meja belajar. Sekali lagi Indira memastikan, bahwa hubungannya dengan Mahesa memang sudah selesai. Sekeras apapun Indira berusaha, pernikahannya tetap tidak bisa diselamatkan.Namun, dering ponsel menyelamatkan Indira dari tenggelam lebih dalam oleh lamunannya. Di seberang sambungan, Olive menanyakan kabar Indira.“Iya, ini gue juga udah mau berangkat kok.”“Beneran, kan? Soalnya timnya Pramita udah nungguin, nih! Mau gue jemput enggak?”“Enggak usah. Ok-ok, gue berangkat sekarang.”Indira menutup rapat pintu kamar itu, kemudian bergegas menuju kantor. Di tengah perjalanan, ponselnya kembali berdering,
DELETE SCENE TERSEDIA GRATIS DI KARYAKARSA6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI KARYAKARSASILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI...Olive mengigiti kuku jarinya sejak lima menit yang lalu. Dirinya panik, khawatir, dan tidak tahu harus melakukan apa selain terus berusaha menghubungi Mahesa. Namun, entah mengapa sosok Mahesa yang biasanya langsung mengangkat telepon pada nada sambung ketiga, kini sulit sekali dihubungi.Olive bergantian menatap layar ponselnya dan Indira yang sedang memastikan bahwa mama sudah membawa paspornya. Ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir Olive membantu Mahesa untuk menyakinkan Indira, bahwa mereka layak mendapatkan kesempatan kedua, setelah hari berganti minggu dan Mahesa selalu gagal.“Ga! Lo di mana? Udah ketemu Mahesa? Buruan! Dira udah mau last call! Ya carilah! Tanya suster
DELETE SCENE TERSEDIA GRATIS DI KARYAKARSA6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI KARYAKARSASILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ...Mama perlahan menutup pintu, lalu mengusap air matanya. Berusaha keras tersenyum saat menatap Mahesa yang sedari tadi menunggu di luar bersama bapak.“Maaf, Mahesa. Dira enggak mau ketemu siapapun. Termasuk kamu.”“Tapi Ma—”Mama kembali menyeka pipinya. “Tolong mengerti, Sa.”“Apa kata dokter?”“Dira syok dan harus banyak istirahat.”Mahesa mengangguk mengerti.“Ya udah, Mama masuk dulu.”“Ma,” panggil Mahesa, menghentikan langkah Mama yang hendak menutup pintu. “Tolong sampaikan pada Indira … Saya cinta Indira.”Mendengar kalimat Mahesa, m
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. 6 Bab ekstra dan Spin Off tersedia di KARYAKARSA...Pagi itu, mama menemukan sesuatu yang berbeda pada diri putri semata wayangnya. Jika biasanya di pagi hari, mama masih mendapati Indira mengurung diri di dalam kamarnya, tidak untuk hari ini. Sedari pagi, Indira sudah sibuk bersama Bik Harsi di dapur membuat bubur.“Masih enggak ada rasanya ya, Bik? Kurang gurih?”“Gampang, Non. Tambahin santan aja. Bentar, Bibik beli di warung depan ya.”“Kamu masak buat siapa, Dir? Tumben banget?”“Mama?!”Indira buru-buru mematikan kompornya, lalu tersenyum pada mama.“Kenapa kaget gitu? Kamu masa
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. ..Pekarangan rumah itu masih tampak asri, bahkan sepertinya koleksi pohon buah dan bunga mama bertambah. Mama masih di sana, masih menjalankan rutinitas berkebunnya. Kali ini sedikit berbeda. Tidak ada papa yang menemaninya menyiram tanaman atau memilih membaca koran pagi di kursi santai teras.Mahesa mendorong pagar, lalu mengucapkan salam, dan—seperti dugaan Mahesa—mama tak mengacuhkannya seperti biasanya. Tidak apa, setidaknya mama tidak lagi melempar sendal ke wajahnya seperti saat di rumah sakit.“Mau apa kamu? Indira enggak ada di sini.”“Saya ke sini mau ketemu sama Mama.”Mama masih tak acuh, sibuk mematikan keran air, lalu duduk untuk mulai men
