“Bisakah kamu pergi dari kehidupan kedua putraku?” Sienna tidak bisa menjawab pertanyaan itu ketika Lisa datang padanya secara tiba-tiba. Keberadaan Kala yang sedang tidak bersamanya membuat Sienna merasa sedikit ketakutan. “Kala tidak ingin meninggalkanmu dan juga menceraikanmu. Dia mengatakan padaku kalau dia akan membatalkan pernikahan kontrak kalian. Jadi, aku ingin memintamu untuk meninggalkan Kala dengan cara apapun.” “A-apa yang harus saya lakukan untuk meninggalkan Kala?” “Terserah. Menyakiti perasaannya pun aku izinkan. Asalkan kamu tidak pernah datang kembali ke dalam kehidupan keluargaku! Kamu mengerti?” “I-iya, mengerti.” “Aku akan memberikanmu waktu sampai Minggu depan. Kalau kamu masih belum juga pergi menghilang dari kehidupan Kala, maka bayimu yang akan menjadi tanggungannya.” “A-apa yang akan Nyonya lakukan pada bayi saya? Ba-bayi ini kan cucu Nyonya juga.” “Apa kamu sudah
24 “Apa berpisah dengan putramu akan membuat kamu bisa hidup lebih bahagia nantinya?” Sienna bahkan tidak menyadari akan hal itu. Pikirannya selama ini hanyalah tertuju pada dirinya sendiri, kalau hatinya sudah bulat ingin segera berpisah secepatnya dari Kala. Tanpa dia sadari kalau semakin cepat dia meminta perpisahan dengan Kala, maka semakin cepat pula dia akan berpisah dengan anaknya. Sienna bergeming dan tidak bisa menjawabnya. Butuh waktu yang lama dan sangat berat untuk Sienna akhirnya bisa mengatakan kalau dia akan menyerahkan sepenuhnya putranya kepada Kala. Betapa tersiksanya batin Sienna saat dia harus rela melepaskan putranya pada Kala, sekalipun dia melepaskannya pada orang yang tepat. Akan tetapi, tidak hanya merelakan putranya yang akan dirawat oleh Kala saja, tapi juga dia harus rela membiarkan Kala untuk mengganti nama putranya menjadi nama lain, nama yang tidak boleh diketahui oleh Sienna. Dua Mi
Cklek,Begitu mendengar suara pintu ruang perawatan itu dibuka, Sienna langsung menolehkan pandangan matanya ke arah pintu ruangan itu. Betapa terkejutnya Sienna saat dia melihat orang yang baru saja keluar dari ruangan itu adalah— “Kava???” Sienna bergumam pelan dengan mata yang membesar sempurna. Dia pun langsung mengangkat tubuhnya perlahan dari atas kursi lalu berdiri tegak di hadapan Kava. Akan tetapi, jauh di luar ekspektasinya ketika dia melihat respon dari Kava, ternyata Kava hanya diam saja dan justru tampak mempertanyakan siapa dirinya melalui raut wajahnya yang Kava tunjukkan pada Sienna saat ini. “Apa kita saling mengenal?” Deg! Pertanyaan itu sangat mengejutkan Sienna. “A-apa kamu tidak mengenali aku?” “Tidak.” Kava menggelengkan kepalanya dengan raut wajah ragu. “Sungguh?” Sienna mencoba memastikan jawaban itu. “Iya, sungguh. Aku sama sekali tidak mengenalimu. Memangnya kamu
“Siva, cepat beritahu Kakak, apa telah terjadi sesuatu pada Ibu?” Dengan suara lemah, Siva menjawab pertanyaan Sienna. “Memangnya, apa yang Kakak harapkan dari kehidupan Ibu sekarang, setelah Ibu menjual Kakak pada rentenir itu?” Ucapan Siva yang cukup kencang membuat Sienna langsung panik karena takut ada orang yang mendengarnya. Dia pun segera menarik tangan adiknya untuk bicara dipojok ruangan agar tidak ada orang yang bisa mendengar obrolan mereka. Sienna pun terdiam sesaat sambil menatap Siva dengan resah. Sedangkan Siva, dia memalingkan wajahnya dari tatapan Sienna dengan raut wajah bimbang. “Kakak berharap, Ibu dalam keadaan baik, sehat, dan bahagia.” “Bohong.” Decitnya. “Kakak bohong menginginkan semua itu untuk hidup Ibu.” “Kakak tidak bohong. Memang itulah yang Kakak harapkan, sekalipun perbuatan Ibu sulit termaafkan.” “Kenapa Kakak tidak mendoakan saja agar Ibu cepat mati?” Mende