Delete Scene tersedia GRATIS di KARYAKARSA. Disarankan membaca cerita ini sampai tamat terlebih dahulu, sehingga tidak bingung saat membaca Delete Scene di KARYAKARSA. Silakan cari akun: KOMOREBI. ..“Ah gila! Capek banget gue ngurusin si Mak Lampir!” keluh Olive yang tiba-tiba masuk ke kamar Indira dan melemparkan tubuhnya ke ranjang. “Ngapain lo, Dir?”“Baca laporan.”Olive mengubah posisinya menjadi miring menghadap Indira dengan sebelah tangannya sebagai tumpuan. Diperhatikannya sosok sahabatnya ini yang benar-benar berubah. Indira yang ada di hadapannya ini, bukan lagi Indira yang dulu selalu berbagi gosip dengannya, tertawa bersama, bahkan takut padanya. Indira yang sekarang, jauh lebih pendiam dan hanya tersenyum—itu pun dipaksakan—pada orang-orang tertentu saja.“Laporan mulu! Udah ada Raga sama Santi, kan?”“
6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI APLIKASI DAN WEBSITE KARYAKARSA. SILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ..“Kamu enggak nerima lamaran Adrian, kan?”“Apa ucapanku kemarin kurang jelas? Aku enggak mau ketemu apalagi ngomong sama kamu!” tegas Indira, lalu membereskan barang-barangnya, dan hendak beranjak. Namun, Mahesa sudah lebih dulu menghalangi langkahnya. “Kamu mau bikin aku jadi bahan gosip lagi? Kamu mau aku jadi bahan olokan orang-orang yang ada di sini? Lepasin, Sa!” desis Indira.“Indira, aku enggak bermaksud seperti itu. Kita bicara sekarang, ya?”Tanpa menunggu persetujuan Indira, Mahesa langsung menggandeng tangan Indira. Namun, pekikan kesakitan langsung membuat Mahesa berhenti dan menoleh. Dilihatnya Indira menunduk, menyentuh kakinya yang masih terbalut perban. Mahesa berjongkok untuk melihat kondisinya.“Masih sak
6 BAB EKSTRA DAN SPIN OFF HANYA TERSEDIA DI APLIKASI DAN WEBSITE KARYAKARSA. SILAKAN CARI AKUN: KOMOREBI. ..“Gimana, Ma?”Mama menoleh dan mendapati Adrian sudah berdiri di sebelahnya. Wanita itu tersenyum, lalu mengangguk ke arah Indira, memberi semangat pada putrinya yang sedang ikut menjalani terapi.“Udah kemajuan banget dua minggu ikut terapi. Kemarin dia udah enggak pake kruk.”“Syukurlah.”“Mama belum sempet ngucapin makasih sama kamu. Makasih ya, Ian.”“Buat apa, Ma?”“Kamu selalu ada buat Dira. Kapan pun dan di mana pun. Beruntung Dira punya kamu, Ian.”“Aku yang beruntung punya Dira, Ma.”Mama kembali melemparkan tatapannya pada putri semata wayangnya yang tengah tertawa bersama terapisnya. “Ian, kamu enggak berencana ngelamar Dira lagi? Apa orang tua kamu
6 bab ekstra dan Spin Off hanya tersedia di aplikasi / web KaryaKarsa. Silakan cari akun: Komorebi..Mahesa masih berdiri di sana. Menatap dua petugas kebersihan yang sedang mengepel lantai dan membersihkan kamar mandi. Kamar itu sudah kosong, dan itu artinya Mahesa kembali kehilangan jejak Indira.Mahesa pikir, dia sudah cukup kuat menyiapkan hatinya saat bertemu kembali dengan Indira. Menyusun setiap kata maaf dan penjelasan yang akan diucapkannya. Namun, saat wanitanya itu menjerit histeris dan mengusirnya, semua hancur berantakan.Mahesa kira dirinya masih—meskipun sedikit—dicintai oleh Indira dan angin kebahagiaan yang diberikan Raga akan bertahan sedikit lebih lama, tapi nyatanya semua itu kembali direnggut paksa, karena kalimat Raga kala itu, tidak berakhir di sana.“Indira dan Adrian, hubungan mereka bukan seperti itu. Mereka bukan suami-istri. Mereka enggak p
Extra Part dan Spin Off hanya tersedia di apps / web KARYAKARSASilakan cari akun: Komorebi.Berkebun mungkin adalah salah satu cara mama untuk tidak terus larut dalam kesedihan setelah ditinggalkan papa. Seperti saat ini, beliau tengah menikmati udara sore yang masih hangat, sembari bersenandung, dan memotong cabang tanamannya yang mati. Secangkir teh hijau juga menjadi temannya menikmati kudapan saat tubuhnya perlu diistirahatkan.“Sore, Ma,” sapa Indira yang baru turun dari mobil dan langsung menghampiri mama untuk mencium kedua pipinya.“Kamu sore banget ke sininya? Nanti pulangnya enggak kemalaman?”“Aku mau nginep di sini malam ini, kan weekend.”“Tumben. Memangnya kamu enggak ada janji makan malam sama Adrian weekend ini? Udah lama banget dia enggak ke sini. Terakhir waktu kalian pergi sama Arya, kan?”Indira menghela napas lelah, lalu duduk di kursi teras