Plak!! Sienna menampar pelan pipi Siva untuk menyadarkannya. “Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, sampai kamu berpikir seperti itu!!? Bahkan, usia kamu masih di bawah umur. Bagaimana bisa anak yang usianya masih di bawah umur bisa bekerja seperti ini?!! Lalu, bagaimana dengan sekolah kamu?!!!” Kemarahan Sienna yang diucapkan dengan teriakkan kecil membuat Siva bergeming. “Kakak mohon, berhenti melakukan semua pekerjaan kamu, Siva. Semua kebutuhan hidup kamu akan Kakak tanggung mulai sekarang.” “Memangnya Kakak punya banyak?” Cara bertanya Siva terdengar menyindiri Sienna. “Ya, lumayan. Kakak punya cukup uang untuk membiayai hidup kita sampai beberapa bulan ke depan.” “Kalau begitu gunakan uang Kakak untuk menebus Ibu.” “Menebus Ibu???” “Sudah hampir sebulan Ibu disandera oleh pacar Ibu sendiri. Entah pria itu memang pacarnya atau pria itu memang punya tujuan lain, tapi duluny
Langkah kaki Kala berhenti dari kejauhan ketika akhirnya dia bisa kembali melihat raga Sienna secara nyata. “Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu...” Kala menatap Sienna dengan teduh. Perasaannya bergejolak penuh dengan rasa cinta ingin memiliki perempuan itu. Ingatannya tentang kejadian beberapa waktu yang lalu tidak pernah berhenti menjadi alarm di saat dia sedang merindukan Sienna. Hari itu menjadi hari yang sangat kelabu untuk Kala, di mana dia harus menerima perintah dari kedua orang tua untuk melakukan sesuatu pada adik tersayangnya, yaitu menghapus ingatan Kava tentang Sienna. Ingatan itu pun benar-benar dihapus oleh Dokter mengingat kondisi Kava yang mengalami depresi hebat setelah dia sadar dari koma singkatnya. Sehingga, Kava harus diberikan obat penenangan sebanyak tiga kali dalam sehari, bahkan terkadang harus lebih dari tiga kali saking parahnya kondisi Kava pada saat itu. Kala benar-benar tidak puny
“Kak Kala!” Suara itu langsung mengangkat cepat wajah Sienna menjadi lurus tegak ke depan, tanpa berkedip sekalipun. “Kava???” Betapa terkejutnya Sienna ketika dia melihat sosok yang masih sangat dicintai itu, tiba-tiba saja hadir di hadapannya tanpa terduga sama sekali. Kala pun merasa sesak, ketika dia harus melihat tatapan mata binar dengan penuh harapan yang terpancar sempurna di raut wajah Sienna saat melihat Kava kembali. Untuk beberapa detik, Kava hanya berdiri di dekat meja sambil menatap teduh Sienna. Sikap yang Kava tunjukkan itu membuat Kala dan Sienna bingung dan bertanya-tanya. “Apa Kava sudah mengenali Sienna lagi setelah ingatannya dihapus secara permanen oleh Dokter?” Pertanyaan itu melintas di kepala Sienna dan Kala secara bersamaan. Tapi, dihitungan detik ke 50, Kava melepaskan tatapannya dan mulai melebarkan senyumannya ke segala arah. Lalu, dia duduk di sampi
“Apa!?? Kamu mau tinggal di sini bersama Kakak?” “Iya. Boleh, kan?” “Bukannya Kakak tidak bolehin kamu tinggal sama Kakak, tapi persoalannya adalah Kakak akan segera pindah dari kota ini dan kembali ke Ibu kota untuk mencari pekerjaan di sana.” “Jadi, Kak Sienna mau biarkan Ibu tetap disandera sama laki-laki itu? Kok tega sekali sih Kakak sama Ibu? Hati nurani Kakak sama Ibu memang sudah benar-benar hilang sejak Kakak mengenal rentenir itu!” “Kok kamu bicara seperti itu? Memangnya kamu tahu apa soal hidup Kakak?!!” “Taulah. Kakak yang lebih memilih untuk menikah dengan rentenir itu demi bisa hidup enak dan rela meninggalkan aku, Bapak, dan Ibu karena Kakak tidak mau hidup miskin lagi!” “Dari mana kamu meniru perkataan itu?!” “Ibu.” “Kan. Ibu lagi yang bikin hidup Kakak nyaris hancur, Ibu lagi yang mempengaruhi kamu dengan menjelekkan Kakak supaya kamu benci sama Kakak, dan Ibu lagi yang nge
Langkah kaki Sienna bergerak sangat cepat menuruni banyak anak tangga dari tangga darurat yang ada di Hotel itu. Mengingat waktu yang dia punya tidaklah banyak, Sienna semakin mempercepat langkah kakinya. Setelah menuruni lebih dari empat lantai, akhirnya Sienna bisa menemukan Kava di lantai enam. Sienna pun langsung merasa lega dan langkah kakinya menjadi dia perlambat saat ingin menghampiri Kava yang sedang duduk sendirian di salah satu anak tangga sambil mendengarkan musik melalui eraphone di telinganya. Tanpa memanggil nama Kava lebih dulu, Sienna duduk di samping Kava lalu dia meraih salah satu tali earphone dan memasangkannya ke telinganya untuk mengetahui lagu yang sedang Kava dengarkan saat ini. Kemunculan Sienna yang secara tiba-tiba sudah ada di sampingnya membuat Kava langsung tersentak kaget. Sienna pun memberikan senyuman hangat dan tatapan mata yang teduh pada Kava. “Senyumanmu selalu berhasil menena
“Katanya, dia terluka karena aku. Padahal, akulah yang terluka karenanya.” Itulah pengakuan Kava, sebelum akhirnya Kava tertidur di atas pangkuan Sienna di dalam mobil. Sementara Kala mengurus masalah yang sedang Kava hadapi dengan bijak. “Kamu bisa melihatnya bukan, apa yang terjadi pada Sabira? Ha!!?” Victo menunjuk ke arah Sabira yang sedang terbaring di atas ranjang dengan murka. Kala hanya diam saja tanpa mau berkomentar soal kondisi Sabira saat ini. “Aku tidak akan melibatkan kedua orang tua kita, asalkan kamu mau melakukan tiga hal padaku.” “Apa tiga hal yang kamu inginkan dariku?”** “Aku ingin menikahi Sienna.” Kava sudah mengetahui hal itu dari Sienna. Hanya saja, saat keinginan itu diutarakan secara langsung oleh Kala padanya, ternyata Kava merasa sakit dan sulit untuknya merestui hubungan Kakaknya dengan perempuan yang sangat dia cintai itu. Tidak seperti saat dirinya mudah memb
Sienna hanya ingin bermalas-malasan saja sepanjang hari ini. Dia hanya ingin diam di atas ranjang tanpa melakukan apapun, hanya itu saja kegiatan yang sudah dia agendakan untuk dirinya sendiri. Tetapi, suara bel rumahnya terpaksa membuat tubuhnya harus bergerak.Ting-tong... ting-tong... Sienna segera membangkitkan tubuhnya dari atas ranjang di tengah renungannya yang tidak ingin dia akhiri, walau sudah 5 jam lamanya dia hanya membeku di bawah selimut tapi dia tetap ingin berada di posisinya lebih lama lagi. Cklek, Sienna terpaksa menerima kedatangan tamu itu. Tamu yang ternyata adalah Kala. Baik Sienna maupun Kala langsung saling terdiam dengan canggung satu sama lain. “Bolehkah aku masuk ke dalam?” “I-iya. Silahkan.” Sienna mengizinkan Kala masuk ke dalam rumahnya dan Kala pun mengikutinya dari belakang. Saat Sienna mempersilahkannya untuk duduk di atas sofa, tempat biasa Kala
“Apa yang terjadi denganmu?” “Aku ingin mati saja.” Deg! Kala syok sekali begitu mendengar ucapan Kava yang sangat diluar ekspektasinya. “Bolehkah aku bunuh diri saja sekarang juga?” “Kenapa? Apa alasannya sampai kamu ingin bunuh diri sekarang?” “Masa lalu yang tiba-tiba saja menyengat sesekali di dalam ingatanku tentang seorang perempuan yang sangat aku cintai.” Deg! Kala kembali tersentak kaget. Ingatan Kava yang dia pikir akan pulih secara tiba-tiba membuatnya merasa ketakutan. “Tapi, perempuan itu bukanlah Sabira. Bukan dia...” Kava menaikkan wajahnya perlahan lalu menatap Kala dengan lirih dan dengan mata berkaca. “Apa kamu bisa memberitahu aku, siapa perempuan itu?” Kala kebingungan untuk menjawab pertanyaan Kava. Dia tidak bisa memberitahu siapa sosok perempuan itu karena dia juga sangat menginginkan Sienna menjadi miliknya seutuhnya. “Tolong berit
“Argaza tidak bisa menyelesaikan misi itu dengan baik, jadi baiknya dia diganti saja dengan Tuan muda Kava karena di tangannya misi itu akan mudah dia selesaikan dengan baik.” “Pria itu memang tidka berguna.” Kala memekik pelan. “Sudah dari awal aku tidak yakin meletakkan dia pada misi ini sekalipun dia hanya sebagai umpan saja.” Gumamnya, sambil menatap ke luar jendela menara di lantai 35. “Lantas, bagaimana dia bisa lolos dari serangan musuh klien?” Dengan berat hati Bian pun menceritakan kronologinya yang dia ketahui saja. Setelah mengetahuinya, Kala langsung geram dan sangat murka pada Argaza. Saking murkanya, kedua tangan Kala sampai mengepal erat sambil merasakan amarah yang luar biasa atas kebodohan yang telah Argaza lakukan. Tanpa pikir panjang, Kala langsung mendatangi Argaza yang masih berada di kediaman rumahnya. Serangan kemarahan Kala langsung menghantam seluruh wajah dan beberapa bagian tubuh dengan pukulan kuat tangannya. Para pengawa
Ting-tong... ting-tong... Sienna langsung membuka pintu rumahnya begitu dia mendengar bunyi bel berulang kali dengan jeda panjang. Tanpa melihat terlebih dahulu siapa tamu yang datang, Sienna langsung menerima kedatangan tamu itu, tamu yang sangat tidak terduga olehnya. “Halo, Sienna sayang. Apa kabar kamu?” Melihat sosok orang yang ada di hadapannya saat ini membuat Sienna ingin marah dan memakinya habis-habisan, tetapi... Tiba-tiba saja orang itu memeluk Sienna dan mengatakan, “Ibu kangen sama kamu, Sienna.” Sienna tidak ingin mempersilahkan wanita itu masuk, tapi dia juga tidak bisa menolak kehadirannya. Ranum pun langsung berjalan masuk ke dalam rumah Sienna dan duduk di atas sofa. Sementara Sienna masih dibuat syok oleh kehadiran Ranum yang muncul kembali di depannya secara tiba-tiba. Sienna diam mematung sambil memandangi pilu Ranum yang justru tampak biasa saja, seperti tidak pernah melakukan ke
“Iya, aku mau menikah sama kamu.” Dengan lantang Sabira menerima pinangan dari Kava. Pinangan yang bukan berasal dari keinginan Kava, melainkan atas dasar perintah dari kedua orang tuanya demi memperlancar gencatan senjata di antara dua keluarga itu. Karena dengan begitu hubungan dua keluarga itu akan kembali baik dan perusahaan yang semula akan mereka bangun bersama dan sempat batal, sekarang sudah bisa mereka lanjutkan kembali. Akan tetapi... Kava langsung menepikan dirinya di sebuah Gudang yang sangat luas, sebuah tempat yang berada di tengah ilalang yang berada di pinggiran Ibu kota. Tempat itu menjadi tempat rahasianya sudah selama lima tahun belakangan ini. Tempat yang menjadi curahan hatinya melalui gambar-gambar kecil yang dia lukis dengan tangannya sendiri di semua dinding kosong di Gedung itu. Setiap gambar yang dia buat selalu ada cerita sedih, bahagia, dan luka. Maka dari itu, Kava tidak ingin ada satu orang pun yang mengetah
Sienna melepaskan tatapan matanya dari Kala, lalu dia pergi meninggalkan tempat itu untuk kembali ke dalam Ballroom sebelum acara resepsi pernikahan dimulai tidak lama lagi. “Menyedihkan...” Sienna bergumam. “Sienna, kamu sangat menyedihkan sekali!” Sienna langsung berpikir klise tentang kejadian yang baru saja dia lihat, tentang Kala dan tentang wanita lain. “Punya nyali juga kamu datang ke acara pernikahan Kava.” Lisa tiba-tiba saja datang menghampirinya dan menyapanya dengan kalimat menohok. Kemunculan Lisa yang sudah lama dia jumpai membuat Sienna langsung tersentak kaget. Ucapan Lisa yang seharusnya menyakiti perasaannya, tapi Sienna tetap ingin menghormati wanita itu. “Selamat malam, Tante.” Sienna menyapa Lisa dengan sangat ramah dan dengan caranya yang anggun. Tentu saja sikap Sienna yang sudah tidak lagi terlihat takut padanya sangat mengejutkan Lisa. “Sebenarnya saya t
“Aku ingin menikahi Sienna dengan serius, tanpa ada lagi perceraian apalagi perpisahan.” Ranum langsung menertawai keinginan Kala yang terdengar tulus itu. “Hahahaa...” Melihat tertawa membuat kening Kala merengut tipis. “Apa ada yang lucu dengan keinginan saya?” “Ya, tentu saja. Hahahaaaa..., sangat lucu sekali. Sampai-sampai yang geli mendengar keinginanmu itu. Hahaahaa...” Ranum mengusap air mata yang keluar sedikit lantaran tawanya terlalu geli saking dia merasa lucunya keinginan Kala tersebut. Kala pun hanya bergeming dan tetap menatap datar Ranum yang masih belum juga berhenti tertawa. Tapi, tak lama kemudian Ranum sadar kalau sikapnya terlalu berlebihan saat menanggapi niat baik pria yang hampir berusia 40 tahun itu. “Ehemm.” Ranum berdeham sambil memperbaiki posisi duduknya. Dia pun menjadi sungkan pada Kala yang hanya diam ketik Ranum menganggap niat baiknya adalah suatu kekonyolan.